Selasa, 09 Juni 2009

FITRAH

"Mencari Tuhan" yang "Hilang"

Disebuah kamar, seorang pemuda berdoa kepada Tuhannya, “ Ya ALLAH hari ini aku kehilangan pekerjaan. Berilah aku pekerjaan yang lebih baik…”

Di sebuah kamar yang lain, seorang suami yang baru saja di tinggal istrinya berdoa kepada Tuhannya, “ Ya ALLAH, istriku meninggalkanku. Kembalikan istriku ke sisi hamba lagi ya ALLAH…”

Di tempat yang lain ada sepasang suami istri yang menengadahkan tangannya berdoa kepada Tuhannya dengan penuh harap, meminta kepada Tuhannya agar di beri keturunan, setelah bertahun – tahun menikah keduanya belum juga di beri keturunan.

Di sebuah taxi seorang pria bercerita kepada supir taxi bahwa dulu mobil miliknya sama dengan mobil mewah yang ada di sebelah taxinya. Namun saat ini tidak ada satupun mobil yang di milikinya.

Di belakang pengemudi ojek, seorang bapak menuturkan bahwa ketika ia masih berjaya, rumah kontrakan miliknya berjumlah 10 buah. Namun saat ini jangankan rumah kontrakan yang jumlahnya banyak itu, sebuah rumah saja dia sudah tak punya. Dia bahkan harus mengontrak rumah atas biaya anaknya.

Kemudian, ada apa dengan orang – orang yang berdoa seperti diatas tadi ?
Pemuda yang kehilangan pekerjaan dulunya rajin sholat dhuha sebelum berangkat kerja. Namun ketika pekerjaan sudah menyibukannya, Ia lalu sering terlambat sholat fardhu, parahnya bahkan kehilangan sholat fardhunya. Jangankan menyempatkan diri untuk melakukan sholat rawatib, bahkan sholat fardhu pun ia lakukan dengan tergesa – gesa, karena aktivitas di pekerjaan telah menunggunya. Ia lupakan ALLAH yang dengan penuh cinta menunggunya dalam setiap sholat. Ia lupa bahwa pekerjaan yang saat itu dia tekuni datang dariNya dan rizki yang ia nikmatipun hanya pinjaman. Ia lupakan sang pemberi rizki, ia lupakan sang KEKASIH. Sampai saat ketika ALLAH mengingatkannya dengan mengambil kembali semua yang pernah ia miliki dan nikmati.

Seorang suami yang berdoa minta agar istrinya kembali lagi padanya, adalah seorang suami yang ketika masih memiliki istri, ia lupakan tanggung jawabnya. Ia tinggalkan sang istri demi pekerjaan yang menurutnya untuk kebahagiaan sang istri juga. Ia biarkan sang istri kesepian di rumah. Ia mencoba menggantikan kasih sayang dengan kelengkapan materi. Baginya materi dapat memberi kebahagian bagi istrinya. Ia lupakan ijab Kabul yang dulu ia ucapkan. Ia lupa bahwa ketika ijab Kabul sebenarnya ia tidak hanya berjanji kepada manusia saja, namun juga berjanji kepada TUHANnya. Ia lupa bahwa ketika menikah sebenarnya ia sedang mengemban amanah ALLAH. Untuk mendidik istrinya agar lebih dekat dengan Tuhannya dan memberinya kebahagiaan lahir dan bathin. Sampai ketika ALLAH mengingatkannya kembali dengan memisahkannya dari sang istri. Ketika itulah ia baru menyadari arti kehadiran seorang istri.

Lalu sepasang suami istri yang meminta agar ALLAH mengaruniakan keturunan. Pagi dan petang tak lelah memohon, bangun di sepertiga malam dengan penuh harap ALLAH mengijabah doanya. Dulu sebelum menikah, mereka berdua tergoda untuk melakukan perbuatan yang sangat di benci olehNYA. Hasil dari perbuatan tak terpuji itu mereka gugurkan. Keduanya lupa ALLAH sangat tak menyukai kemaksiatan yang mereka lakukan. Sampai ketika ALLAH menunda memberikan amanahNya pada pasangan tersebut.

Lalu Bapak yang pernah merasakan memiliki mobil mewah dulunya adalah seorang pengusaha yang sukses. Mobil yang ia miliki dipakainya untuk pergi ke tempat yang tidak disukai oleh ALLAH, ia lupa pada sang Pemberi rizki tersebut. Ia nikmati mobil mewahnya untuk kenikmatan duniawi yang dibenci Nya. Tak pernah sekalipun mobil itu membawanya ke rumah ALLAH, atau membawa keluarganya untuk bersilaturahim dengan keluarga yang lain. Hingga saat ALLAH perlu mengingatkannya dengan mengambil kembali kemewahan yang dimiliki.

Sang Bapak yang duduk di belakang ojek, dulunya mempunyai rumah yang banyak. Dengan rumah – rumah tersebut ia menghidupi keluarganya. Mengontrakan rumah – rumah tersebut. Namun ketika menagih uang sewa ia seringkali tidak mau memahami kesulitan orang lain. Bahkan kadang sering bertindak dzalim. Hal ini membuat orang – orang tersebut mendoakan keburukan baginya. Sampai saat ketika ALLAH mengijabah doa orang – orang yang dia dzalimi tersebut. Habis semua kekayaan yang dimilikinya. Rumah kontrakan. Disana kemudian beliau tinggal, itupun di bayarkan sewanya oleh sang anak, yang coba berbakti kepada orang tuanya.

Seringkali kita lupa bahwa ALLAH itu ada dan senantiasa mengawasi. ALLAH ada dan sangat dekat dengan kita. Namun karena ketidak mampuan mata kita untuk menatapnya kita sering melalaikan keberadaanNya. Jarang mengingatNya dan mengingkari keberadaanNya.

Ya Rabb, jangan biarkan aku lalai mengingatMu, mensyukuri semua nikmat, dan menjalankan semua kewajibanku atasMu …


Muslimah Group, (Imanda Amalia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar