Sabtu, 18 Juli 2009

TETESAN AIR MATA


Rasulullah bersabda :

"Tiada suatu yang lebih kusukai dari dua tetesan, yaitu tetesan darah yang tumpahan darah karena jihad fisabilillah dan tetesan air mata yang mengalir karena rasa takut dan rindu kepada Allah" (HR Turmudzi)."

Dalam riwayat lain, "Tiada setetes yang lebih disukai Allah 'Azza wajla daripada setetes darah di jalan Alla". (HR Aththahawi). Betapa mahalnya tetesan air mata yang mengalir itu karena ibadah, tetesan air mata itu menjadi benda berharga.

Di tengah-tengah kehidupuan yang serba mekanis dan teoritis, fatwa-fatwa pun sudah tidak terdengar bijak dan nyaman untuk didengar kita. Fatwa itu tidak menyentuh lagi, karena banyak yang diobral dan menggombal, bahkan diintrik-intrik oleh muatan politik. Hampir saja kita kehilangan potensi diri.

Di tengah-tengah kehidupan itu, pernahkah kita, barang sekali, menjerit, menumpahkan air mata ketika kita bangun di tengah malam, mengadukan hidup yang penuh dengan nista dan dosa ini kepada Dia yang Maha Rahmat? Ibarat tanah yang gersang, padang yang kering semua, tetumbuhan yang layu, maka datanglah rintik hujan jatuh dari langit, begitulah air mata penyesalan, air mata kerinduan, air mata manusia yang tawadhu' dan para penaka yang bertaubat, bagaikan menghapus 'kegersangan' jiwa yang nista tadi. Jiwa yang layu menjadi tegak dan tumbuh kembali optimisme, kegelisahan qalbu yang gersang dengan bergagai nista, kini pupus, bagaikan debu-debu yang hanyut terbawa arus.

Rasullulah Saw. kekasih Allah, merengguk menumpahkan air mata, karena penuh harap untuk jumpa denga-Nya? Sayyidina Abu Bakar ash-Shidiq ra. senantisa menangis ketika menegakkan shalat? Mereka adalah manusia pilihan Allah. Mereka adalah orang-orang yang punya derajat tinggi di depan Allah.Dalam Suatu hadits seusai shalat (fardu) Rasullullah Saw. beristighfar kepada Allah tiga kali, "Ya Allah Engkau Maha Pemberi ketentraman dan perdamaian. Dari Engkaulah datangnya ketentraman dan perdamaian, wahai Rabb yang Maha Memiliki keagungan dan kemulyaan." (H.R.Muslim).

Bagaimana dengan kita? Pernahkah kita seperti manusia pilihan Allah itu? Tatkala kita lahir, kita menangis dan orang-orang di sekeliling kita tertawa terbahak-bahak bahagia karena menyambut kedatangan kita, maka ketika kita mati nanti, jadikanlah kita tertawa bahagia karena akan jumpa dengan Allah Sang Maha Kekasih, walaupun orang-orang yang kita tinggalkan menangis pilu karena kehilangan anggota keluarga yang mereka cintai.

Sesungguhnya, menangis di dunia itu lebih baik bagi kita ketimbang kita menangis di akhirat nanti. Sebab itu, sudah sepantasnyalah setiap kita waspadai diri, agar kita terhindar dari kegersangan jiwa yang nista, agar kita terhindar dari tipe manusia yang tidak tahu bertaubat. Padahal Rasulullah bersaba, "Tidak akan masuk ke dalam neraka seorang yang menangis karena takut kepada Allah" (HR.Tirmidzi dan Abu Hurairah ra).

Kita mengarungi samudra dunia, bukan untuk tenggelam terpikat oleh ilusi fatamorgana. Kayuhlah biduk kehidupan kita, dan seberangi samudra dunia untuk mencapai tujuan abadi surgawi. Kerahkan seluruh potensi untuk tetap survive dalam perjuangan menembus badai samudra, sesekali kita boleh menyelam, tetapi ingatlah! Tujuan kita bukan untuk mati tenggelam, tetapi tujuan kita yang hakiki adalah mencapai pantai kebahagiaan sebagai ultimate goal dari segala makna yang kita berikan untuk kehidupan.

Kita tengok wajah kita setiap hari di muka cermin, bersolek dan hiasi tubuh kita, tetapi jangan lupa menengok pigura ruhani kita. Hiasi dan percantik qalbu itu, adakah hari ini iman kita lebih baik dari hari kemarin? Adakah prestasi amal kita lebih baik menyongsong hari-hari yang semakin singkat dan pendek. Lahir, hidup, mati, kemudian dilupakan orang! Tergolek abadi menanti pengadilan akhir dari kehidupan yang panjang.

Ya Allah apa yang telah diperbuat oleh hamba selama ini? Jawabannya ada dalam dada masing-masing. Apakah hamba hanya mengumpukan dosa dan menanti kematian? Jawabannya, entahlah, hati kita yang menjawab dengan lancar walaupun lidah terdiam malu. Anas ra. berkata, "Pada suatu hari, Rasullulah Saw. berkhutbah, belum pernah saya mendengar khutbah seperti ini, lalu beliau bersabda, 'Andaikan kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan sedikit tertawa dan lebih banyak menangis.' Mendengar ucapan Rasullullah ini, seluruh sahabat menutup mukanya masing masing sambil menangis tersedu-sedu" (HR.Bukhari- Muslim).

Allah berfirman dalam QS an-Najm ayat 59-60, "Apakah setelah mendengar keterangan ini, engkau merasa heran lalu tertawa dan tidak menangis?" Selanjutnya dalam QS al-Isra: 109, Allah berfirman, "Dan sujudlah/tersungkurlah mereka sambil menangis, dan mereka bertambah khusuk." Oleh sebab itu, menangislah sebelum datang hari dimana engkau akan ditangisi.


Soultan Riau Sumber : Artikel Islami

Kisah Hikmah "Apa Tuhan itu ada?"


Ada seorang pemuda yang lama sekolah di negeri
paman Sam kembali ke tanah air. Sesampainya dirumah ia
meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang
Guru agama, kiai atau siapapun yang bisa menjawab 3
pertanyaannya. Akhirnya Orang tua pemuda itu
mendapatkan orang tersebut.
Pemuda: Anda siapa? Dan apakah bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan saya?

Kyai: Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya
akan menjawab pertanyaan anda

Pemuda: Anda yakin? sedang Profesor dan banyak
orang pintar saja tidak mampu menjawab
pertanyaan saya.

Kyai: Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya

Pemuda: Saya punya 3 buah pertanyaan

1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukan
wujud Tuhan kepada saya
2. Apakah yang dinamakan takdir
3. Kalau syetan diciptakan dari api kenapa
dimasukan ke neraka yang dibuat dari
api,tentu tidak menyakitkan buat syetan
Sebab mereka memiliki unsur yang sama.
Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?



Tiba-tiba Kyai tersebut menampar pipi si Pemuda
dengan keras.

Pemuda (sambil menahan sakit): Kenapa anda marah
kepada saya?

Kyai: Saya tidak marah...Tamparan itu adalah
jawaban saya atas 3 buah pertanyaan yang anda
ajukan kepada saya

Pemuda: Saya sungguh-sungguh tidak mengerti

Kyai: Bagaimana rasanya tamparan saya?

Pemuda: Tentu saja saya merasakan sakit

Kyai: Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?

Pemuda: Ya

Kyai: Tunjukan pada saya wujud sakit itu !

Pemuda: Saya tidak bisa

Kyai: Itulah jawaban pertanyaan pertama: kita
semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu
melihat wujudnya.

Kyai: Apakah tadi malam anda bermimpi akan
ditampar oleh saya?

Pemuda: Tidak

Kyai: Apakah pernah terpikir oleh anda akan
menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?

Pemuda: Tidak

Kyai: Itulah yang dinamakan Takdir

Kyai: Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan
untuk menampar anda?

Pemuda: kulit

Kyai: Terbuat dari apa pipi anda?

Pemuda: kulit

Kyai: Bagaimana rasanya tamparan saya?

Pemuda: sakit

Kyai: Walaupun Syeitan terbuat dari api dan Neraka
terbuat dari api, Jika Tuhan berkehendak
maka Neraka akan Menjadi tempat menyakitkan
untuk syeitan.

Hisyam Fauzan

Kisah nyata "PERJALANAN MENUJU HIDAYAH"


Berhati-hatilah dengan ucapan : Apa urusanmu?

Bilal bin Sa’id menyatakan :
”Berapa banyak orang yang bergembira justru terpedaya ; makan,minum dan tertawa, padahal telah dipastikan dalam takdir Allah bahwa ia akan menjadi bahan api Neraka.”

Aku membawa poci teh itu. Aku mulai merasa bahwa segala sesuatu bergerak dari tempatnya. Gelas-gelas seolah-olah berlari ke depan dan poci teh itu berbalik ke belakang. Namun aku memegang erat-erat nampan teh itu hingga berhasil kuletakkan. Saudaraku memanggil : ”Mari ke sini.”

Dengan lambat aku bergerak sambil malu-malu, malu karena grogi. ketika aku duduk, tiba-tiba kedua mataku sudah berada didepan matanya!! Aku mulai menekan tanganku dan menggerak-gerakkan jari-jariku. Aku tidak merasakan sakit dan tidak merasakan apa saja yang ada disekelilingku.

Mataku berkunang-kunang, detak jantungku bahkan terdengar dari jauh, sementara air mata menetes di kedua belah pipiku, mengaliri sungai dan lembah.

Pembicaraan saudaraku dan lelaki yang meminangku itu seputar cuaca di hari-hari ini, tentang hujan dan kebaikan-kebaikan lain. Ia juga bertanya kepadaku : ”Bagaimana kabarmu”? Aku mendengar pertanyaan itu, tetapi seolah kehilangan jawabannya. Lidahku terasa kelu untuk berbicara, berubah menjadi beku. Aku memaksa lidahku untuk bergerak. Aku katakan dengan suara yang tidak terdengar : ”Alhamdulillah.” Aku berfikir, sebaiknya aku berlari saja. Namun kedua kakiku justru seolah berkata : ”Jangan bergerak!!”

Ia memperhatikan kegugupan dan sikapku yang selalu diam. Ia mengarahkan pembicaraan kepada saudaraku. Aku menganggap itu kesempatan yang tidak datang untuk kedua kalinya. Lari!!

Beberapa saat kemudian, aku bernafas dengan terengah-engah. Aku meminta segelas air, dan segelas lagi.

Setelah saraf-sarafku sudah tenang, saudariku bertaya : ”Apakah semua ini karena malu?” Aku balik bertanya : ”Bagaimana perasaanmu melihat pertama kali lelaki yang bukan mahrammu?

Seminggu kemudian, tiba-tiba lelaki itu mengetuk pintu. Ayahku duduk bersamaku dan berbincang-bincang dengan lelaki itu. Kemudian lelaki tersebut menyerahkan maharnya.

Ayahku adalah orang yang tegas. Ia sudah banyak makan asam garam dalam persoalan dunia. Ia bertanya : ”Apa ini wahai anakku?” Lelaki itu menjawab : ”Itu mahar untuk kehormata...” Ayahku mengejutkan dengan pertanyaan : ”Semua ini mahar? Untuk digunakan untuk apa oleh anakku nanti?” Lelaki muda itu bingung menjawabnya. ”Bisa digunakan untuk membeli pakaian dan perhiasan.” Dengan lembut, ayahku berkata : ”Ini saja maharnya.” Ia mengambil sedikit dari uang itu, dan menyerahkan sisaya sambil berkata : ”Cukup emas saja! Putriku tidak pernah tahuseluk beluk emas, engkau saja yang beli. Adapun pakaian, kami akan menyiapkan untuknya seadanya, kemudian kewajibanmu untuk memberinya pakaian. Wahai anakku! Wanita yang paling banyak berkahnya adalah yang paling ringan maharnya. Kami telah membelimu dari semua yang datang melamar. Artinya, kami telah mengutamakan dirimu dari semua lelaki yang datang. Jangan kecewakan keinginan pada diriku. Kami menikahkanmu dengannya agar engkau memuliakannya dan menolongnya untuk taat kepada Allah dan berbuat kebaikan.”

Segala urusan beres. Semua orang dirumah turut bergembira, termasuk diataranya aku sendiri.

Ia seorang lelaki yang sebagaimana diceritakan oleh saudaraku, tidak pernah meninggalkannya senyumnya. Penampilannya menunjukkan kebaikannya. Tidak pernah meninggalkan sholat berjama’ah, dan selalu berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ia menggabungkan antara kebagusan akhlak dan agamanya.

Beberapa karakter yang cukup bagiku untuk memberitahukan kegembiraanku karenanya. Aku memuji Allah. Aku berkata kepada diriku sendiri masih banyak waktu tersisa. Namun ternyata aku harus memulai perjalanan Neraka. Perjalanan Neraka apa? Oh, perjalanan ke pasar.

Dahulu kami jarang sekali pergi ke pasar. Sekarang, urusan telah berubah. Setiap minggu, harus pergi ke pasar. Untukmengasah tekad kami, mengefisienkan waktu dan untuk dapat mengkalkulasi pengeluaran. Kami harus menyiapkan malam pengantin.

Aku berfikir : ”Kenapa kita tidak bersiap-siap seperti ini untuk menuju kuburan?” Persiapan,cita-cita, habisnya waktu ayah dan saudaraku, bertanya ke sana kemari tentang ini dan itu, berapa harganya?

Aku bertanya kepada saudariku : ”Kita harus mengatur diri kita dan waktu kita.” Aku menuliskan segala keperluanku dalam selembar kertas, kemudian kubagi-bagi sesuai tempat dan harinya.

Dengan cara demikian, aku bisa membatasi ke mana aku pergi dan apa yang harus kubeli.
Aku tidak akan memulai kehidupan suami istri dengan banyak dosa dan kemaksiatan. Namun aku mencari taufik, tidak ragu lagi tentu dengan cara selalu taat kepada Allah dan mematuhi perintah-perintahNya.

Sekali pergi ke pasar, mungkin aku membeli banyak yang aku inginkan. Aku tahu ke mana aku pergi dan apa yang aku akan beli, karena catatannya ada di tanganku.

Pada kali yang lain, aku pergi ke pasar. Ketika aku masuk ke tempat pembelian dan mengambil sebagian yang kuinginkan, tiba-tiba tempat itu menjadi sesak. Beberapa wanita berada di pojok, dihadapan setiap penjual. Mereka semua sama, sama-sama sebagai putri-putri Islam. Tetapi segalanya sudah jelas, perbedaannya sudah nampak. Satu diantaranya terlihat rambutnya, yang satu lagi menampakkan wajahnya, yang satu lagi terdengar suara gelang kakinya di tempat itu. Aku berniat berbicara dengan wanita yang membuka wajahnya : Untuk siapa gerangan ia menampakkan perhiasannya? Tidakkah engkau takut siksaan Allah? Wajahmu cantik, bagaimana wajah itu akan tahan menghadapi api neraka? Ingatlah bagaimana nanti bila engkau berbaring di alam kubur!! Ingatlah hari dihadapkan didepan Allah nanti!!

Aku mengumpulkan kata-kataku, akan tetapi tempat itu terlalu sesak dan dipenuhi orang-orang belanja. Akupun memilih untuk tidak memperdengarkan suaraku di hadapan laki-laki. Aku mencari lokasi tenang untuk menasehatiya. Aku berpikir untuk mencari waktu yang tepat. Namun tiba-tiba. Ada seorang lelaki yang memiliki tanda-tanda baik, ia bersama seorang wanita yang kemungkinan adalah isterinya atau saudara perempuannya.
Lelaki itu berbicara kepada wanita tadi : ”Wahai saudariku, hendaknya engkau menutupi dirimu. Seandainya engkau menutupi wajahmu, itu lebih baik bagimu.” Namu kulihat rasa malu sudah hilang dari wanita itu. Ia berkata keras : ”Apa urusanmu?”

Lelaki itu terdiam sebentar. Semua mata memandang kepada wanita itu. Kemudian lelaki itu berkata : ”Wahai sadariku, ucapanmu itu berbahaya. Dikhawatirkan enkau akan kafir karenanya. Jangan engkau merasa bangga dengan perbuatan dosa. Bertaubatlah kepada Allah.”

Kemudian ia melemahkansuaranya dan berdoa : ”Semoga Allah memberimu petunjuk.” Lelaki itu pergi. Aku membayangkan kalau urusannya sudah beres setelah kepergiannya. Namun ternyata berbagai cacian dan kecaman mengiringi kepergiannya. Ini urusanku, apa urusannya?

Adapun aku, sibuk memikirkan ucapannya : ”Khawatir engkau kafir?” Apa alasannya?
Aku bertanya kepada saudaraku, dan ia berjanji memberiku jawaban nanti. Akan tetapi berlalu satu minggu, tidak ada juga jawabannya.

Aku juga bertanya pada diriku sendiri : ”apakah lelaki itu mengucapkan ucapannya itu dengan panas hatinya? Apakah layak seorang muslim yang memberikan nasehat untuk mengucapkan kalimat atas nama Allah yang tidak dia ketahui? Aku bertekad insya Allah dengan segala kemampuanku untuk mencari tahu persoalan itu. Aku bertanya dan bertanya, namun tidak juga mendapatkan jawaban yang memuaskan. Karena aku terlalu sibuk, aku lupa dengan persoalan itu dan berhenti untuk bertanya-tanya.

Beberapa bulan kemudian setelah pernikahanku, kembali kata-kata itu terngiang di telingaku. Aku bertanya kepada suamiku. Suami menjawab : Ucapannya benar. Aku pernah mendengarkan ucapan semacam itu, tetapi dimana aku tidak ingat.”

Hari-haripun berlalu. Sehingga aku sempat membaca sebatas yang mampu kucari berkali-kali. Tiba-tiba aku mendapatkan hal yang mengejutkan. Dalam Hasyiah Ibni Abidin bahwa orang yang mengatakan ”ini urusanku” ketika diberikan amar ma’ruf nahi mungkar maka ia murtad. Aku juga membaca bahwa orang yang megatakan ”ini urusanku” ketika diberi amar ma’ruf nahi mungkar maka dikhawatirkan ia akan kafir. Aku mengulang membacaya sekali lagi dan bertanya kepada diriku sendiri : ”Apakah sudah sampai kepada hal demikian kejahilan yang menimpa kaum muslimin sekarang ini sehingga mereka memerangi Allah dan RasulNya? Lalu murtad dari Islam?"

------------------------------------------
Hikmah : Jangan langsung menolak nasihat kebenaran ketika pertama kali datang, renungi dulu...deh.
"Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka tidak beriman kepadanya (Al-Qur'an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat. (QS. 6:110) "

Wahdah Bandung
----------
(Kisah Nyata : Perjalanan Menuju Hidayah) Oleh : Syaikh Abdul Malik Al-Qosim
Dari Catatan Muhammad Yusrinal

CINTA DAN MENCINTAI ALLAH PART II


KEUTAMAAN MENCINTAI ALLAH

1. Merupakan Pokok dan inti tauhid
Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Sa'dy, "Pokok tauhid dan
inti-sarinya ialah ikhlas dan cinta kepada Allah semata. Dan itu
merupakan pokok dalam peng- ilah-an dan penyembahan bahkan
merupakan hakikat ibadah yang tidak akan sempurna tauhid
seseorang kecuali dengan menyempurnakan kecintaan kepada
Rabb-nya dan menye-rahkan seluruh unsur-unsur kecintaan
kepada-Nya sehingga ia berhukum hanya kepada Allah dengan
menjadikan kecintaan kepada hamba mengikuti kecintaan kepada
Allah yang dengannya seorang hamba akan mendapatkan
kebahagiaan dan ketenteraman. (Al-Qaulus Sadid,hal 110)
2.Merupakan kebutuhan yang sangat besar melebihi makan, minum,
nikah dan sebagainya. Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah berkata:
"Didalam hati manusia ada rasa cinta terhadap sesuatu yang ia
sembah dan ia ibadahi ,ini merupakan tonggak untuk tegak dan
kokohnya hati seseorang serta baiknya jiwa mereka. Sebagaimana
pula mereka juga memiliki rasa cinta terhadap apa yang ia makan,
minum, menikah dan lain-lain yang dengan semua ini kehidupan
menjadi baik dan lengkap.Dan kebutuhan manusia kepada
penuhanan lebih besar daripada kebutuhan akan makan, karena jika
manusia tidak makan maka hanya akan merusak jasmaninya, tetapi
jika tidak mentuhankan sesuatu maka akan merusak jiwa/ruhnya.
(Jami' Ar-Rasail Ibnu Taymiyah 2/230)
3. Sebagai hiburan ketika tertimpa musibah
Berkata Ibn Qayyim, "Sesungguh-nya orang yang mencintai sesuatu
akan mendapatkan lezatnya cinta manakala yang ia cintai itu bisa
membuat lupa dari musibah yang menimpanya. Ia tidak merasa
bahwa itu semua adalah musibah, walau kebanyakan orang
merasakannya sebagai musibah. Bahkan semakin menguatlah
kecintaan itu sehingga ia semakin menikmati dan meresapi musibah
yang ditimpakan oleh Dzat yang ia cintai. (Madarijus-Salikin 3/38).
4. Menghalangi dari perbuatan maksiat.
Berkata Ibnu Qayyim (ketika menjelaskan tentang cinta kepada
Allah): "Bahwa ia merupakan sebab yang paling kuat untuk bisa
bersabar sehingga tidak menyelisihi dan bermaksiat kepada-Nya.
Karena sesungguhnya seseorang pasti akan mentaati sesuatu yang
dicintainya; dan setiap kali bertambah kekuatan cintanya maka itu
berkonsekuensi lebih kuat untuk taat kepada-Nya, tidak me-nyelisihi
dan bermaksiat kepada-Nya.

Menyelisihi perintah Allah dan bermaksiat kepada-Nya hanyalah
bersumber dari hati yang lemah rasa cintanya kepada Allah.Dan ada
perbeda-an antara orang yang tidak bermaksiat karena takut kepada
tuannya dengan yang tidak bermaksiat karena mencintainya.

Sampai pada ucapan beliau, "Maka seorang yang tulus dalam
cintanya, ia akan merasa diawasi oleh yang dicintainya yang selalu
menyertai hati dan raganya.Dan diantara tanda cinta yang tulus ialah
ia merasa terus-menerus kehadiran kekasihnya yang mengawasi
perbuatannya. (Thariqul Hijratain, hal 449-450)

5.Cinta kepada Allah akan menghilangkan perasaan was-was.
Berkata Ibnu Qayyim, "Antara cinta dan perasaan was-was terdapat
perbe-daan dan pertentangan yang besar sebagaimana perbedaan
antara ingat dan lalai, maka cinta yang menghujam di hati akan
menghilangkan keragu-raguan terhadap yang dicintainya.
Dan orang yang tulus cintanya dia akan terbebas dari perasaan
was-was karena hatinya tersibukkan dengan kehadiran Dzat yang
dicintainya tersebut. Dan tidaklah muncul perasaan was-was kecuali
terhadap orang yang lalai dan berpaling dari dzikir kepada Allah
Subhannahu wa Ta'ala , dan tidaklah mungkin cinta kepada Allah
bersatu dengan sikap was-was. (Madarijus-Salikin 3/38)

6. Merupakan kesempurnaan nikmat dan puncak kesenangan.
Berkata Ibn Qayyim, "Adapun mencintai Rabb Subhannahu wa Ta'ala
maka keadaannya tidaklah sama dengan keadaan mencin-tai
selain-Nya karena tidak ada yang paling dicintai hati selain Pencipta
dan Pengaturnya; Dialah sesembahannya yang diibadahi, Walinya,
Rabb-nya, Pengaturnya, Pemberi rizkinya, yang mematikan dan
menghidupkannya. Maka dengan mencintai Allah Subhannahu wa
Ta'ala akan menenteramkan hati, menghidupkan ruh, kebaikan bagi
jiwa menguatkan hati dan menyinari akal dan menyenangkan
pandangan, dan menjadi kayalah batin. Maka tidak ada yang lebih
nikmat dan lebih segalanya bagi hati yang bersih, bagi ruh yang baik
dan bagi akal yang suci daripada mencintai Allah dan rindu untuk
bertemu dengan-Nya.

Kalau hati sudah merasakan manisnya cinta kepada Allah maka hal itu tidak akan terkalahkan dengan mencintai dan menyenangi selain-Nya. Dan setiap kali bertambah kecintaannya maka akan bertambah pula pengham-baan, ketundukan dan ketaatan kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dan membebaskan diri dari penghambaan, ketundukan ketaatan kepada selain-Nya."(Ighatsatul-Lahfan, hal 567)

ORANG-ORANG YANG DICINTAI ALLAH Subhannahu wa Ta'ala

Allah Subhannahu wa Ta'ala mencintai dan dicintai. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman di dalam surat Al-Ma'idah: 54, yang artinya: "Maka Allah akan mendatangkan satu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai Allah."

Mereka yang dicintai Allah Subhannahu wa Ta'ala :

* Attawabun (orang-orang yang bertau-bat), Al-Mutathahhirun (suka bersuci), Al-Muttaqun (bertaqwa), Al-Muhsinun (suka berbuat baik) Shabirun (bersa-bar), Al-Mutawakkilun (bertawakal ke-pada Allah) Al-Muqsithun (berbuat adil).
* Orang-orang yang berperang di jalan Allah dalam satu barisan seakan-akan mereka satu bangunan yang kokoh.
* Orang yang berkasih-sayang, lembut kepada orang mukmin.
* Orang yang menampakkan izzah/kehormatan diri kaum muslimin di hadapan orang-orang kafir.
* Orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) di jalan Allah.
* Orang yang tidak takut dicela manusia karena beramal dengan sunnah.
* Orang yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah sunnah setelah menyelesaikan ibadah wajib.

SEBAB-SEBAB UNTUK MENDAPATKAN CINTA ALLAH Subhannahu wa Ta'ala
* Membaca Al-Qur'an dengan memikir-kan dan memahami maknanya.
* Berusaha mendekatkan diri kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dengan ibadah sunnah setelah menyelesaikan ibadah yang wajib.
* Selalu mengingat Allah Subhannahu wa Ta'ala , baik de-ngan lisan, hati maupun dengan anggota badan dalam setiap keadaan.
* Lebih mengutamakan untuk mencintai Allah Subhannahu wa Ta'ala daripada dirinya ketika hawa nafsunya menguasai dirinya.
* Memahami dan mendalami dengan hati tentang nama dan sifat-sifat Allah.
* Melihat kebaikan dan nikmatNya baik yang lahir maupun yang batin.
* Merasakan kehinaan dan kerendahan hati di hadapan Allah.
* Beribadah kepada Allah pada waktu sepertiga malam terakhir (di saat Allah turun ke langit dunia) untuk bermunajat kepadaNya, membaca Al-Qur'an , merenung dengan hati serta mempelajari adab dalam beribadah di hadapan Allah kemudian ditutup dengan istighfar dan taubat.
* Duduk dengan orang-orang yang memiliki kecintaan yang tulus kepada Allah dari para ulama dan da'i, mendengar-kan dan mengambil nasihat mereka serta tidak berbicara kecuali pembica-raan yang baik.
* Menjauhi/menghilangkan hal-hal yang menghalangi hati dari mengingat Allah Subhannahu wa Ta'ala .

Adi M Mauraga (Disadur dari kalimat mutanawwi'ah fi abwab mutafarriqah karya Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd oleh Abu Muhammad).

Jumat, 17 Juli 2009

CINTA DAN MENCINTAI ALLAH PART I


Imam Ibnu Qayyim mengatakan, "Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri; memba-tasinya justru hanya akan menambah kabur dan kering maknanya. Maka ba-tasan dan penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri.

Kebanyakan orang hanya membe-rikan penjelasan dalam hal sebab-musabab, konsekuensi, tanda-tanda, penguat-penguat dan buah dari cinta serta hukum-hukumnya. Maka batasan dan gambaran cinta yang mereka berikan berputar pada enam hal di atas walaupun masing-masing berbeda dalam pendefinisiannya, tergantung kepada pengetahuan,kedudukan, keadaan dan penguasaannya terhadap masalah ini. (Madarijus-Salikin 3/11)

Beberapa definisi cinta:
1. Kecenderungan seluruh hati yang terus-menerus (kepada yang
dicintai).
2. Kesediaan hati menerima segala keinginan orang yang dicintainya.
3. Kecenderungan sepenuh hati untuk lebih mengutamakan dia daripada
diri dan harta sendiri, seia sekata dengannya baik dengan sembunyi-
sebunyi maupun terang-terangan, kemudian merasa bahwa kecintaan
tersebut masih kurang.
4.Mengembaranya hati karena men-cari yang dicintai sementara lisan
senantiasa menyebut-nyebut namanya.
5. Menyibukkan diri untuk menge-nang yang dicintainya dan
menghinakan diri kepadanya.

PEMBAGIAN CINTA
1.Cinta ibadah
Ialah kecintaan yang menyebabkan timbulnya perasaan hina
kepadaNya dan mengagungkanNya serta bersema-ngatnya hati
untuk menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala
larangaNya.
Cinta yang demikian merupakan pokok keimanan dan tauhid yang
pelakunya akan mendapatkan keutamaan-keutamaan yang tidak
terhingga.Jika ini semua diberikan kepada selain Allah maka dia
terjerumus ke dalam cinta yang bermakna syirik, yaitu menyekutukan
Allah dalam hal cinta.
2. Cinta karena Allah
Seperti mencintai sesuatu yang dicintai Allah, baik berupa tempat
tertentu, waktu tertentu, orang tertentu, amal perbuatan, ucapan
dan yang semisalnya. Cinta yang demikian termasuk cinta dalam rangka
mencintai Allah.
3. Cinta yang sesuai dengan tabi'at (manusiawi),
yang termasuk ke dalam cintai jenis ini ialah:

1. Kasih-sayang, seperti kasih-sayangnya orang tua kepada
anaknya dan sayangnya orang kepada fakir-miskin atau
orang sakit.
2.Cinta yang bermakna segan dan hormat, namun tidak termasuk
dalam jenis ibadah, seperti kecintaan seorang anak kepada
orang tuanya, murid kepada pengajarnya atau syaikhnya, dan
yang semisalnya.
3. Kecintaan (kesenangan) manusia kepada kebutuhan sehari-hari
yang akan membahayakan dirinya kalau tidak dipenuhi, seperti
kesenangannya kepada makanan, minuman, nikah, pakaian,
persaudaraan serta persahabatan dan yang semisalnya.

Cinta-cinta yang demikian termasuk dalam kategori cinta yang manusiawi yang diperbolehkan. Jika kecintaanya tersebut membantunya untuk mencintai dan mentaati Allah maka kecintaan tersebut termasuk ketaatan kepada Allah, demikian pula sebaliknya.

Adi M Mauraga

BERSAMBUNG

Kamis, 16 Juli 2009

KEDAMAIAN HATI ADALAH KEDAMAIAN SEJATI


Sayembara Melukis Tentang Kedamaian

Seorang Raja mengadakan sayembara dan akan memberi hadiah yang melimpah kepada siapa saja yang bisa melukis tentang kedamaian. Ada banyak seniman dan pelukis berusaha keras untuk memenagkan lomba tersebut. Sang Raja berkeliling melihat-lihat hasil karya mereka. Hanya ada dua buah lukisan yang benar-benar paling disukainya. Tapi, sang Raja harus memilih satu diantara keduanya.

Lukisan pertama menggambarkan sebuah telaga yang tenang. Permukaan telaga yang itu bagaikan cermin sempurna yang mematulkan kedamaian gunung-gunung yang tenang menjulang mengitarinya. Di atasnya terpampang langit biru dengan awan putih berarak-arak. Semua yang mandang lukisan ini akan berpendapat,
inilah lukisan terbaik mengenai kedamaian.

Lukisan kedua menggambarkan pegunungan juga. Namun tampak kasar dan gundul. Di atasnya terlukis langit yang gelap dan merah menandakan turunnya hujan badai, sedangkan tampak kilat menyambar-nyambar liar. Di sisi gunung ada air terjun deras yang berbuih-buih, sama sekali tidak menampakkan ketenangan dan kedamaian. Tapi, sang raja melihat sesuatu yang menarik, Di balik air terjun itu tumbuh semak-semak kecil diatas sela-sela batu. Di dalam semak-semak itu seekor induk burung pipit meletakkan sarangnya. Jadi,ditengah-tengah riuh rendahnya air terjun, seekor induk Pipit sedang mengerami telurnya
dengan damai. Benar-benar damai.

Lukisan manakah yang memenangkan lomba?
Sang Raja memilih lukisan nomor dua.

Tahukah Anda mengapa? karena jawab sang Raja, "Kedamaian bukan berarti Anda harus berada di tempat yang tanpa keributan, kesulitan atau pekerjaan yang keras dan sibuk. Kedamaian adalah hati yang tenang dan damai, meski Anda berada di tengah-tengah keributan luar biasa."

"Kedamaian hati adalah kedamaian sejati."

Damos Hanggara

Urutan Istri Nabi SAW

12 Istri Nabi Muhammad SAW

Saatnya kita melihat bagaimana pernikahan Rasulullah dengan 12 istri - istri beliau yang sangat sarat dengan hikmah.....

1. Khadijah binti Khuwailid RA,ia dinikahi oleh Rasulullah SAW di Mekkah ketika usia beliau 25 tahun dan Khodijah 40 tahun ( Janda 2 kali ). Dari pernikahnnya dengan Khodijah Rasulullah SAW memiliki 2 anak laki-laki dan perempuan. Akan tetapi semua anak laki-laki beliau ( Qasim & Abdullah ) meninggal saat berumur 2 tahun. Sedangkan yang anak-anak perempuan beliau adalah: Zainab, Ruqoyyah, Ummu Kultsum dan Fatimah. Rasulullah SAW tidak menikah dengan wanita lain selama Khadijah masih hidup........HIKMAHNYA....
PETUNJUK ALLAH SWT, karena dia adalah wanita pertama yang AKAN memeluk Islam dan mendukung dakwah Nabi.

2. Saudah binti Zam’ah RA ( 70 tahun ), wanita kulit hitam dari Sudan dinikahi oleh Rasulullah SAW pada saat beliau berumur 52 tahun pada bulan Syawwal tahun kesepuluh dari kenabian beberapa hari setelah wafatnya Khadijah. Ia adalah seorang janda ( 2 kali ) yang ditinggal mati oleh suaminya yang bernama As-Sakron bin Amral yang menjadi perisai Nabi di medan perang. Memiliki 12 anak dari pernikahan dengan suami pertama......HIKMAHNYA....MENJAGA KEIMANAN SAUDAH dari gangguan kaum musyrikin..

3. Aisyah binti Abu Bakar RA, seorang gadis yang cantik dan cerdas, dinikahi oleh Rasulullah SAW bulan Syawal tahun kesebelas dari kenabian, setahun setelah beliau menikahi Saudah atau dua tahun dan lima bulan sebelum Hijrah. Ia dinikahi ketika berusia 6 tahun dan tinggal serumah di bulan Syawwal 6 bulan setelah hijrah pada saat usia beliau 9 tahun....HIKMAHNYA...PETUNJUK ALLAH SWT, Rasulullah mengajarkan tentang kewanitaan agar disampaikan kepada umatnya KELAK.

4. Hafsah binti Umar bin Al-Khattab RA ( 35 tahun ), janda yang ditinggal mati oleh suaminya dalam perang Uhud, Khunais bin Hudzafah As-Sahmi, kemudian dinikahi oleh Rasulullah SAW pada tahun ketiga Hijriyah ketika beliau berumur 55 tahun.....HIKMAHNYA.....PETUNJUK ALLAH SWT, untuk menjaga keotentikan Al Qur’an karena Hafsah akan menjadi wanita pertama yang HAFAL 30 Juz Al Qur’an.

5. Zainab binti Khuzaimah RA ( 50 tahun ), dari Bani Hilal dan dikenal sebagai Ummul Masakin karena ia sangat menyayangi fakir miskin. Sebelumnya ia bersuamikan Abdullah bin Jahsy akan tetapi suaminya syahid di Uhud, kemudian Rasulullah SAW menikahinya pada tahun keempat Hijriyyah pada saat beliau berumur 56 tahun. Ia meninggal dua atau tiga bulan setelah pernikahannya dengan Rasulullah SAW.....HIKMAHNYA....PETUNJUK ALLAH SWT, untuk menjadi teladan bersama – sama Rasulullah dalam menyantuni anak yatim dan fakir miskin.

6. Ummu Salamah binti Abu Umayyah RA ( 62 tahun ), Wanita yang pandai berbicara, berpidato dan mengajar ini sebelumnya menikah dengan Abu salamah, akan tetapi suaminya meninggal di bulan Jumadil Tsani tahun 4 Hijriyah dengan menngalkan dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Ia dinikahi oleh Rasulullah SAW pada bulan Syawwal di tahun yang sama pada saat beliau berumur 56 tahun......HIKMAHNYA.....PETUNJUK ALLAH SWT, untuk membantu Rasulullah dalam berdakwah dan mengajar kaum wanita.

7. Zainab binti Jahsyi RA ( 45 tahun ), dari Bani Asad bin Khuzaimah dan merupakan puteri bibi Rasulullah SAW. Sebelumnya ia menikahi dengan Zaid bin Harits kemudian diceraikan oleh suaminya tersebut. Ia dinikahi oleh Rasulullah SAW di bulan Dzul Qo’dah tahun kelima Hijriyah pada saat beliau berumur 57 tahun.....HIKMAHNYA....PETUNJUK ALLAH SWT, untuk menghapus kebiasaan jahiliyah untuk mengangkat anak sekaligus menegaskan tuntunan syariat perihal konsekuensi pengangkan anak.

8. Juwairiyah binti Al-Harits RA ( 65 tahun ), putri pemimpin kabilah Bani Mustholiq dari Khuza’ah yang mempunyai 17 anak dari pernikahan pertamanya. Ia merupakan tawanan perang yang dimiliki oleh Tsabit bin Qais bin Syimas, kemudian ditebus oleh Rasulullah SAW dan dinikahi oleh beliau pada bulan Sya’ban tahun ke 6 Hijrah pada saat beliau berumur 57 tahun....HIKMAHNYA....PETUNJUK ALLAH SWT, untuk syariat memerdekakan budak dan pembebasan tawanan perang dan meraih simpati dari kabilahnya untuk memasuki ajaran Islam.

9. Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan RA ( 47 tahun ), sebelumnya ia dinikahi oleh Ubaidillah bin Jahsy dan hijrah bersamanya ke Habsyah. Suaminya tersebut murtad dan menjadi nasrani dan meninggal di sana. Ummu Habibbah tetap istiqomah terhadap agamanya. Ketika Rasulullah SAW mengirim Amr bin Umayyah Adh-Dhomari untuk menyampaikan surat kepada raja Najasy pada bulan Muharram tahun 7 Hijriyaah. Nabi mengkhitbah Ummu Habibah melalu raja tersebut dan dinikahkan serta dipulangkan kembali ke Madinah bersama Surahbil bin Hasanah ketika Nabi berumur 57 tahun....HIKMAHNYA.....PETUNJUK ALLAH SWT, untuk menghibur dan menjaga keimanan Habibah agar tidak ikut murtad dengan mendapatkan sosok pengganti yang lebih baik.

10. Shafiyyah binti Huyay RA ( 53 tahun ), wanita dari bani israil yang menjadi muslimah janda 2 kali dari Salam bin Misykam dan Kinanah bin Abil Huqoiq, memiliki 10 anak dari perkawinan sebelumnya, ia merupakan tawan perang Khaibar lalu Rasulullah SAW memilihnya dan dimeredekakan serta dinikahinya setelah menaklukan Khaibar tahun 7 Hijriyah ketika Nabi berumur 58 tahun.....HIKMAHNYA....PETUNJUK ALLAH SWT, untuk menjaga keimanan Shafiyyah dari boikot orang yahudi dan menjaga kedudukannya sebagai putri dari pemuka kabilah.

11. Maimunah binti Al- Harits RA ( 63 tahun ) , wanita dari suku yahudi bani kinanah janda Abu Ruham bin Abdul Uzza dinikahi di bulan Dzul Qa’dah tahun 7 Hijriyah pada saat melaksanakan Umrah Qadha’ ketika Nabi berumur 58 tahun.....HIKMAHNYA.....PETUNJUK ALLAH SWT, untuk menjaga dan mengembangkan dakwah di kalangan Bani Nadhir.

12. Mariyah Qibtiyyah RA ( 25 tahun ) , seorang gadis budak yang dihadiahkan oleh raja Muqauqis dari Iskandaria Mesir kepada Rasulullah kemudian dinikahinya pada tahun 8 hijriyah ketika Nabi berumur 59 tahun....HIKMAHNYA......PETUNJUK ALLAH SWT, untuk membebaskan perbudakan dan menjaga keimanan Mariyah Qibtiyyah.

Berangkat dari sirah perjalanan kehidupan Rasulullah SAW denga istri - istri beliau....maka para ikhwan yang ingin mencontohnya....dengan " Ittiba'us Sunnah ".....Maka contohlah beliau dengan sesungguh - sungguhnya..... dengan sebenar - benarnya..... JANGAN MEMOTRET NYA HANYA DARI SATU SISINYA SAJA........ HIDUPI DAN NIKAILAH JANDA - JANDA TUA... dengan anak - anak mereka yang banyak....dengan melindungi mereka....dengan mendidik mereka dan anak - anak nya......BUKAN HANYA UNTU KEPENTINGAN SESAAT BIOLOGIS SAJA...... Bertaqwalah kepada Allah SWT dan Rasul Nya.....Jalani kehidupan di dunia ini dengan menyenangkan banyak orang terutama keluarga....bahagiakan mereka.....dan InsyaAllah....ALLAH AKAN MENYEDIAKAN " KHURIN 'IIN " BIDADARI BERMATA JELI DI SYURGA.....YANG JUMLAHNYA MELEBIHI YANG ANTUM BAYANGKAN......NIKMAT ITU AKAN ADA DISANA..... KARENA DISANA ISTRI DUNIA KITA SUDAH TERCERABUT DENDAMNYA....SAKIT HATINYA....PADA SAAT MENDAMPINGI KITA DENGAN SEMUA ISTRI - ISTRI BIDADARI TERSEBUT.....

Taat Budi Utomo

Wallahua'lam

Rabu, 15 Juli 2009

Tentang Syaikh Abdullah bin Abdirrahman bin Jibrin RahimahulLaah


Biografi Tokoh

Kembali umat Islam di seluruh dunia kehilangan sosok yang senantiasa memberikan nasehat dan wasiat berharga buat umat ini. Umat Islam di seluruh dunia patut berduka karena pada hari Senin tanggal 20 Rajab 1430H, bertepatan dengan tanggal 13 Juli 2009M pada jam 2 siang waktu Saudi Arabia, Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al-Jibrin -rahimahullah-, salah seorang ulama kibar di Saudi Arabia telah meninggal dunia.

Ia menamatkan studi di Ma'had Imam Dakwah, Riyadh tahun 1381 H. Setelah itu ia diterima menjadi tenaga pengajar di sekolah yang sama. Ia bekerja sebagai tenaga pengajar hingga berikutnya ia diminta pindah ke Universitas Imam Muhammad bin Sa'ud Islamiyah menjadi dosen di Fakultas Syariah dan Ushuluddin tahun 1395 H, yaitu sebelum dua kuliah tersebut dipisah menjadi dua. Ia masuk sebagai staf akademik fakultas tersebut dan selama ia aktif di sana telah banyak membimbing disertasi Magister.

Pada tahun 1402 H, beliau ditetapkan sebagai anggota komisi fatwa di Dewan Riset Ilmiah dan Fatwa, dekat dengan gurunya Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rahimahulloh-. Pengabdiannya di dewan tersebut merupakan akhir karirya dan setelah itu ia memasuki masa pensiun di bulan Rajab 1418 H. Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menjaganya.

Syaikh Jibrin meraih gelar Magister dari Perguruan Tinggi Kehakiman tahun 1390 H. dengan judul disertasi "Akhbar al-Aahad fi al-Hadits an-Nabawi" dengan yudisium cumlaud. Gelar doktomya diraih dari perguruan tinggi yang sama pada tahun 1407 H. mentahqiq (investigasi) terhadap buku "Syarah az-Zarkasy 'ala Mukhtashar al-Khuraqi" dengan yudisium cumlaud level pertama. Dalam disertasi itu ia bertugas mentaqhiq dan mentakhrij (foot­note) hadits sebanyak 7 jilid buku dan buku-buku itu sekarang dicetak dan beredar di toko-toko buku.

Kegiatan harian
Jadwal kegiatan harian Syaikh dimulai dari setelah shalat Subuh memberikan ceramah di salah satu masjid sampai matahari terbit, kemudian pulang ke rumah untuk istirahat. Setelah istirahat, berangkat ke kantor Dewan Riset Ilmiah dan Fatwa. Di kantor, ia menjawab pelbagai pertanyaan tentang masalah keagamaan.

Meskipun penanya-penanya itu ramai setiap hari, ia tidak pemah jenuh. Ia siap membantu siapapun yang membutuhkan bantuan, dan meringankan beban siapapun yang memerlukan. Ia bersedia mengangkat dering telepon penanya. Pesawat teleponnya tidak pernah berhenti berdering.

Demikianlah kesibukannya sehari-hari. Kerap kali ia orang yang paling terakhir pulang dari kantor Fatwa, bahkan ia sendiri yang mematikan lampu-lampu. Setelah shalat Ashar rumahnya terbuka untuk umum, juga ia menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat tentang masalah agama. Kalau perlu, ia memberikan orientasi, atau memberikan rekomendasi bagi siapa saja yang membutuhkan, sampai masuk waktu Maghrib. Kemudian, ia berangkat ke salah satu masjid di kota Riyad untuk mengisi jadwal pengajian mingguan, mengingat jumlah jadwal pengajiannya dalam seminggu sampai sebelas kali. Setelah sha!at Isya berangkat lagi ke masjid lain, kadang mengisi pengajian, atau seminar dan lain-lain.

Demikianlah jadwal harian Syaikh yang sarat dengan muatan dakwah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala sepanjang pekan. Semoga martabatnya ditinggikan Alloh Subhanahu wa Ta’ala di sisi-Nya.

Keistimewaan Syaikh
Syaikh dikenal sebagai orang yang tawadhu (rendah hati). la sedikit bicara dan tidak akan bicara, kalau tidak karena menjawab pertanyaan. Kalau ulama lain berseberangan pendapat dengannya mengenai suatu hukum atau fatwa syariah, dengan tawadhu ia mengatakan, "mereka adalah ulama dan kita mesti menghormatinya." Dalam hal menanggapi pendapat ulama lain, ia tidak mau mendebat dengan cara yang kasar dan radikal. Apabila Syaikh Jibrin diundang mengisi pengajian atau ceramah agama di daerah manapun, ia tidak pernah menolak, selama dirinya tidak terikat dengan jadwal atau janji pada pihak lain. Syaikh Jibrin senantiasa berbaik sangka dan tidak pernah merasa iri terhadap siapapun dari kaum ahli sunnah wal jamaah, -sepengetahuan saya dan hanya Allahlah yang lebih tahu- ia selalu tawadhu dalam segala hal. Orang-orang yang mengenalnya pasti menyukainya karena kelapangan hatinya. Tidak mau menolak pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang yang minta bantuan. la penuhi permintaan mereka sendirian. Segenap waktunya adalah pengabdian kepada Allah dan agama. Hidupnya dipenuhi dengan kalimat-kalimat Allah atau dengan sabda-sabda Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam.

Beliau -rahimahullah- dishalatkan tanggal 21 Rajab 1430H/14 Juli 2009 M, ba’da shalat zhuhur di Jami’ Al-Imam Turky bin Abdullah (al-Jami’ al-Kabir) Riyadh.

Kita memohon kepada Allah agar melimpahkan kepada beliau rahmat-Nya dan membalasnya dengan sebaik-baik ganjaran atas segala jasa beliau terhadap kaum muslimin. Serta menjadikan beliau bersama para malaikat di surga Firdaus yang paling tinggi. Insya Allah, Innalillah wa inna ilaihi raji’un.

Martabat dan ketinggian yang ada padanya, dikarenakan ketawadhuannya, mengingat hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Imam Turmudzi dan Imam Ahmad, "Barangsiapa yang bersikap tawadhu', Allah pasti akan mengangkat martabatnya. " Apalagi bagi seorang yang diberi ilmu pengetahuan, wara' dan tawadhu'. Semoga Allah mengampuni kita semua, kita dapat meraih surga dan terhindar dari siksa neraka. ,Washallahu wa sallam `ala Muhammad wa alihi wa shahbihi.
--------
Mengenang Fadhiilatusy Syaikh Abdullah bin Abdirrahman bin Jibrin RahimahulLah
WaQaddasalLaahu ruuhah wa ghafaralLaahu lahuu wa li waalidayhi Aamiin.

Senin, 13 Juli 2009

Balasan Bagi Yang mengolok-olok Sunnah Nabi


Adzab yang disegerakan bagi pengejek Sunnah Nabi
Sesungguhnya keyakinan yang menyatakan bahwa Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam adalah Islam dan bahwasanya Islam yang murni adalah Sunnahnya, merupakan keyakinan yang shahih, yang selamat dan lurus. Sebagaimana perkataannya Al-Imam Al-Barbahariy dan disepakati oleh 'ulama Ahlus Sunnah: "Ketahuilah, bahwasanya Islam adalah Sunnah dan Sunnah adalah Islam, dan tidak akan berdiri salah satu dari keduanya kecuali dengan yang lainnya." (Syarhus Sunnah hal.65).

Setiap apa saja yang menyelisihi keyakinan tersebut, maka itu merupakan keyakinan yang rusak, yang salah, jahiliyyah dan kebinasaan. Dan kewajiban kita, kaum muslimin adalah mengagungkan Sunnah tersebut, menghidupkannya, mendakwahkannya dan membelanya dari orang-orang yang membenci dan memusuhinya. Allah Ta'ala memperingatkan kita agar jangan sampai menyelisihi perintah Rasulullah, dengan firman-Nya: "Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul, takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa 'adzab yang pedih." (An-Nuur:63)
Rasulullah juga memperingatkan: "Barangsiapa yang membenci Sunnahku maka dia bukan dari golonganku." (Muttafaqun 'alaih dari Anas bin Malik)

Berikut ini, akan dipaparkan riwayat-riwayat yang menjelaskan tentang disegerakannya balasan dan hukuman bagi orang-orang yang memperolok-olok, meremehkan dan tidak mengagungkan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.

Jangan Mendatangi Istri di Malam Hari!
Dari Ibnu 'Abbas dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian mengetuk pintu para wanita (istri-istri) pada waktu malam hari."
Berkata (Ibnu 'Abbas): "Dan pada suatu saat Rasulullah (pernah) pulang dalam keadaan berkafilah, kemudian berjalanlah dua orang bersembunyi- sembunyi pulang kepada istrinya masing-masing, maka kedua orang tersebut mendapatkan seorang pria sedang bersama dengan istrinya." (Sunan Ad-Darimiy no.444; lihat juga hadits yang mirip dengan ini dalam Shahiih Al-Bukhaariy no.1800 & 1801, Shahiih Muslim no.1928; Al-Mu'jamul Kabiir, Ath-Thabraniy no.11626; Al-Mustadrak, Al-Hakim no.7798 dari 'Abdullah bin Rawahah; Sunan Ad-Darimiy no.445 dari Sa'id bin Al-Musayyab, pent.)
Berkata Al-Imam An-Nawawiy: "Adapun bila safarnya dekat, istrinya pun mengharapkan kedatangannya pada malam hari, maka pulang malam pun boleh. Begitu pula apabila telah ada informasi awal (melalui telpon, surat atau lainnya, pent.) yang memberitahu akan kedatangannya kepada istri dan keluarganya, hal ini pun tidak mengapa." (Syarh Shahiih Muslim 13/71-72, lihat Dhiyaa`us Saalikiin fii Ahkaam wa Aadaabil Musaafiriin, Asy-Syaikh Yahya Al-Hajuriy)

Makanlah dengan Tangan Kanan!
Dari Salamah bin Al-Akwa', bahwasanya seseorang pernah makan di sisi Rasulullah dengan tangan kirinya. Maka beliau berkata: "Makanlah dengan tangan kananmu!" Orang itu berkata: "Saya tidak bisa." (Maka) beliau berkata: "Kamu tidak akan bisa." Tidak ada yang menghalangi orang tersebut (untuk makan dengan tangan kanannya) melainkan hanya kesombongan. Berkata (Salamah bin Al-Akwa'): "Maka orang itu pun (akhirnya) tidak bisa mengangkat tangan (kanan)nya ke mulutnya." (HR. Muslim no.2021)

Jangan Memperolok-olokkan Hadits!
Dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tatkala seseorang berjalan dengan sombong di waktu pagi dan petang, maka Allah menenggelamkannya ke dalam bumi, dia dalam keadaan terbolak-balik di dalamnya sampai hari kiamat." (Lihat juga hadits yang mirip dengan ini dalam Shahih Muslim no.2088; Musnad Abu 'Awwaanah I no.8565; Musnad Ahmad no.7074 dari 'Abdullah bin 'Amr, pent.)
Maka berkatalah seorang pemuda kepada Abu Hurairah: -telah disebutkan namanya- sedangkan pemuda tersebut dalam keadaan bergurau: "Wahai Abu Hurairah apakah seperti ini jalannya orang yang ditenggelamkan ke bumi itu (sambil menirukan gaya jalannya orang yang diceritakan dalam hadits tersebut, pent.)?"
Maka Abu Hurairah memukul orang tersebut dengan tangannya sehingga membekas yang hampir-hampir mematahkan tulangnya.
Kemudian Abu Hurairah berkata: Untuk hidung dan mulut (kata cercaan) (lalu membaca ayat): "Sesungguhnya Kami mencukupkan engkau balasan bagi orang yang suka mengolok-olok. " (Al-Hijr:95) . (Sunan Ad-Darimiy no.437)

Jangan Keluar dari Masjid setelah Adzan!
Dari 'Abdurrahman bin Harmalah dia berkata: "Telah datang seseorang kepada Sa'id bin Al-Musayyab untuk pamitan berhaji atau 'umrah. Maka (Sa'id bin Al-Musayyab) berkata kepada orang tersebut: "Janganlah engkau pergi sehingga engkau shalat terlebih dahulu, karena sesungguhnya Rasulullah telah bersabda: "Tidaklah keluar dari masjid setelah panggilan (adzan) melainkan dia seorang munafiq, kecuali seseorang yang keperluannya menjadikan dia harus keluar, sedangkan dia berkeinginan untuk kembali lagi ke masjid tersebut!" Maka orang itu pun berkata: "Sesungguhnya teman-temanku telah berada (menungguku, pent.) di Al-Hurrah ?" Berkata ('Abdurrahman) : "Orang itu pun akhirnya keluar. Maka belum selesai Sa'id menyayangkan atas kepergian orang tersebut dengan menyebut-nyebutnya, tiba-tiba dikhabarkan bahwa orang tersebut telah terjatuh dari kendaraannya sehingga pahanya patah." (Sunan Ad-Darimiy no.446)

Akibat Buruk bagi Pengolok-olok Sunnah
Dari Abu Yahya As-Saajii dia berkata: "Kami berjalan di gang-gang Bashrah menuju ke rumah salah seorang Ahlul Hadits, maka aku mempercepat jalanku dan ada seseorang di antara kami yang jelek dalam agamanya, kemudian berkata: "Angkatlah kaki-kaki kalian dari sayap-sayapnya para Malaikat, jangan kalian mematahkannya" , (seperti orang yang istihza`/memperolok -olok), maka (akhirnya) orang tersebut tidak bisa melangkah dari tempatnya sehingga kering kedua kakinya dan kemudian jatuh." (Bustaanul 'Aarifiin, Al-Imam An-Nawawiy hal.92)

Mencuci Kedua Tangan Setelah Bangun Tidur
Berkata Abu 'Abdillah Muhammad bin Isma'il At-Taimiy: "Aku pernah membaca di dalam sebagian kisah-kisah, bahwasanya pernah ada seorang ahlul bid'ah tatkala mendengar sabda Nabi: "Apabila salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka janganlah dia mencelupkan tangannya ke dalam bejana sehingga dia mencucinya terlebih dahulu, karena dia tidak mengetahui di mana tangannya (semalam) bermalam!" (Muttafaqun 'alaih dari Abu Hurairah dan ini lafazh Muslim)
Maka ahlul bid'ah tersebut berkata -dengan cara mengejek-, "Aku mengetahui di mana tanganku bermalam di atas tempat tidur!!" Maka ketika dia bangun (di pagi hari), tangannya sungguh telah masuk ke dalam duburnya sampai ke pergelangan tangannya." Takutlah dari Memperolok-olok Sunnah!
Berkata At-Taimiy: "Hendaklah seseorang itu merasa takut untuk menganggap ringan terhadap Sunnah-sunnah serta tempat-tempat yang seharusnya dia itu tawaqquf (diam dan berhenti serta tidak mempermasalahkannya dengan akalnya, pent.). Maka lihatlah terhadap apa yang telah sampai kepada orang tersebut akibat dari jeleknya perbuatannya! " (Bustaanul 'Aarifiin, Al-Imam An-Nawawiy hal.94) Meskipun jumhur 'Ulama menyatakan bahwa hukum mencuci kedua tangan setelah bangun tidur (yaitu mencuci atau mengguyurkan kedua tangan dengan air sebelum mencelupkannya ke bejana) adalah mustahab, akan tetapi barangsiapa yang mengentengkan atau memperolok-olok Sunnah tersebut, maka bersiap-siaplah untuk menerima akibat yang jelek dari perbuatannya tersebut. Wallaahul Musta'aan.

Bertaubatlah sebelum Terlambat!
Berkata Al-Qadhiy Abu Thayyib: "Kami pernah berada di majelis "An-Nazhar" di Masjid Jami' Al-Manshur, maka tiba-tiba datanglah seorang pemuda Khurasan, kemudian bertanya tentang "Al-Mushrah" , dia meminta dengan dalil-dalilnya, sampai akhirnya diberikan dalil dengan hadits Abu Hurairah yang meriwayatkan dan menjelaskan permasalahan tersebut, kemudian orang tersebut mengatakan: -sedangkan dia adalah orang yang hanif (cenderung kepada kebenaran)- "Abu Hurairah tidak bisa diterima haditsnya ...." Maka belum selesai orang itu dari perkataannya, tiba-tiba jatuh atas orang tersebut seekor ular yang besar dari atas atap masjid tersebut, sehingga manusia berlompatan dikarenakan ular tersebut dan pemuda itu pun lari darinya, sedangkan ular tersebut terus mengejarnya. Maka orang-orang mengatakan kepadanya: "Bertaubatlah, bertaubatlah! !" Dan pemuda itu pun berkata: "Aku bertaubat!" Maka akhirnya ular itu pun lenyap dan tidak terlihat bekas-bekasnya. " (Siyar A'laamin Nubalaa` 2/618)
Berkata Al-Imam Adz-Dzahabiy: "Sanadnya adalah para imam."

Itulah beberapa riwayat yang tegas dan jelas tentang disegerakannya balasan bagi orang-orang yang meremehkan atau memperolok-olok Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, mudah-mudahan Allah menyelamatkan kita dari hal itu.
Kita memohon kepada Allah agar menjadikan kita orang-orang yang mencintai Sunnah Nabi-Nya, mengamalkannya, mengagungkannya, mendakwahkannya dan membelanya, aamiin.
Wallaahu a'lam.
Dinukil dari kitab Ta'zhiimus Sunnah karya 'Abdul Qayyum dengan beberapa tambahan.
Wallahu'alam

Yuskal Kadin