Minggu, 07 Juni 2009

KEUTAMAAN ILMU (Versi Imam Ali)


Jawaban Imam Ali Terhadap Pertanyaan Orang Khowarij

Sepuluh orang Khawarij datang mengunjungi tempat Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Mereka bermaksud menguji sejauh mana kedalaman ilmu yang di kuasai oleh Ali bin Abi Thalib. Mereka penasaran karena Rasulullah saw dalam sabdanya pernah menggambarkan bahwa bila beliau adalah kota ilmu, maka Ali adalah pintunya.

"Hai Ali, manakah yang lebih mulia, ilmu atau harta benda, dan terangkan sebab-sebabnya?" ujar salah seorang dari mereka. Diantara 10 jawaban Sayyidina Ali adalah,

"Pengetahuan dan ilmu adalah warisan para nabi. Sedangkan harta kekayaan adalah warisan Fir'aun, Qorun, Syadad, dan sejenisnya. Maka ilmu lebih mulia daripada harta."

Lalu Ali menguraikan penjelasannya :

Ilmu lebih mulia daripada harta benda, karena ilmu bisa memelihara empunya. Sedangkan harta, empunya yang harus menjaga.

Ilmu lebih mulia daripada harta benda, karena orang yang berilmu banyak sahabatnya. Sedangkan orang yang banyak hartanya kebih banyak musuhnya.

Ilmu lebih mulia daripada harta benda, karena ilmu hanya diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang dicintaiNya. Sedangkan harta diberikan oleh Allah kepada orang, baik yang dicintai maupun yang tidak dicintaiNya.

Ilmu lebih mulia daripada harta benda, karena ilmu bila disebarkan akan bertambah. Sedangkan harta jika disebarkan atau dibagikan akan berkurang.

Ilmu lebih mulia daripada harta benda, karena ilmu tidak dapat dicuri. Sedangkan harta dapat dicuri dan dapat hilang.

Ilmu lebih mulia daripada harta benda, karena ilmu tidak dapat binasa dan tidak dapat habis selamanya. Sedangkan harta benda bisa habis dan bisa lenyap karena masa atau usia.

Ilmu lebih mulia daripada harta benda, karena ilmu memberi sinar kebaikan, menjernihkan pikiran dan hati serta menenangkan jiwa. Sedangkan harta benda pada umumnya menggelapkan jiwa dan hati.

Ilmu lebih mulia daripada harta benda, karena orang yang berilmu lebih terdorong untuk mencintai Allah, merendahkan diri, dan bersifat perikemanusiaan. Sedangkan harta benda membangkitkan orang pada sifat-sifat sombong, congkak, takabur, dan angkuh.

"Ali memang orang pandai. Ia pantas dikatakan sebagai pintu gerbangnya ilmu. Sedangkan Nabi Muhammad saw sebagai kotanya ilmu." Ujar orang-orang Khawarij setelah puas dengan jawaban yang diberikan Ali.

"Orang pandai (yang mengajar) dan orang yang diajar itu pahalanya sama. Manusia yang baik itu hanya ada dua macam, yaitu orang yang mengajar dan orang yang belajar."

Rasulullah saw bersabda :
"Siapa yang ingin melihat orang-orang yang dibebaskan oleh Allah dari neraka, maka lihatlah orang-orang yang belajar, demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggamanNya, tidak ada orang yang belajar, yang hilir mudik ke pintu orang yang alim, melainkan Allah akan mencatat baginya setiap huruf dan setiap langkah dengan ibadah satu tahun, dan untuk setiap langkah dibangunkan baginya sebuah kota di surga. Setiap ia berjalan pada pagi dan sore, bumi senantiasa memohonkan ampun baginya, serta para malaikat menyaksikan orang yang belajar itu seraya berkata, :Mereka itu adalah orang-orang yang dibebaskan oleh Allah dari Neraka."

Al-Faqih menuturkan dari Abul Qasim Abdurrahman bin Muhammad, ia berkata,
"Saya tidak mengetahui sesuatu yang lebih utama daripada jihad di jalan Allah, kecuali menuntut ilmu. Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam rangka mencari satu bab ilmu, maka ia dinaungi oleh para malaikat dengan sayapnya dan didoakan oleh burung-burung di langit, binatang-binatang buas di daratan, ikan-ikan di laut, dan diberi oleh Allah pahala 72 orang yang benar. Oleh karena itu tuntutlah ilmu dan untuk ilmu itu carilah ketenangan, kesabaran, dan kesopanan, rendahkan dirimu terhadap guru juga kepada murudmu.

Jangan saling bersaing di antara para ulama dan jangan mendebat orang-orang bodoh. Jangan menjilat para penguasa dan jangan sombong ditengah-tengah hamba Allah. Jangan menjadi ulama yang kejam dan dimurkai Allah, sehingga disungkurkan oleh Allah ke dalam neraka Jahannam. Carilah ilmu yang tidak membahayakan ibadahmu dan beribadahlan kepada Allah sekiranya tidak mengganggu dalam mencari ilmu, karena tidak ada gunanya ilmu yang tanpa ibadah. Orang yang beramal tanpa didasari ilmu adalah seperti orang yang tersesat jalan, dan kerusakannya lebih banyak daripada kebaikannya."

"Orang alim itu memperoleh sepuluh kelebihan, yaitu : derajat, takut, nasehat, kasih sayang, menanggung sabar, tenang, tawaduk (rendah hati), hati-hati terhadap harta orang lain, senantiasa membaca kitab, dan pintunya selalu terbuka untuk siapa saja."

Ilmu itu pada mulanya adalah diam, kemudian mendengarkan, lalu menghafalkan (mengingat), lantas mengamalkan, dan terakhir menyiarkan.

Imanda Amelia (group muslimah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar