Minggu, 07 Juni 2009

دعوة الى الله



MENYERU KE JALAN ALLAH

Kaum muslimin dimanapun anda berada, pernahkah kita membayangkan bahwa ada orang duduk-duduk bersantai di rumahnya tetapi dia mendapat pahala sholat, ada orang yang sedang tidur bersama keluarganya tetapi dia mendapat pahala puasa, bahkan ada orang yang sedang rekreasi di taman yang indah bersama teman-temanya tetapi dia mendapat pahala sedekah, bahkan jihad fisabilillah? Seakan-akan aneh ditelinga kita, namun itu bisa terjadi pada diri kita.

Ya, itulah rahasia besar dakwah. Yaitu menyeru manusia sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW yang tertera di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Allah memuji perbuatan ini, yang diabadikan dalam Qs. Fussilat ayat 33, yang artinya: Dan siapakah yang lebih baik perkataanya dibandingkan dengan orang yang mengajak kepada Allah dan beramal sholeh dan dia berkata “sesungguhnya saya termasuk orang-orang yang berserah diri”.

Ayat ini mengandung pertanyaan dari Allah, yang redaksinya bertanya, tetapi tidak perlu dijawab, karena jawabanya sudah mafhum atau pasti, yaitu “tidak ada yang lebih baik perkataannya selain berdakwah kepada manusia” didalam bahasa kita misalnya seperti berikut “benua apa lagi yang terbesar di dunia selain Asia?” jawabannya tidak ada kecuali ya benua Asia itu. Berdasarkan hadis Rasulullah, bahwa orang yang mengajak kepada kebaikan,atau mengajari kebaikan, maka dia mendapatkan pahala kebaikan tersebut serta mendapat tambahan pahala dari orang yang melakukannya. Misalnya: anda mengajak dan mengajari satu orang berwudhu dengan benar, lalu murit anda memiliki murit lagi berjumlah seratus orang yang semuanya bisa berwudhu dengan benar, maka walaupun anda bersantai di rumah, tetapi setiap kali murit anda berwudhu, pahala wudhu seratus orang itu tetap mengalir pada diri anda dengan tanpa mengurangi pahala mereka.

Dakwah memang harus dengan sabar, artinya, tidak jemu-jemu mengajak dan mengulang-ulang. Terkadang jiwa manusia yang di hadapi oleh da’i telah di penuhi oleh tumpukan kebatilan, kesesatan, tradisi yang buruk dan kondisi yang tidak menguntungkan, dan semua itu harus diseingkirkan. Hati mereka harus dihidupkan kembali dengan segala cara, semua pusat-pusat rasa harus disentuh untuk menemukan syaraf penghubung yang menentukan. Terkadang dengan satu sentuhan saja,- setelah sekian kali gagal,- dapat mengubah manusia secara total dan sesaat, bila sentuhan itu mengena. Ini persis seperti pemancar radio.

Seperti halnya ungkapan Sayyid Quttub yang di nukil oleh M. Quraish Shihab, bahwa: berdakwah itu seperti memutar atau mencari gelombang radio. Anda dituntut memutar dan terus memutar tunner (tombol pencari gelombang) untuk mencari gelombang yang anda inginkan. Boleh jadi berulang-ulang anda memutar tombol, kekanan dan kekiri tanpa menemukan suara atau gelombang yang anda inginkan, tetapi dikali yang lain, tiba-tiba dengan gerakan tangan yang lembut dan spontan, anda menemukan gelombang yang anda cari dan ketika itu pula terpancar gema dan suara merdu yang anda inginkan selama ini.

Dengan demikian, ajakan atau dakwah itulah yang pokok, bukan sang da’i atau penganjurnya. Biarlah hati sang da’i kesal dan dadanya sesak, tetapi ia harus menahan, tidak meluapkannya keluar, sambil terus melaksanakan tugas dengan segala situasi, lalu sisanya diserahkan pada Allah, karena yang disampaikan adalah petunjuk Allah. (faidza ‘azzamta fatawakkal ‘ alallah).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar