Jumat, 10 Juli 2009

BURUNG PATAH SAYAP (sebuah catatan dakwah seorang ukhti)


Berikut adalah sekelumit catatan perjalanan dakwah seorang muslimah

Ukhti, aku selalu mengagumi sayap-sayapmu yang tak pernah berhenti mengepak dan senantiasa terbang tinggi dan kian tinggi. Kecepatan dan gelombang ruhiyahmu pun sangat luar biasa. Dirimu, aktivis dakwah yang tak pernah kenal henti berjuang, dinamis, dan haroki, mewakili motomu tentang jangan pernah diam dan berhenti bergerak, karena diam dapat mematikan.

“Ustadz, apakah usia perjuangan dakwah akhwat begitu terbatas? Terbatas oleh usianya, pekerjaannya, dan terbatas oleh amanahnya dalam rumah tangga?” Tanyaku suatu hari pada seorang ustadz. “Kalau begitu aku iri pada teman-teman ikhwan seperjuanganku. Mereka dapat cuek untuk tidak memikirkan pernikahan. Toh setua apapun kelak mereka mau menikah, mereka dapat dengan mudah menikahi akhwat yang lebih muda. Jika akhwat, semakin tua… Adakah ikhwan yang berkenan padanya?” Aku masih dengan pertanyaan polosku. Ustadz hanya tersenyum… I know.. Itu berarti aku sendiri tahu jawabannya. Dungdungdungdung…..

Fenomena ini mungkin mengenai semua lini dakwah. Saat sebagian akhwat berhenti dari aktivitas dakwahnya justru setelah ia menikah. Aku mencoba merenungi dalam-dalam. Pasti ada yang salah, (bisa jadi pemahamanku, pola pikirku) ya…, pasti ada yang dapat kujadikan pelajaran. Dalam benakku, pernikahan di jalan dakwah adalah pernikahan dua aktivis yang bertujuan memperkokoh tandzhim dakwah, menyatukan kekuatan, dan mencetak generasi baru jundullah. That’s the point, namun dalam kenyataannya seringkali kondisi ini tidak se-idealis yang ku bayangkan… Ada berbagai situasi dan kondisi yang realistis yang harus dicermati. Dan aku belajar banyak, dari pernikahan saudaraku, sahabat-sahabatku, patner-patner dakwahku…

Bidadari, menikah adalah sunnatullah dan sunnah Rasulullah bagi setiap muslim. Ya, of course, karena akhwat adalah tulang rusuk yang bengkok. Harus ada yang meluruskannya dengan penuh kesabaran kalau tak ingin patah. Pernikahan sepasang aktivis dakwah haruslah karena dakwah (terlepas dari berbagai fenomena yang ada saat ini; VMJ (virus merah jambu), take in, atau hubungan tanpa status). Dan saat menikah di jalan dakwah, maka proyek dakwah dalam keluarga adalah konsekuensi logis dari pernikahan para aktivis.

Namun bagi akhwat, ada banyak hal baru yang nembuatnya harus berada dalam dunia yang mungkin berbeda. Tak jarang menghentikan sementara gerak langkahnya (terlebih saat buah hati telah hadir dalam kehidupannya). Namun ini hanya sementara, sampai jundi kecilnya mulai bisa diajak berjihad. Right??? Maka menjadi amanah bagi keduanya untuk saling mengingatkan, agar mujahidah dakwah tak bagai burung patah sayap.

Aku yakin engkau tahu benar bidadari, bahwa sebagai akhwat aktivis dirimu memiliki banyak potensi. Kemampuan manajerial, strategi dakwah, membina, kaderisasi, dan banyak hal lainnya yang sebenarnya tidak terbatas. Apakah harus berakhir di gerbang pernikahan? Meski ada amanah lain yang juga tak kalah menantangnya, menjadi madrasah terbaik, bidadari terbaik di rumahnya. Namun potensi itu punya hak untuk terus berkembang, jangan dibiarkan padam atau meredup. Potensi itu harus terus dinamis dan haroki, untuk membuat satu karya terbaik bagi umat. Ada banyak kader akhwat, namun mengapa masih sulit untuk mencari mentor? Mengapa masih sulit untuk mencari pengisi ta’lim? Mengapa begitu sulit untuk mencari aktivis akhwat di lini dakwah ini? Nikmat tarbiyah punya satu konsekuensi logis bagi para jundinya, yaitu bergerak dan beramal, untuk satu cita IQQOMATUDIEN (menegakkan dienNya).

Entahlah, kadang tanya ini tak berujung jawaban. Satu hal yang pasti harus terus kita benahi adalah sebuah sistem yang terbaik untuk mengelola potensi para umahat. Dan tarbiyah sebenarnya telah menjadi wasilah yang tepat. Namun terlepas dari sistem ini, ada satu point yang lebih utama. Niat, ghirah, tadhiyah, hamasah dari para aktivis dakwah akhwat itu sendiri, untuk terus menjadi cahaya umat, tidak semata menjadi cahaya di rumahnya saja. Maka kepak sayap itu akan terus berkembang dengan dua kekuatan besar dalam sebuah rumah tangga yang tak ubah bagai sebuah markas jihad. Bagai sayap burung, ia kan terus terbang lebih tinggi. Tak kenal henti, karena ada tujuan bersama yang begitu indah… Jannah dan pertemuan dengan-Nya.

Bidadari, sungguh…, tidak ada yang membedakan usia perjuangan dakwah akhwat dan ikhwan. Mungkin bentuk dan kadarnya saja yang berbeda. Namun semangat dan gelora jihadnya tidak boleh berbeda. Karena kelak dihadapan Allah, hanya ketaqwaanlah yang membedakan. Bukan gender, suku, rupa seseorang. (Dan aku tidak mau mengalah, juga tidak mau berhenti berfastabiqul khoirot dengan teman-temanku….. Duh…. Nih kepala terbuat dari apa sih?).

Ukhti fillah, para aktivis dakwah, akhwat, dan umahat. Gerbang pernikahan adalah awal fase baru dalam kehidupan (pernikahan bukanlah hidup baru, hanya sebuah fase baru, karena kehidupan baru kita adalah saat kita bertemu Rabb kita. Saat nyawa meregang dari tubuh kita, saat kita akan berhadapan dengan hari yang sangat berat untuk hisab kita. Itulah hidup baru kita, kematian dunia untuk sebuah kehidupan abadi di akhirat kelak). Gerbang itu bukan untuk menutup semua potensi kita, tapi justru laboratorium pengembangan kapasitas dakwah kita. (Berat menulis seperti ini, karena Uz belum bisa membuktikannya alias konsulen teoritis saja).

Saat memasuki rumah dakwah baru, maka saat itulah genderang jihad dibunyikan untuk melihat sejauh mana dua kekuatan besar tersebut berkolaborasi membangun sebuah kekuatan yang dasyat untuk menjadi kemanfaatan yang besar bagi masyarakatnya, negaranya, dan terutama bagi diennya. Dan PR ini bukan main-main, agenda ini harus senantiasa di evaluasi bersama. Karena kita semua adalah du’at, nahnu du’at qobla kuli syai (kita adalah da’i sebelum yang lainnya ).

Maka ukhti fillah, akhwat, dan umahat bantulah para akhwat aktivis untuk tidak fobi terhadap pernikahan. Dengan segala keterbatasan, teruslah kepakan sayap jihadmu. Minimal lewat perhatian dan doamu. Karena Nusaibah, Khadijah, Khansa, tidak lahir begitu saja. Generasi shahabiyah bukan impian semu yang tak mungkin hadir di akhir zaman ini. Kita adalah wanita akhir zaman, kita tidak bisa berhenti melangkah dan bergerak karena cita-cita besar kita belumlah futuh hingga dakwah mencapai kemenangannya. Kehidupan kita bukanlah sebatas suami, anak dan segala kesulitan rumah tangga kita. Tapi lebih besar lagi… Ini adalah tantangan bagi saya, meski saya tak pernah mampu meraba masa depan.

Tapi semoga Allah mengistiqomahkan kita, akhwat, dimanapun nanti ukhti berada, mendampingi mujahid manapun…. Jannah itu adalah milik kita juga, maka bertempurlah tuk jadi yang terbaik dari setiap peran yang harus kita jalani. Ini pertempuran kita…. Tuk buktikan pada dunia kita mampu setegar para mujahidah Afgan yang saling menyemangati antar para umahat untuk mendorong para suaminya berjihad dan menutup pintu rumah kala suaminya bermalas-malasan dari dakwah.

Ini pertempuran kita, tuk buktikan pada Allah bahwa Dia tak pernah salah memilih kita menjadi mujahidah dakwahnya… Yang menjadikan suami dan anak bukan fitnah baginya. Namun menjadi kekuatan luar biasa, sekuat para mujahidah dan para umahat Palestina yang tak pernah berhenti melahirkan dan mendampingi mujahid dakwah meski mereka harus kehilangan semua orang yang dicintanya…. Demi izzah Islam.

Ini pertempuran kita… Tuk kalahkah stigma bahwa akhwat bagai burung patah sayap saat ia menikah. Bertempurlah ya ukhti, terutama dengan diri kita sendiri. Karena seringkali ialah musuh terbesar kita.

“ Hai orang-orang yang beriman janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Siapa saja yang berbuat demikian, maka merekalah orang-orang yang rugi…” (Q.S Al Munafiqun : 9).

Karena kau ukhti mujahidah…. Karena kau pendamping mujahid dakwah… Maka sambutlah seruan ini… Semoga kelak kau kan menjadi bidadari surga mulia di jannah-Nya. Wallahualam bishawab.

Oleh : Azzam Syahidah
Pengirim: Yahdi Siradj

THE POWER OF TAWAKKAL


Tawakal Adalah Sarana Terbesar Untuk Mendapatkan Kebaikan Dan Menghindari Kerusakan

Tawakal adalah salah satu sarana terkuat di antara sarana-sarana yang bisa mendatangkan kebaikan serta menghindari kerusakan, berlawanan dengan pendapat yang mengatakan: bahwa tawakal hanyalah sekedar ibadah yang mendatangkan pahala bagi seorang hamba yang melakukannya, seperti orang yang melempar jumrah (ketika haji), juga berlawanan dengan orang yang berpendapat tawakal berarti men-tiada-kan prinsip sebab musabab dalam penciptaan serta urusan, sebagaimana pendapat yang dilontarkan oleh golongan "Mutakallimin" seperti Al-Asy-ari dan lainnya, dan juga seperti pendapat yang dilontarkan oleh para ahli Fiqh dan golongan shufi, (Risalah Fi Tahqiqi At-Tawakkul karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hal. 87), hal ini akan diterangkan dalam bahasan mengenai prinsip sebab-musabab, Insya Allah.

Ibnul Qayyim berkata : Tawakal adalah sebab yang paling utama yang bisa mempertahankan seorang hamba ketika ia tak memiliki kekuatan dari serangan makhluk Allah lainnya yang menindas serta memusuhinya, tawakal adalah sarana yang paling ampuh untuk menghadapi keadaan seperti itu, karena ia telah menjadikan Allah pelindungnya atau yang memberinya kecukupan, maka barang siapa yang menjadikan Allah pelindungnya serta yang memberinya kecukupan maka musuhnya itu tak akan bisa mendatangkan bahaya padanya. (Bada'i Al-Fawa'id 2/268)

Bukti yang paling baik adalah kejadian nyata, telah diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang disanadkan kepada Ibnu Abbas : Hasbunallahu wa nima Al-Wakiil, yang artinya : (Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung), ungkapan ini diucapkan oleh Nabi Ibrahim saat tubuhnya dilemparkan ke tengah-tengah Api yang membara, juga diungkapkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika dikatakan kepadanya : Sesungguhnya orang-orang musyrik telah berencana untuk membunuh mu, maka waspadalah engkau terhadap mereka. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam bab Tafsir 4563 (Fathul Bari 8/77))

Ibnu Abbas berkata : Kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim ketika ia dilemparkan ke tengah bara api adalah : "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah sebaik-baik pelindung". (Hadits Riwayat Al-Bukhari bab Tafsir 4564 8/77)

Dan diriwayatkan oleh Al-Baihaqi yang disanadkan kepada Bastar bin Al-Harits, ia berkata : Ketika Nabi Ibrahim digotong untuk dilemparkan ke dalam api, Jibril memperlihatkan diri padanya dan berkata : Wahai Ibrahim, apakah kamu perlu bantuan ?, Ibrahim menjawab : Jika kepada engkau, maka saya tidak perlu bantuan, (Diriwayatkan oleh Ibni Jarir dalam Tafsirnya 17/45, Al-Baghwi dalam tafsirnya 4/243), ini adalah bagian dari kesempurnaan tawakal yang hanya kepada Allah semata tanpa lainnya.

Akan tetapi apa yang terjadi setelah itu ?!, Allah berfirman : "Kami berfirman : 'Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim', mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka orang-orang yang paling merugi". (Al-Anbiya : 69-70)

Dan befirman pula Allah tentang Nabi Muhammad dan para sahabatnya : "Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar". (Ali Imran : 174). Ibnu Katsir berkata : Setelah mereka bertawakal kepada Allah maka Allah melindungi mereka dari bahaya yang mengancam mereka, dan Allah mencegah dari mereka bencana yang telah direncanakan oleh orang-orang kafir, lalu mereka kembali ke negeri mereka sesuai dengan firman-Nya, Dengan ni'mat dan karunia (yang besar dari Allah, mereka tidak dapat bencana apa-apa) dari sesuatu yang tersembunyi dalam hati musuh-musuh mereka dan (mereka mengikuti keridla'an Allah) dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Tafsir Qur'anul Adzhim 2/148)

Dan firman Allah tentang orang-orang beriman: "Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu, Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal". (Al-Maidah : 11)

Kandungan dari ayat ini adalah bahwa sikap tawakal kepada Allah yang ada dalam hati orang-orang yang beriman adalah salah satu sebab Allah menahan tangan orang-orang kafir yang hendak mencelakakan orang-orang yang beriman, Allah menggagalkan apa yang diingini oleh orang-orang kafir terhadap orang-orang beriman.

Berita yang menerangkan tentang sebab turunnya ayat ini ada tiga berita, semuanya membuktikan bahwa hanya Allahlah yang menjadi pelindung bagi Nabi-Nya dan Allah pula yang menjaganya dari kejahatan manusia, ketiga berita itu adalah:

1. Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan lainnya dari Jabir bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam terpisah dari para sahabatnya lalu bernaung di bawah pohon (Disebutkan bahwa pohon itu adalah pohon yang berduri, An-Nihayah 3/255) beliau menggantungkan pedangnya di atas pohon itu, kemudian datang seorang Arab Badui (Diriwayatkan bahwa nama orang itu adalah Ghurata bin Al-Harits, lihat Shahihul Bukhari dalam kitab Al-Maghazy 4136 V/491 dan lihat pula Tafsir Ibnu Katsir 3/59) kepada Rasulullah dan mengambil pedang milik beliau, lalu orang itu berdiri di hadapan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, sambil bertanya: Siapakah yang dapat mencegahmu dari aku .?. Beliau menjawab: Allah !, orang Arab Badui itu bertanya dua atau tiga kali: Siapa yang dapat mencegahmu dari aku ?, dan Nabi menjawab: Allah, Jabir berkata: Kemudian orang Arab itu menyarungi pedangnya, lalu Nabi memanggil para sahabatnya, dan mengabarkan kepada mereka tentang kejadian Arab Badui itu, sementara Arab Badui itu duduk di sisi Rasulullah dengan tidak memberi hukuman kepada orang itu. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya 3/311, Bukhari bab Jihad 2910 6/113, diriwayatkan oleh Ath-Thabari dalam Tafsirnya 6/146)
2. Berita yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari dan lainnya dari Ibnu Abbas -tentang ayat ini ia menyebut ayat 11 dari surat Al-Ma'idah- dan ia berkata : Sesungguhnya orang-orang dari kaum Yahudi membuat makanan untuk membunuh Rasulullah dan para sahabatnya, kemudian Allah mewahyukan kepada utusan-Nya itu tentang rencana mereka, maka Rasulullah dan para sahabatnya tidak makan makanan itu. (Diriwayatkan oleh Ath-Thabari dalam tafsirnya 6/46 dan Ibnu Abu Hatim sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir 3/59)
3. Dikisahkan bahwa orang-orang dari Kaum Yahudi bersepakat untuk membunuh Nabi dengan cara mengundang Nabi dalam suatu urusan, ketika Nabi datang kepada mereka, mereka membuat siasat untuk melempar beliau dengan sebuah batu besar pada saat Rasulullah bernegosiasi dengan orang-orang Yahudi, lalu Allah memberitahukan rencana mereka ini kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah kembali ke Madinah dengan para sahabatnya. (Diriwayatkan oleh Ath-Thabari dalam Tafsirnya 6/144) maka pada saat itulah Allah menurunkan ayat yang berbunyi: "Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu". (Al-Maidah : 11)

Dari berita-berita yang menyebabkan turunnya ayat di atas, serta kejadian-kejadian lain yang nyata membuktikan bahwa Allah akan selalu menjaga dan melindungi Nabi utusan-Nya, hal ini tidak lain adalah karena kesempurnaan beliau dalam bertawakal kepada Allah Azza wa Jalla. Berita dan kejadian seperti ini banyak sekali dan cukup bagi kami dengan apa yang telah kami sebutkan.

WASSALAM
Adi M Mauraga
PELAYAN KEDAI SPIRITUAL

Tunduklah Biar Beruntung...



Aslimuu...Tuflihuu...(Jadilah orang Islam yang SEBENAR-BENARNYA, niscaya antum BERUNTUNG.)

Islam berdasarkan bahasa berarti tunduk, patuh, berserah, menyerahkan diri, selamat, damai. Muslim, berarti orang yang Islam, orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah, orang yang tunduk patuh kepada Allah, orang yang ‘bertekuk-lutut’ di hadapan Allah.

Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah (Aslim)!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam (Aslamtu li Rabbil ‘alamin)”. [QS. Al-Baqarah: 131]

Dalam ayat di atas dapat kita lihat bahwa “Aslim!” dapat berarti “Tunduk patuhlah!”. Jika kata “Tunduk patuh” kita ganti dengan kata “Islam” maka kalimat itu menajdi “Islamlah!”.

Lalu Nabi Ibrahim menjawab: “Aslamtu li Rabbil ‘alamin.” Jika “Amantu” berarti “Aku beriman, aku percaya”, maka “Aslamtu” berarti “Aku berislam, aku tunduk patuh.” Dengan melihat makna kata Islam, kalimat di atas juga bisa diartikan “Aku menyerah kepada Tuhan semesta alam.”

Sungguh menakjubkan. Kata-kata seperti ini ternyata diucapkan orang yang dianggap sebagai Yesus oleh orang Kristen ketika dia disalib.

Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya. [Lukas 23:46]

Yahudi di kala itu biasa menyebut Tuhan semesta alam dengan sebutan “Bapa”. Maka dalam bahasa Arab menjadi “Yaa Robb!”. Sedangkan “nyawa” sepertinya bukan terjemahan yang tertutup dari kata aslinya. Kita tentu ingat bahwa bahasa Arab dan Ibrani mempunyai akar yang sama. Dalam bahasa Arab “Nafsii” dapat berarti nyawaku, jiwaku, diriku, nafsuku. Maka dalam bahasa Arab, ayat itu bisa berbunyi, “Yaa Robb, aslamtu nafsii ilaa yadayKa.” Artinya, “Wahai Tuhan, aku menyerahkan diriku ke dalam tangan-Mu (Kekuasaan-Mu)” Ini sebuah ikrar ke-Islaman yang mirip dengan ikrar ke-Islaman Nabi Ibrahim ketika Allah menyuruh beliau untuk ber-Islam. Orang yang disalib itu jelas-jelas menyerahkan diri-Nya untuk tunduk patuh kepada kekuasaan dan peraturan Allah, kepada Diinullah, kepada agama Allah. Secara singkat, kalimat itu bisa menajdi “Yaa Rabb, aslamtu nafsii ilayKa. Wahai Tuhan, aku menyerahkan diriku kepada-Mu)” Maka dengan demikian, orang itu telah meng-Islamkan dirinya kepada Tuhan alam semesta. Setelah menunjukkan ke-Islamannya di hadapan orang ramai, orang yang dianggap sebagai ‘Isa itu pun pingsan.

Wa naadaa ‘Iisaa bishowtin ‘azhiim wa qaal: “Yaa Abaa, fii yadayka aslamtu nafsii!”

Maka jelaslah bahwa seorang Muslim adalah orang yang tunduk kepada Allah, patuh kepada Allah, berserah diri kepada Allah. Jika Anda, wahai ahli kitab, ingin berdamai dengan Allah, maka masuklah ke dalam Islam! Allah telah menyeru Nabi Ibrahim: “Aslim!” Maka Nabi Ibrahim menyambut seruan itu: “Aslamtu li Robbil ‘alamin.” Alangkah indahnya jika Anda juga menyambut seruan Allah kepada Anda dengan kalimat yang sama. Sungguh Allah telah menyeru kalian:

Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah) (Isyhaduu bi annaa muslimuun)”. [QS. Ali Imran: 64]

‘Isa dan murid-muridnya telah menyeru orang-orang Yahudi yang ditangan mereka terdapat Taurat. Ketika mereka tidak mau tunduk kepada Allah yang esa, maka wajarlah jika beliau dan murid-muridnya berkata: “Isyhaduu bi annaa muslimuun!” untuk menunjukkan kepada para ahli kitab bahwa ‘Isa dan murid-muridnya adalah muslim dan berlepas diri dari ajaran bathil Farisi dan Saduki.

Begitu juga kami telah mengajak kalian, wahai yang ditangannya terdapat Alkitab, agar Anda masuk ke dalam Islam dan tunduk-patuh kepada Allah yang esa. Jika Anda menolaknya, saksikanlah oleh kalian bahwa kami adalah Muslim dan kami berlepas diri dari ajaran bathil yang kalian serukan!

Diriwayatkan dari Abu Dzar ra katanya: Nabi SAW bersabda: “Jibril as telah mendatangi aku lalu memberitahu berita gembira, yaitu siapa yang mati di kalangan umatku dalam keadaan tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu, niscaya dia akan dimasukkan ke dalam Syurga.” [HR. Bukhori, Muslim, At-Tarmidzi, Ahmad bin Hanbal]

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra katanya: Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu niscaya akan memasuki Neraka.” [HR. Bukhori, Muslim, Ahmad]

Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra katanya: Ketika Mu’adz bin Jabal mengikuti unta Rasulullah SAW dalam satu perjalanan, Rasulullah SAW memanggil: “Wahai Mu’adz!” Mu’adz menyahut: “Labbayk yaa Rasulallah! (Telah kuterima panggilanmu itu wahai Rasulullah.)” Rasulullah s.a.w memanggil lagi: “Wahai Mu’adz!” Mu’adz menyahut lagi: “Labbayk yaa Rasulallah!” Rasulullah SAW memanggil: “Wahai Mu’adz!” Mu’adz menyahut lagi: “Labbayk yaa Rasulallah!” Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mengucap Dua Kalimah Syahadat yaitu: laa ilaaha illallaah, wa anna Muhammadan ‘abduHuu wa RasuuluH, niscaya terselamatlah dia dari api Neraka.” Kemudian Mu’adz berkata: “Bolehkah aku memberitahu perkara ini kepada orang ramai agar mereka sebarkan berita gembira ini?” Rasulullah SAW bersabda: “Kalau begitu, lakukanlah dan berserahlah kepada Allah!” [HR. Bukhori, Muslim, Ahmad]

Kalimat di atas adalah kalimat keniscayaan, kepastian, bukan kalimat keraguan. Tidak ada keraguan di dalamnya. Ucapkanlah dua kalimah syahadah, maka bagi Anda surga.


Dahsyatnya Sakaratul Maut (kematian)



Dahsyatnya Sakaratul Maut

“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, nescaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).

Datangnya Kematian Menurut Al Qur’an :
1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan risiko-risiko kematian.
Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, nescaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)

2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedoktoran yang canggih serta ratusan doktor terbaik yang ada di muka bumi ini.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, sekali pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:78)

3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS al-Jumu’ah, 62:8)

4. Kematian datang secara tiba-tiba.
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya esok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34)

5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)


Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut

Sabda Rasulullah SAW : “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)
Sabda Rasulullah SAW : “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bahagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)

Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW .
Ka’b al-Ahbar berpendapat : “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bahagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.

Imam Ghozali berpendapat : “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bahagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”.

Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan. “Wahai manusia !”, kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku.”

Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi.

Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam bis shawab.

Sakaratul Maut Orang-orang Zalim

Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim A.S. untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zalim. Allah SWT pun memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim A.S. pun pengsan tak sadarkan diri. Setelah sedar Ibrahim A.S. pun berkata bahwa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu.

Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malaikatul Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.

Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita.

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, kerana kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (kerana) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An’am 6:93)
(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat zalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); "Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu kejahatan pun". (Malaikat menjawab): "Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan". Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)

Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang zalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik ! “ Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.

Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengambarkan padanya rumahnya kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorang pun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka”.
Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang zalim di neraka, “Wahai musuh Allah, itulah rumah mu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila min dzalik!


Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa

Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum.

Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertaqwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertaqwa, (yaitu) syurga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertaqwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32)

Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikat pun akan menunjukkan syurga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.

Herfin Muhamad, in facebook

Wallahu a’lam bish-shawab.

SIFAT WUDHU NABI



A. SYARAT-SYARAT WUDHU
1. Niat
2. Membaca bismillah ketika akan berwudhu.
3. Air yang digunakan harus suci dan mensucikan, maka tidak sah berwudhu dengan air yang najis.
4. Menghilangkan hal-hal yang mengahalangi sampainya air ke kulit.
5. Jika seseorang selesai dari buang hajat maka dia harus bersuci dahulu sebelum berwudhu

B. RUKUN-RUKUN WUDHLU
1. Mencuci wajah
2. Mencuci tangan
3. Mengusap kepala
4. Mencuci kedua kaki
5. Tertib
6. Muwalah (bersambungan)

C. SUNNAH - SUNNAH WUDHU
• Bersiwak,sebagaimana sabda Rasulullah: “Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan berwudhu.” (Hadits shohih)
• Mencuci kedua tangan sampai pergelangan tangan sebelum berwudhu
• Mencuci anggota-anggota wudlu sebanyak tiga kali. (sedangkan mengusap kepala yang sering dilakukan Nabi adalah sekali)
• Menyela-nyela jenggot yang tebal
Menyela-nyela jari-jari kaki dan jari-jari tangan, sebagaimana sabda Rasulullah saw: "Celah-celahilah jari-jemari kamu". (HR. Abu Daud )
• Dalk (menggosok)
Yang dimaksud dengan dalk yaitu menggosok anggota wudhu (yang telah terkena air) dengan menggunakan tangan (sebelum anggota wudhu tersebut kering).
Dari Abdullah bin Zaid Ra berkata : “Bahwasanya Nabi saw didatangkan air kepada beliau (sebanyak) dua per tiga mud, lalu beliau mendalk (menggosok) kedua lengannya.” (HR. Ahmad)
• Mendahulukan tangan kanan daripada yang kiri dan kaki kanan daripada kaki kiri. Sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadits Abu Hurairah :
“Jika kalian berwudhu maka mulailah dengan bagian kanan kalian” (HR. Ahmad, Baihaqi, Thabrani dan Ibnu Hibban)
• Berdo'a setelah berwudhu.
• Menggunakan air wudhu dengan hemat, Yang afdol adalah berwudlu tiga-tiga kali namun tidak boros dan berlebih-lebihan dalam menggunakan air, baik ketika wudhu maupun ketika mandi.
"Barangsiapa mencuci lebih (dari tiga kali) maka ia telah berbuat kesalahan dan kezhaliman". (HR. Abu Daud)

D. HAL - HAL YANG MEMBATALKAN WUDHLU
• Wudhu seorang muslim batal karena hal-hal berikut ini :
• Keluarnya sesuatu dari qubul atau dubur, baik berupa air kecil atau- pun air besar.
• Keluar angin dari dubur (kentut).
• Keluar Madzi
• Darah Istihadhah (haid)
• Hilang akalnya, baik karena gila, pingsan, atau mabuk
• Tidur yang nyenyak hingga tidak menya-dari apa yang keluar darinya. Adapun tidur ringan yang tidak menghilangkan perasaan, maka tidak membatalkan wudhu.
• Menyentuh kemaluan dengan tangan dengan syahwat, apakah yang disentuh tersebut kemaluan-nya sendiri atau milik orang lain, karena Rasulullah bersabda:
"Barangsiapa yang menyentuh kemaluannya hendaklah ia berwudhu". (HR. Ibnu Majah)
• Memakan daging unta, karena ketika Rasulullah ditanya:
"Apakah kami harus berwudhu karena makan daging unta? Nabi menjawab : Ya." (HR. Muslim)

E. BEBERAPA HAL YANG DIHARAMKAN BAGI SEORANG YANG TIDAK BERWUDHU
Apabila seorang muslim berhadats kecil (tidak berwudhu), maka haram melakukan hal-hal berikut ini:
• Menyentuh mushaf Al-Qur'an, karena Rasulullah mengatakan di dalam suratnya yang beliau kirimkan kepada penduduk negeri Yaman : "
"Tidak boleh menyentuh Al-Qur'an selain orang yang suci". (HR.Ad-Daruqutni)
Adapun membaca Al-Qur'an dengan tidak menyentuhnya, maka hal itu boleh dilakukan oleh orang yang berhadats kecil.
• Mengerjakan shalat. Rasulullah bersabda:
"Allah tidak menerima shalat yang dilakukan tanpa wudhu". (HR. Muslim)
Boleh bagi orang yang tidak berwudhu melakukan sujud tilawah atau sujud syukur, karena keduanya bukan merupakan shalat, sekalipun lebih afdhalnya adalah berwudhu sebelum melakukan sujud.
• Melakukan thawaf. Orang yang berhadats kecil tidak boleh melakukan thawaf di Ka`bah sebelum berwudhu, karena Rasulullah telah bersabda :
"Thawaf di Baitullah itu adalah shalat". (HR. Turmudzi)
Dan juga karena Nabi saw berwudhu terlebih dahulu sebelum melakukan thawaf. (Muttafaq ‘alaihi)

F. DISUNNAHKANNYA UNTUK BERWUDHU
• Ketika berdzikir dan berdo’a kepada Allah Ta’ala
• Ketika akan tidur
• Setiap kali berhadats
• Setiap akan sholat (walaupun belum batal wudhunya)
• Ketika mengangkat mayat
• Setelah muntah
• Karena memakan makanan yang tersentuh api (dibakar)
• Orang yang junub ketika akan makan
• Karena ingin mengulangi jimak
• Ketika orang yang junub ingin tidur namun tidak mandi junub

G. PRAKTEK SIFAT WUDHU NABI
• Berniat
• Membaca "Bismillah"
Membaca " " (Bismillah) sebagai syarat sah wudhu dan kesempurnaan wudhu
• Mencuci Kedua Telapak Tangan Sebanyak Tiga Kali
Disunnahkan mencuci kedua telapak tangan sebanyak 3 X (tiga kali) sebelum memulai wuddu.
• Berkumur-kumur (Tamadhmudh) dan Ber-Istinsyaq
Wajib berkumur-kumur dengan memasukkan air ke mulut lalu memutarnya di dalam dan kemudian membuangnya. Kemudian ber-istinsyaq (menghirup / memasukkan air ke dalam hidung) dan setelah ber-istinsyaq hendaknya ber-istintsar (menghembuskan air yang ada di hidung).
• Membasuh wajah
Wajib membasuh wajah yang batasannya adalah dari tempat biasanya tumbuh rambut kepala
hingga ke ujung bawah dagu (secara vertikal), dan dari telinga kanan hingga ke telinga kiri
(secara horizontal).
Bagi yang Mempunyai Janggot ?
• Jika janggot tersebut tipis sehingga kelihatan kulit wajah (dagu), maka wajib menyela-nyela janggot hingga mencuci kulit wajah yang nampak tersebut dan juga mencuci pangkal janggot.
• Jika janggot tersebut tebal sehingga tidak nampak kulit wajah (dagu), maka dengan menyela-nyela janggut bagian dalam (pangkal janggot) dan mencuci kulit wajah termasuk bagian dalam yang tersembunyi. Adapun bagian luar janggot maka wajib dicuci.
• Mencuci Kedua Tangan
Dicuci dari ujung-ujung jari hingga ke siku tangan kanan terlebih dahulu tiga kali, kemudian baru tangan kiri. Siku masuk dalam daerah cucian dan memutar air ke kedua siku.

• Membasahi Kedua Tangan Lalu Membasuh Kepala dan Kedua Telinga.
1. Cara membasuh kepala cukup dengan diusap tidak boleh dicuci.
2. Disunnahkan mengusap kepala hanya sekali, namun boleh terkadang juga tiga kali.
3. Diwajibkan mengusap seluruh kepala, tidak boleh hanya mencukupkan membasuh sebagian kepala.
Perhatikan Caranya :
1. Basahi tangan untuk membasuh kepala. Jangan dengan menampung air pada kedua tangan.
2. Basuhlah kepala dengan kedua telapak tangan terbuka yang basah, dan dimulai dari ujung kepala diatas dahi yang berbatasan dengan wajah.
3. Tarik kedua telapak tangan tersebut ke arah belakang (mundur) perlahan-lahan hingga merata.
4. Tarik terus ke belakang sampai dengan ujung kepala dibawah yang berbatasan dengan tengkuk diatas leher.
5. Kemudian basuhlah dengan arah berbalik (maju kembali) dengan kedua telapak tangan tersebut ke arah depan, hingga kembali keujung kepala semula.
• Mengusap Kedua Telinga (Hukum mengusap kedua telinga adalah wajib)
1. Dan dalam mengusap kepala disertai dengan mengusap kedua telinga dengan air yang tersisa pada tangannya dengan memasukkan kedua jari telunjuk ke dalam kedua telinga dan mengusap bagian luar kedua telinga dengan kedua ibu jari.
2. Mengusap kepala dan kedua telinga baik bagian luar maupun yang bagian dalam. Dan ketika mengusap telinga tidak perlu air yang baru. Berarti tidak mengambil air yang baru untuk mengusap kedua telinga.

• Mencuci kedua kaki
1. Mencuci Kaki Kanan Tiga Kali Hingga Mata Kaki, dan Demikian pula yang Kiri.
2. Mencuci kedua kaki hingga kedua mata kaki hukumnya adalah wajib. Dari ujung-ujung jari kaki hingga (bersama) mata kaki dan tumit-tumit, hingga mencapai betis
3. Mencuci dari ujung-ujung jari kaki hingga (bersama) mata kaki dan tumit-tumit, hingga mencapai betis.
4. Orang yang tangan atau kakinya terpotong, maka ia mencuci bagian yang tersisa yang wajib dicuci. Dan apabila tangan atau kakinya itu terpotong semua maka cukup mencuci bagian ujungnya.
5. Disunnatkan bagi orang yang berwudhlu mencelah-celahi jari-jari tangan dan kaki di saat mencucinya

• Membaca Do’a Setelah Wudlu
Setelah berwudlu lalu menyempurnakan wudlunya kemudian berkata :
“ASY-HADUAN LAA ILAAHA ILLA ALLOH WAHDAHU LAA SYARIIKALAHU WA ASY HADUANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU WA ROSUULUH”
Kemudian menambah dzikir dan do’a :
“ALLOHUMMAJ-JA’ALNA MINAT-TAWABIINA WAJ-JA’ALNA MINAL MUTATOH-HIRIINA”
Artinya : “Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bersih.”
Kemudian disunnahkan pula untuk berkata setelah wudlu :
“SUBHANAKALLOHUMMA , WA BIHAMDIKA , LAA ILAAHA ILLA ANTA , ASTAGHFIRUKA , WA ATUUBU ILAIKA”

Herfin Muhamad

Sepuluh Pembatal Keislaman




Berikut adalah hal-hal yang dapat membatalkan keislaman kita yang terkadang tanpa kita sadari, semoga Allah menyelamatkan kita dari hal-hal berikut.

Pertama, Menyekutukan Allah (syirik)
[Qs. An-Nisa’ :48] “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki- Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar.”

[Qs. Al-Maaidah : 72] Sesungguhnya Telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam", padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.

Kedua, Berpaling dari Islam dengan lebih memilih agama Yahudi, Nashrani, Majusi, Komunis, Sekularis, atau selainnya dari keyakinan yang membawa kekufuran jika ia menyakininya.
[Qs. Al-Maaidah : 54] Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki- Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) , lagi Maha Mengetahui.

[Qs. Muhammad : 25-30] Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan Telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka. Yang demikian itu Karena Sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) itu Berkata kepada orang-orang yang benci kepada apa yang diturunkan Allah (orang-orang Yahudi): "Kami akan mematuhi kamu dalam beberapa urusan", sedang Allah mengetahui rahasia mereka. Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan punggung mereka? Yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan Karena mereka membenci keridhaan-Nya, sebab itu Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka. Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka ? Dan kalau kami kehendaki, niscaya kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu.

Ketiga, Orang yang tidak mengkafirkan orang kafir baik dari Yahudi, Nashrani, Majusi, orang-orang musyrik atau orang yang mulhid (Atheis) atau selain itu dari berbagai macam kekufuran atau ia meragukan kekufuran mereka atau ia membenarkan mazhab mereka, maka dia telah kafir.

[Qs. An-Nisa’ : 150-151] Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul- Nya, dan bermaksud memperbedakan[ 373] antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul- Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. kami Telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.
[373] Maksudnya: beriman kepada Allah, tidak beriman kepada rasul-rasul- Nya.

Keempat, Orang yang meyakini bahwasaanya petunjuk selain petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam lebih sempurna atau meyakini bahwa hukum selain hukum yang dibawa Rasulullah Shallallahu’alaihi wassallam lebih baik seperti orang-orang yang lebih memilih hukum-hukum thogut dari pada hukum yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wassallam.

[Qs. Al-Maaidah : 50] Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?

[Qs. Ali-Imran : 85] Barangsiapa mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

Kelima, Orang yang marah/benci terhadap sesuatu dari apa-apa yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalaam, walaupun ia melakukannya.

[Qs. Muhammad : 8-9] Dan orang-orang yang kafir, Maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.

Keenam, Orang yang mengolok-olok (menghina) Allah dan Rasul, al-Qur’an, dinul Islam, malaikat, atau para ulama karena ilmu yang mereka miliki. Atau menghina salah satu syi’ar dari syi’ar Islam seperti, Shalat, Zakat, Puasa, Haji, Thawaf di Ka’bah, Wukuf di ‘Arofah atau menghina Masjid, Adzan, jenggot atau sunnah-sunnah Rasulullah Shollallahu’alaihi Wa Sallam lainnya dan syi’ar-syi’ar agama Allah dan tempat-tempat yang disucikan dalam keyakinan Islam serta terdapat keberkahan padanya

[Qs. At-Taubah : 65-66] , Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? " Tidak usah kamu minta maaf, Karena kamu kafir sesudah beriman. jika kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.

Ketujuh, Sihir, termasuk Ash-Shorfu [meru

bah seseorang dari yang dicintainya menjadi yang dibencinya] dan Al-Athfu [mendorong seseorag dari sesuatu yg dibencinya menjadi dicintainya] .

[Qs. Al-Baqarah : 102] Dan mereka mengikuti apa[76] yang dibaca oleh syaitan-syaitan[ 77] pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (Tidak mengerjakan sihir), Hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat[78] di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami Hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya[79] . dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, Sesungguhnya mereka Telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (Kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka Mengetahui.
[76] Maksudnya: kitab-kitab sihir.
[77] syaitan-syaitan itu menyebarkan berita-berita bohong, bahwa nabi Sulaiman menyimpan lembaran-lembaran sihir (Ibnu Katsir).
[78] para Mufassirin berlainan pendapat tentang yang dimaksud dengan 2 orang malaikat itu. ada yang berpendapat, mereka betul-betul malaikat dan ada pula yang berpendapat orang yang dipandang saleh seperti malaikat dan ada pula yang berpendapat dua orang jahat yang pura-pura saleh seperti malaikat.
[79] Berbacam-macam sihir yang dikerjakan orang Yahudi, sampai kepada sihir untuk mencerai-beraikan masyarakat seperti mencerai-beraikan suami isteri.

Kedelapan, Memberikan pertolongan kepada orang kafir dan membantu mereka dalam rangka memerangi kaum muslimin.

[Qs. Ali-Imron :100-101] Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Kesembilan, Mempunyai keyakinan bahwa sebagian manusia diberi keleluasaan untuk keluar dari syariat Rasulullah Shollallahu’alaihi Wa Sallam, sebagaimana Nabi Khaidir diperbolehkan kekuar dari syariat yang dibawa Nabi Musa ‘Alaihissalam.

[Qs. Saba’ : 28] Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada Mengetahui.

Kesepuluh, Berpaling dari agama Allah Ta’ala, ia tidak mempelajarinya dan tidak beramal dengannya.

[Qs. As-Sajdah : 22] Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang Telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, Kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.

[Qs. Thaha : 99] Demikianlah kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang Telah lalu, dan Sesungguhnya Telah kami berikan kepadamu dari sisi kami suatu peringatan (Al Quran). Barangsiapa berpaling dari pada Al qur’an Maka Sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat, Mereka kekal di dalam keadaan itu. dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat.

Muhammad Chairul Hadi

Kamis, 09 Juli 2009

RENCANA ALLAH YG TERBAIK


Rencana Allah Ta'aala Selalu Yang Terbaik, Siapa Pun Pemimpin yang Terpilih...

Tidak ada yg dapat mengalahkan PERTOLONGAN ALLOH. Ya, Alloh, tolonglah pemimpin YANG TERBAIK untuk kami, siapa pun orangnya. Aamien. "Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu; dan jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaknya kepada Allah saja orang-orang mu'min bertawakkal." (QS. 3:160)

Mengapa Pemimpin Harus Bertakwa?

AlhamdulilLaahi wash shalaatu was salaamu'alaa RasuulilLaahi, ammaa ba'du

Dan orang-orang yang berkata: "Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan-pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. 25:74)

( وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا (74


{ وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا } أي: قرنائنا من أصحاب وأقران وزوجات، { وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ } أي: تقر بهم أعيننا.
وإذا استقرأنا حالهم وصفاتهم عرفنا من هممهم وعلو مرتبتهم أنهم لا تقر أعينهم حتى يروهم مطيعين لربهم عالمين عاملين وهذا كما أنه دعاء لأزواجهم وذرياتهم في صلاحهم فإنه دعاء لأنفسهم لأن نفعه يعود عليهم ولهذا جعلوا ذلك هبة لهم فقالوا: { هَبْ لَنَا } بل دعاؤهم يعود إلى نفع عموم المسلمين لأن بصلاح من ذكر يكون سببا لصلاح كثير ممن يتعلق بهم وينتفع بهم.

{ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا } أي: أوصلنا يا ربنا إلى هذه الدرجة العالية، درجة الصديقين والكمل من عباد الله الصالحين وهي درجة الإمامة في الدين وأن يكونوا قدوة للمتقين في أقوالهم وأفعالهم يقتدى بأفعالهم، ويطمئن لأقوالهم ويسير أهل الخير خلفهم فيهدون ويهتدون.
ومن المعلوم أن الدعاء ببلوغ شيء دعاء بما لا يتم إلا به، وهذه الدرجة -درجة الإمامة في الدين- لا تتم إلا بالصبر واليقين كما قال تعالى: { وَجَعَلْنَاهم أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ } فهذا الدعاء يستلزم من الأعمال والصبر على طاعة الله وعن معصيته وأقداره المؤلمة ومن العلم التام الذي يوصل صاحبه إلى درجة اليقين، خيرا كثيرا وعطاء جزيلا وأن يكونوا في أعلى ما يمكن من درجات الخلق بعد الرسل.


{Dan orang-orang yang berkata: "Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan-pasangan kami} yakni : orang-orang yang menyertai kami; baik sahabat, rekan, maupun pasangan hidup.

{dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami),} yakni menyejukkan mata kami dan menyenangkan hati kami.

Jika kita perhatikan keadaan mereka ('IbaadurRahmaan/Hamba2 Allah -Maha Penyayang-), maka kita ketahui bahwa sejuknya mata dan senangnya hati mereka dengan pasangan dan keturunan hanya terjadi jika mereka taat kepada Allah, menjadi orang-orang yang berilmu dan beramal.

Dan do'a tersebut sebagaimana ditujukan pada pasangan dan keturunan mereka, tapi sesungguhnya merupakan do'a bagi mereka sendiri, karena manfaat yang dihasilkan dalam terpenuhinya do'a tersebut kembali pada mereka. Sehingga mereka menyebutnya sebagai karunia bagi mereka dalam do'a tersebut {anugerahkanlah kepada kami}, bahkan manfaat do'a ini kembali kepada seluruh kaum muslimin, karena dengan baiknya orang2 yang disebut dalam do'a ini akan menjadikan baik siapa pun yang berhubungan dengan mereka serta mendapat manfaat dari mereka.

{dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.} yakni : Sampaikanlah kami, Ya Rabbana, pada derajat yang mulia ini. Derajat Shidiqin dan kesempurnaan hamba-hambaMu yang shalih, yaitu derajat "Al Imaamatu fid Diin" (kepemimpinan berdasarkan Islam), sehingga menjadi teladan bagi orang2 yang bertakwa dalam perbuatan maupun perkataan.

Perbuatan mereka dicontoh, perkataan mereka menenteramkan hati, sehingga para pecinta kebaikan berjalan di belakang mereka, mereka menjalankan petunjuk serta menunjuki orang lain.

Dan kita ketahui pula bahwa permintaan untuk meraih sesuatu adalah permintaan untuk meraih hal-hal yang menyempurnakannya. Sedangkan derajat kepemimpinan berdasarkan Islam tidak dapat diraih kecuali dengan SHABAR dan YAQIN, sebagaimana firman Allah Ta'ala {Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (QS. 32:24)}. Maka du'a ini mengharuskan untuk ber'amal dan bersabar. Bersabar dalam taat kepada Allah, bersabar menjauhi maksiat, dan bersabar atas takdir Allah yang dirasa pedih. Do'a ini juga mengharuskan penguasaan ilmu yang sempurna yang menyampaikan pemiliknya pada derajat YAQIN.

Dalam do'a ini terdapat kebaikan yang sangat banyak, dan pemberian yang melimpah, dan menjadikan seseorang pada derajat tertinggi di sisi Allah setelah derajat kenabian, yaitu derajat SHIDDIQIIN.

(Tafsir As Sa'diy dengan sedikit penyesuaian redaksi)

Tambahan :

# Tunjukilah 8 kami jalan yang lurus, (QS. 1:6)
# (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni'mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat 9. (QS. 1:7)
8# Ihdina (tunjukilah kami), diambil dari kata hidayat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. Yang dimaksud ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tapi juga memberi taufik.
9# Yang dimaksud dengan "mereka yang dimurkai" dan "mereka yang sesat" ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.

# Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu: Nabi, para shiddiqqiin 314, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. 4:69)
314# Ialah: orang-orang yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran Rasul, dan inilah orang-orang yang dianugerahi ni'mat sebagaimana yang tsb. pada ayat 1:7

Yaa, Allaah! Tunjukilah kami jalan lurusMu....Aamien.

Dari catatan Ust Abuyahya (narasumber)

Wahdah Bandung

Rabu, 08 Juli 2009

"Pandangan Islam terhadap Dunia",


Fokuslah pada tujuan Akhirat, dunia akan mendekat

"Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai obsesinya, maka Allah melancarkan semua urusannya, hatinya kaya, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk. Dan, barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai obsesinya, maka Allah mengacaukan semua urusannya, menjadikannya miskin, dan dunia datang kepadanya sebatas yang ditakdirkan untuknya." (HR. Ibnu Majah).

Membicarakan akhirat tidak sama dengan beramal untuk akhirat, meski merupakan salah satu asas utamanya. Mari kita "update & upgrade status" dari membicarakan menjadi beramal. QS. 17: 19 "Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas"

Membagi amal Ust. Abu Umar Basyir yang menulis dengan "sangat jujur" seperti berikut ini :

Sebelum membahas tentang berbagai realitas di medan dakwah yang terkait dengan soal-soal dunia, terlebih dahulu kita menyematkan sebuah sudut pandang yang benar terhadap kehidupan dunia dengan segala kegemerlapannya. Tujuannya, agar kita betul-betul dapat membayangkan apa jadinya bila medan-medan dakwah yang suci ini sudah demikian identik dengan soal-soal dunia. Dan bagaimana jadinya jika para juru dakwah lebih banyak membicarakan dunia dengan sangat sungguh-sungguh, dengan semangat yang demikian menggebu-gebu, namun memperbincangkan akhirat dengan sangat bermain-main, dengan sisa energinya saja, dengan keyakinan yang sama-sama melekat dalam jiwa juru dakwah itu dan juga di lubuk yang paling dalam dari para pendengar dan penyimak dakwah mereka : Kita sama-sama enggak pernah ngamalin kayak gitu. Kita, yang satu di hadapan yang lain, cuma beda kebetulan saja. Yang satu kebetulan sedang berceramah, dan yang lain kebetulan sedang mendengarkan. Di luar itu, kita sama-sama bukan orang yang mengejar akhirat. Cuma sekedar ngomongin akhirat.

Al-Quran bertabur ayat-ayat yang memperbincangkan soal akhirat. Sebagian di antaranya memuat kecaman terhadap dunia. Mengingat kita bukan hendak mengulas tentang dunia, penulis hanya akan memaparkan sebagian di antaranya saja.

Untuk menjelaskan ciri khas kaum beriman, simbol kaum bertaqwa, Allah menjelaskan (yang maknanya):

"Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu[17], serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat[18]." Al-Baqarah[2]:4.

[17] Kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelum Muhammad s.a.w. ialah kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al Quran seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al Quran yang diturunkan kepada para rasul. Allah menurunkan Kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada rasul.
[18] Yakin ialah kepercayaan yang Kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. akhirat lawan dunia. kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.

Memang tidak disangkal, bahwa bagaimana pun dan siapa pun, pasti memiliki kecenderungan atau bisa disebut rasa suka terhadap hal-hal duniawi.

Allah berfirman (yang maknanya) :

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." Aali 'Imraan [3]:14.

[186] yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.

Namun kemudian, Allah menegaskan bahwa semua kenikmatan itu tak ada apa-apanya dibandingkan dengan kenikmatan di sisi-Nya, yakni kenikmatan yang kekal abadi. Bukan kenikmatan yang tak ubahnya fatamorgana, seperti dunia ini.

Allah berfirman (yang maknanya) :

Aali 'Imraan [3]:15. Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?". untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.

Aali 'Imraan [3]:185. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

Ghaafir [40]:39. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.

Kenikmatan dunia yang beragam, semuanya mengandung nilai godaan dengan kapasitas sendiri-sendiri. Harta dan anak, menempati posisi unggulan sebagai bagian duniawi yang begitu menggoda. Allah 'Azza wa Jalla telah memperingatkan tentang godaan harta dunia dan anak-anak. Dia berfirman (yang maknanya) :

Al-Anfaal [8]:28. Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.

Jadi, seperti yang sudah kita fahami bersama, dunia ini begitu murahnya dan begitu tidak ada artinya di sisi Allah Yang Maha Pencipta. Dan demikianlah seharusnya manusia memandangnya. Rasulullah shallalLaahu 'alayhi wa sallam bersabda, "Seandainya dunia ini di sisi Allah hanya senilai sayap nyamuk sekalipun, Allah tidak akan memberi minum orang kafir seteguk air pun". (HR. Tirmidzi dan beliau menilainya Hasan).

Itulah sebabnya, Allah melarang kita memandang kehidupan "manusia-manusia dunia" sedemikian takjub. Karena batas hidup mereka adalah kematian. Sementara bagi "orang-orang akhirat", kematian adalah awal dari kehidupan, sesuai firman Allah (yang maknanya) :

Thaa-Haa[20]:131. Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang Telah kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.

Dari catatan : Ust. Abuyahya (Narasumber)

Wahdah Bandung
(Ust. Abu Umar Basyir, "Pandangan Islam terhadap Dunia", dalam buku: Menjadi Kaya dengan Berdakwah? Menyorot Fenomena Komersialisasi Dakwah, Wacana Ilmiah Press, Solo, Cet. I, Sept. 2006)

pornografi, tanda kiamat



Ramalan Rasulullah 14 Abad Yang Lalu Menjadi Kenyataan

Di antara tanda datangnya hari kiamat adalah : Sedikitnya ilmu dan tersebarnya kebodohan, telah nampak perbuatan zina, wanita akan semakin banyak dan pria akan semakin sedikit, sampai salah seorang pria bisa mengurus (menikahi) 50 wanita (karena tidak mengenal ilmu agama). (HR. Bukhari no. 81)

Ketika keluar rumah, pemuda ini sudah melihat banyak wanita yang berkeliaran di sana sini tanpa berbusana yang pantas. Tidak pantasnya di mana? Soalnya yang wanita itu pakai adalah pakaian yang ketat yang sebenarnya lebih layak dipakai oleh adiknya, bahkan pakaiannya sudah berlebihan di atas paha. Begitu pula ketika pemuda ini melewati jalan raya, di kanan kiri terlihat berbagai macam iklan. Mayotitas iklan yang ada adalah dengan menampilkan berbagai macam model wanita dari yang berpakaian tanpa penutup kepala, rambut yang terurai, pundak yang kelihatan, sampai wanita yang terlihat setengah telanjang.

Sungguh amat menderita sekali pemuda yang sholeh ini. Berbagai cobaan wanita semacam ini tiap hari terus membayang-bayangi dirinya. Entah dia temui pada tetangga, ketika di jalan raya, di kampus, di pusat-pusat perjalanan atau saat ini di depan komputer ketika dia hendak browsing beberapa tugas, dia juga akan bertemu dengan gambar yang tidak seronoh itu. Tayangan pornografi di zaman kita saat ini memang sudah menjadi hal yang lumrah. Bahkan jika tidak ada, sebagian orang menganggapnya bagai nasi tanpa garam (alias : hambar). "Masa browsing kok tidak lihat dulu gambar porno", kata mereka. Semacam ini bukan hal yang aneh, bahkan melihat gambar-gambar tak seronoh itu sudah menjamur hingga warga pedesaan yang jauh dari teknologi. Bahkan pula kerusakan ini sudah menyebar pada anak-anak di bawah umur, yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Bagaimana generasi kita ke depan jika seperti ini? Mungkin sepuluh atau duapuluh tahun lagi, berbusana telanjang -layaknya orang barat- sudah menjadi trend pemuda-pemudi masa akan datang. Naudzu billahi min dzalik.

Ya Allah, kepada-Mu lah kami mengadu. Kepada-Mu lah kami berharap perubahan pada umat Islam di negeri ini.

Wahai Rabb, melalui lisan Nabi-Mu yang mulia -shallallahu alaihi wa sallam- kami tahu menyebarnya pornografi seperti ini adalah tanda semakin dekatnya kiamat. Semoga mereka yang tergiur dengan kepuasaan dunia yang hanya sementara ini bisa sadar dengan memperhatikan perkataan Nabi mereka shallallahu alaihi wa sallam berikut.


Pertama, Wanita akan Semakin Banyak dan Akan Nampak Berbagai Perbuatan Zina Adalah Tanda Hari Kiamat

Inilah yang kita lihat pada saat ini. Semakin maju teknologi, terutama melalui handphone yang memiliki fiture video, saat ini video porno sudah semakin mudah tersebar. Video porno amatir yang berdurasi cukup singkat sangat mudah disebar di tengah-tengah masyarakat karena mudahnya dicopy-paste atau melalui bluetooth. Inilah kejadian nyata yang Nabi shallallahu alaihi wa sallam katakan akan terjadi di akhir zaman, menjelang hari kiamat.

Dari Annas, beliau mengatakan pada Qotadah bahwa beliau akan memberitahukan padanya suatu hadits yang tidak pernah didengar oleh seorang pun setelah beliau. Kemudian Annas mengatakan, Di antara tanda datangnya hari kiamat adalah : Sedikitnya ilmu dan tersebarnya kebodohan, telah nampak perbuatan zina, wanita akan semakin banyak dan pria akan semakin sedikit, sampai salah seorang pria bisa mengurus (menikahi) 50 wanita (karena tidak mengenal ilmu agama). (HR. Bukhari no. 81)


Kedua, Banyaknya Wanita yang Berpakaian Tetapi Telanjang, Tanda Semakin Dekatnya Kiamat

Kita dapat melihat pada wanita-wanita saat ini. Kita memang melihat mereka memakai pakaian, namun sebenarnya tidak pantas dikatakan berpakaian karena pakaian mereka ketat sehingga terlihat bentuk lekuk tubuh atau pakaian mereka tipis sehingga aurat masih nampak terlihat. Inilah wanita yang dicela Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits berikut.

Dari Abu Hurairah, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Dua golongan yang termasuk penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya : [1] Sekelompok kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang dia gunakan untuk menyiksa manusia, [2] Wanita yang berpakaian tapi telanjang, berjalan mengggak menggok, kepalanya bagaikan punuk unta yang miring. Mereka ini tidak akan masuk surga, dan tidak akan mencium baunya. Padahal bau surga dapat dicium dari jarak sekian dan sekian. (HR. Muslim no. 2128)


Ketiga, Tersebarnya Zina di Jalan-jalan adalah Tanda Kiamat Semakin Dekat

Ini mungkin belum nampak di negeri kita, namun sering kita mendengar hal ini terjadi di negeri barat. Tetapi siapa sangka kalau perbuatan semacam ini juga bisa terjadi di negeri kita, 10 atau 20 tahun lagi.
Dari Abdullah bin Umar, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Kiamat tidak akan terjadi sampai orang-orang bersetubuh di jalan-jalan seperti layaknya keledai. Aku (Ibnu Umar) berkata, Apa betul ini terjadi. Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas menjawab, Iya, ini sungguh akan terjadi. (HR. Ibnu Hibban, Hakim, Bazzar, dan Thobroni)

Perhatikanlah saudaraku yang masih memiliki hati nurani ... Bukankah sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, sebagiannya sudah terjadi di zaman ini? Lalu kenapa masih ada saja yang menyuarakan untuk membela pornografi! Kenapa masih mengatakan ini adalah aset budaya yang harus tetap dijaga! Kenapa masih mengatakan bahwa hal semacam ini tidak perlu dibahas, pemberantasan kemiskinan lebih kita butuhkan daripada membahas UU Pornografi!

Semoga Allah memberi taufik kepada kita agar peduli pada saudara kita sehingga mengajak mereka kepada kebajikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Padahal, jika seorang muslim memperhatikan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam sangat mencela wanita yang berpakaian tetapi telanjang. Bahkan mereka dikatakan tidak akan mencium bau surga, padahal bau surga dari jauh saja bisa tercium. Lalu kenapa ada orang yang masih membela gambar-gambar wanita telanjang!
Kami berlindung kepada Allah dari kerusakan umat Islam saat ini. Semoga mereka yang masih memiliki hati nurani, yang masih tertarik memperhatikan ajaran nabinya bisa sadar dan kembali ke jalan yang benar. Semoga Allah meneguhkan keimanan umat ini dari berbagai musibah yang ada. Ya Allah, kami memohon kepada-Mu untuk dapat melakukan amalan kebaikan dan kami meminta perlindungan pada-Mu dari berbagai kemungkaran. Amin Ya Mujibbas Sailin.

Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu 'ala nabiyyina Muhammad wa 'ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Muhammad Abduh Tuasikal

MEMBENTUK KELUARGA ISLAMI



Keluarga Sakinah Adalah Dambaan Setiap Muslim

Mayoritas manusia tentu mendambakan kebahagiaan, menanti ketentraman dan ketanangan jiwa. Tentu pula semua menghindari dari berbagai pemicu gundah gulana dan kegelisahan. Terlebih dalam lingkngan keluarga.

Ingatlah semua ini tak akan terwujud kecuali dengan iman kepada Alloh, tawakal dan mengembalikan semua masalah kepadaNya, disamping melakukan berbagai usaha yang sesuai dengan syari’at.
Pentingnya Keharmonisan Keluarga

Yang paling berpengaruh buat pribadi dan masyarakat adalah pembentukan keluarga dan komitmennya pada kebenaran. Alloh dengan hikmahNya telah mempersiapkan tempat yang mulia buat manusia untuk menetap dan tinggal dengan tentram di dalamnya. FirmanNya: “dan diantara tanda-tanda kekuasanNya adalah Dia mencipatakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan diajadikanNya diantara kamu rasa kasih sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Ar Rum: 21)

Ya…supaya engkau cenderung dan merasa tentram kepadanya (Alloh tidak mengatakan: ‘supaya kamu tinggal bersamanya’). Ini menegaskan makna tenang dalam perangai dan jiwa serta menekankan wujudnya kedamaian dalam berbagai bentuknya.

Maka suami istri akan mendapatkan ketenangan pada pasangannya di kala datang kegelisahan dan mendapati kelapangan di saat dihampiri kesempitan.

Sesungguhnya pilar hubungan suami istri adalah kekerabatan dan pershabatan yang terpancang di atas cinta dan kasih sayang. Hubungan yang mendalam dan lekat ini mirip dengan hubungan seseorang dengan dirinya sendiri. Al Qur’an menjelaskan: “Mereka itu pakaian bagimu dan kamu pun pakaian baginya.” (Al Baqarah: 187)

Terlebih lagi ketika mengingat apa yang dipersiapkan bagi hubungan ini misalnya; penddidikan anak dan jaminan kehidupan, yang tentu saja tak akan terbentuk kecuali dalam atmosfir keibuan yang lembut dan kebapakan yang semangat dan serius. Adakah di sana komunitas yang lebih bersih dari suasana hubungan yang mulia ini?
Pilar Peyangga Keluarga Islami

1. Iman dan Taqwa

Faktor pertama dan terpenting adalah iman kepada Alloh dan hari akhir, takut kepada Dzat Yang memperhatikan segala yang tersembunyi serta senantiasa bertaqwa dan bermuraqabbah (merasa diawasi oleh Alloh) lalu menjauh dari kedhaliman dan kekeliruan di dalam mencari kebenaran.

“Demikian diberi pengajaran dengan itu, orang yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat. Barang siapa yang bertaqwa kepada Alloh niscaya Dia kan mengadakan baginya jalan keluar. Dan Dia kan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Alloh niscaya Alloh akan mencukupkan keperluannya.” (Ath Thalaq: 2-3)

Di antara yang menguatkan tali iman yaitu bersungguh-sungguh dan serius dalam ibadah serta saling ingat-mengingatkan. Perhatikan sabda Rasululloh: “Semoga Alloh merahmati suami yang bangun malam hari lalu shalat dan membangunkan pula istrinya lalu shalat pula. Jika enggan maka dipercikkannya air ke wajahnya. Dan semoga Alloh merahmati istri yang bangun malam hari lalu shalat dan membangunkan pula suaminya lalu shalat pula. Jika enggan maka dipercikkannya air ke wajahnya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, An Nasa’i, Ibnu Majah).

Hubungan suami istri bukanlah hubungan duniawi atau nafsu hewani namun berupa interaksi jiwa yang luhur. Jadi ketika hubungan itu shahih maka dapat berlanjut ke kehidupan akhirat kelak. FirmanNya: “Yaitu surga ‘Adn yang mereka itu masuk di dalamnya bersama-sama orang yang shaleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya.” (Ar Ra’du: 23)

2. Hubungan Yang Baik

Termasuk yang mengokohkan hal ini adalah pergaulan yang baik. Ini tidak akan tercipt akecuali jika keduanya saling mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing.

Mencari kesempurnaan dalam keluarga dan naggotanya adalah hal mustahil dan merasa frustasi daklam usha melakukan penyempurnan setiap sifat mereka atau yang lainnya termasuk sia-sia juga.

3. Tugas Suami

Seorang suami dituntut untuk lebih bisa bersabar ketimbang istrinya, dimana istri itu lemah secara fisik atau pribadinya. Jika ia dituntut untuk melakukan segala sesuatu maka ia akan buntu.

Teralalu berlebih dalam meluruskannya berarti membengkokkannya dan membengkokkannya berarti menceraikannya. Rasululloh bersabda: “Nasehatilah wanita dengan baik. Sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk dan bagian yang bengkok dari rusuk adalah bagian atasnya. Seandainya kamu luruskan maka berarti akan mematahkannya. Dan seandainya kamu biarkan maka akan terus saja bengkok, untuk itu nasehatilah dengan baik.” (HR. Bukhari, Muslim)

Jadi kelemahan wanita sudah ada sejak diciptakan, jadi bersabarlah untuk menghadapinya.

Seorang suami seyogyanya tidak terus-menerus mengingat apa yang menjadi bahan kesempitan keluarganya, alihkan pada beberapa sisi kekurangan mereka. Dan perhatikan sisi kebaikan niscaya akan banyak sekali.

Dalam hal ini maka berperilakulah lemah lembut. Sebab jika ia sudah melihat sebagian yang dibencinya maka tidak tahu lagi dimana sumber-sumber kebahagiaan itu berada. Alloh berfirman; “Dan bergaullah bersama mereka dengan patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka maka bersabarlah Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Aloh menjadikannya kebaikan yang banyak.” (An Nisa’: 19)

Apabila tidak begitu lalu bagaimana mungkin akan tercipta ketentraman, kedamaian dan cinta kasih itu: jika pemimpin keluarga itu sendiri berperangai keras, jelek pergaulannya, sempit wawasannya, dungu, terburu-buru, tidak pemaaf, pemarah, jika masuk terlalu banyak mengungkit-ungkit kebaikan dan jika keluar selalu berburuk sangka.

Padahal sudah dimaklumi bahwa interaksi yang baik dan sumber kebahagiaan itu tidaklah tercipta kecuali dengan kelembutan dan menjauhakan diri dari prasangka yang tak beralasan. Dan kecemburuan terkadang berubah menjadi prasangka buruk yang menggiringnya untuk senantiasa menyalah tafsirkan omongan dan meragukan segala tingkah laku. Ini tentu akan membikin hidup terasa sempit dan gelisah dengan tanpa alasan yang jelas dan benar.

4. Tugas Istri

Kebahagiaan, cinta dan kasih sayang tidaklah sempurna kecuali ketika istri mengetahui kewajiban dan tiada melalaikannya.

Berbakti kepada suami sebagai pemimpin, pelindung, penjaga dan pemberi nafkah. Taat kepadanya, menjaga dirinya sebagi istri dan harta suami. Demikian pula menguasai tugas istri dan mengerjakannya serta memperhatikan diri dan rumahnya.

Inilah istri shalihah sekaligus ibu yang penuh kasih sayang, pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Juga mengakui kecakapan suami dan tiada mengingkari kebaikannya.

Untuk itu seyogyanya memaafkan kekeliruan dan mangabaikan kekhilafan. Jangan berperilaku jelek ketika suami hadir dan jangan mengkhianati ketika ia pergi.

Dengan ini sudah barang tentu akan tercapai saling meridhai, akan langgeng hubungan, mesra, cinta dan kasih sayang. Dalam hadits: “Perempuan mana yang meninggal dan suaminya ridha kepadanya maka ia masuk surga.” (HR. Tirmidzi, Hakim, Ibnu Majah)

Maka bertaqwalah wahai kaum muslimin! Ketahuilah bahwa dengan dicapainya keharmonisan akan tersebarlah semerbak kebahagiaan dan tercipta suasana yang kondusif bagi tarbiyah.

Selain itu tumbuh pula kehidupan di rumah yang mulia dengan dipenuhi cinta kasih dan saling pengertian anatar sifat keibuan yang penuh kasih sayang dan kebapakan yang tegas, jauh dari cekcok, perselisihan dan saling mendhalimi satu sama lain. Juga tak ada permusuhan dan saling menyakiti.
Penutup

Lurusnya keluarga menjadi media untuk menciptakan keamanan masyarakat. Bagaimana bisa aman bila ikatan keluarga telah amburadul. Padahal Alloh memberi kenikmatan ini yaitu kenikmatan kerukunan keluarga, kemesraan dan keharmonisannya.

Hubungan suami istri yang sangat solid dan fungsinya sebagai orang tua di tambah anak-anaknya yang tumbuh dalam asuhan mereka, merupakan gambaran umat terkini dan masadepan. Karena itu ketika setan berhasil menceraikan hubungan keluarga dia tidak sekadar menggoncangkan sebuah keluarga namun juga menjerumuskan masyarakat seluruhnya ke dalam kebobrokan yang merajalela. Realita sekarang menjadi bukti.

Semoga Alloh merahmati pria yang perilakunya terpuji, baik hatinya, pandai bergaul (terhadap keluarga), lemah lembut, pengasih, penyayang, tekun, tidak berlebihan dan tiada lalai dengan kewajibannya. Semoga Alloh merahmati pula wanita yang tidak mencari-cari kekeliruan, tidak cerewet, shalihah, taat dan memelihara dirinya ketika suaminya tidak ada karena Alloh telah memeliharanya.

Bertaqwalah wahai kaum muslimin, wahai suami istri. Barang siapa yang bertaqwa kepada Alloh niscaaya akan dimudahkan urusannya. (Syeikh Shalih bin Abdullah bin Al Humaid).

Wassalam
Adi M Mauraga
Pelayan Kedai Spiritual

4 hal Rahasia Sukses & bahagia (belum ada di buku)


4 rahasia yg membawa rahmat Allah
buat yg lagi sumpek dengan keduniaan
Berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, saya dipertemukan dengan hamba-Nya yang satu ini. Beliau adalah seorang leader yang selalu mengayomi, memberikan bimbingan, semangat, inspirasi, ide dan gagasan segar. Beliau seorang pemimpin yang mampu menggerakkan ratusan hingga ribuan anak buahnya. Beliau seorang guru yang memiliki lautan ilmu, yang selalu siap ditimba oleh anak-anaknya dan bagai tiada pernah habis.

Saat ini beliau memiliki berbagai macam bidang usaha, di antaranya sebagai supplier dan distribusi alat dan produk kesehatan, puluhan hektar tambak, puluhan hektar ladang, berpuluh rumah kos, ruko, stand penjualan di mall, apartemen dan lain-lain. Pernah saya mencoba menghitung, penghasilan beliau bisa mencapai Rp 1 Milyar per bulannya. Sebuah pencapaian luar biasa bagi saya dan kebanyakan orang lain.

Pertemuan antara saya dan beliau yang saya ceritakan di bawah ini terjadi beberapa tahun yang lalu, di saat penghasilan beliau masih berkisar Rp 200 juta per bulan. Bagi saya, angka ini pun sudah bukan main dahsyatnya. Sengaja saya tidak menyebutkan namanya, karena cerita ini saya publish belum mendapatkan ijin dari beliau. Kita ambil wisdomnya saja ya.

Suatu hari, terjadilah dialog antara saya dengan beliau di serambi sebuah hotel di Bandung . Saya ingat, beliau berpesan bahwa beliau senang ditanya. Kalau ditanya, maka akan dijelaskan panjang lebar. Tapi kalau kita diam, maka beliau pun akan "tidur". Jadilah saya berpikir untuk selalu mengajaknya ngobrol. Bertanya apa saja yang bisa saya tanyakan.

Sampai akhirnya saya bertanya secara asal, "Pak, Anda saat ini kan bisa dibilang sukses. Paling tidak, lebih sukses daripada orang lain. Lalu menurut Anda, apa yang menjadi rahasia kesuksesan Anda?"

Tak dinyana beliau menjawab pertanyaan ini dengan serius.

" Ada empat hal yang harus Anda perhatikan," begitu beliau memulai penjelasannya.

RAHASIA PERTAMA

"Pertama. Jangan lupakan orang tuamu, khususnya ibumu. Karena ibu adalah orang yang melahirkan kita ke muka bumi ini. Mulai dari mengandung 9 bulan lebih, itu sangat berat. Ibu melahirkan kita dengan susah payah, sakit sekali, nyawa taruhannya. Surga di bawah telapak kaki ibu. Ibu bagaikan pengeran katon (Tuhan yang kelihatan).

Banyak orang sekarang yang salah. Para guru dan kyai dicium tangannya, sementara kepada ibunya tidak pernah. Para guru dan kyai dipuja dan dielukan, diberi sumbangan materi jutaan rupiah, dibuatkan rumah; namun ibunya sendiri di rumah dibiarkan atau diberi materi tapi sedikit sekali. Banyak orang yang memberangkatkan haji guru atau kyainya, padahal ibunya sendiri belum dihajikan. Itu terbalik.

Pesan Nabi : Ibumu, ibumu, ibumu... baru kemudian ayahmu dan gurumu.
Ridho Allah tergantung pada ridho kedua orang tua. Kumpulkan seribu ulama untuk berdoa. Maka doa ibumu jauh lebih mustajabah."

Beliau mengambil napas sejenak.

RAHASIA KEDUA

"Kemudian yang kedua," beliau melanjutkan. "Banyaklah memberi. Banyaklah bersedekah. Allah berjanji membalas setiap uang yang kita keluarkan itu dengan berlipat ganda. Sedekah mampu mengalahkan angin. Sedekah bisa mengalahkan besi. Sedekah membersihkan harta dan hati kita. Sedekah melepaskan kita dari marabahaya. Allah mungkin membalas sedekah kita dengan rejeki yang banyak, kesehatan, terhindarkan kita dari bahaya, keluarga yang baik, ilmu, kesempatan, dan lain-lain.

Jangan sepelekan bila ada pengemis datang meminta-minta kepadamu. Karena saat itulah sebenarnya Anda dibukakan pintu rejeki. Beri pengemis itu dengan pembe ria n yang baik dan sikap yang baik. Kalau punya uang kertas, lebih baik memberinya dengan uang kertas, bukan uang logam. Pilihkan lembar uang kertas yang masih bagus, bukan yang sudah lecek. Pegang dengan dua tangan, lalu ulurkan dengan sikap hormat kalau perlu sambil menunduk (menghormat) . Pengemis yang Anda beri dengan cara seperti itu, akan terketuk hatinya, 'Belum pernah ada orang yang memberi dan menghargaiku seperti ini.' Maka terucap atau tidak, dia akan mendoakan Anda dengan kelimpahan rejeki, kesehatan dan kebahagiaan.

Banyak orang yang keliru dengan menolak pengemis yang mendatanginya, bahkan ada pula yang menghardiknya. Perbuatan itu sama saja dengan menutup pintu rejekinya sendiri.

Dalam kesempatan lain, ketika saya berjalan-jalan dengan beliau, beliau jelas mempraktekkan apa yang diucapkannya itu. Memberi pengemis dengan selembar uang ribuan yang masih bagus dan memberikannya dengan dua tangan sambil sedikit membungkuk hormat. Saya lihat pengemis itu memang berbinar dan betapa berterima kasihnya.

RAHASIA KETIGA

"Allah berjanji memberikan rejeki kepada kita dari jalan yang tidak disangka-sangka, " begitu beliau mengawali penjelasannya untuk rahasia ketiganya. "Tapi sedikit orang yang tahu, bagaimana caranya supaya itu cepat terjadi? Kebanyakan orang hanya menunggu. Padahal itu ada jalannya."

"Benar di Al Quran ada satu ayat yang kira-kira artinya : Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya diadakan-Nya jalan keluar baginya dan memberinya rejeki dari jalan/pintu yang tidak diduga-duga" , saya menimpali (QS Ath Thalaq 2-3).

"Nah, ingin tahu caranya bagaimana agar kita mendapatkan rejeki yang tidak diduga-duga? ," tanya beliau.

"Ya, bagaimana caranya?" jawab saya. Saya pikir cukup dengan bertaqwa, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka Allah akan mengirim rejeki itu datang untuk kita.

"Banyaklah menolong orang. Kalau ada orang yang butuh pertolongan, kalau ketemu orang yang kesulitan, langsung Anda bantu!" jawaban beliau ini membuat saya berpikir keras. "Saat seperti itulah, Anda menjadi rejeki yang tidak disangka-sangka bagi orang itu. Maka tentu balasannya adalah Allah akan memberikan kepadamu rejeki yang tidak disangka-sangka pula."

"Walau pun itu orang kaya?" tanya saya.

"Ya, walau itu orang kaya, suatu saat dia pun butuh bantuan. Mungkin dompetnya hilang, mungkin ban mobilnya bocor, atau apa saja. Maka jika Anda temui itu dan Anda bisa menolongnya, segera bantulah."

"Walau itu orang yang berpura-pura? Sekarang kan banyak orang jalan kaki, datang ke rumah kita, pura-pura minta sumbangan rumah ibadah, atau pura-pura belum makan, tapi ternyata cuma bohongan. Sumbangan yang katanya untuk rumah ibadah, sebenarnya dia makan sendiri," saya bertanya lagi.

"Ya walau orang itu cuma berpura-pura seperti itu," jawab beliau. "Kalau Anda tanya, sebenarnya dia pun tidak suka melakukan kebohongan itu. Dia itu sudah frustasi karena tidak bisa bekerja atau tidak punya pekerjaan yang benar. Dia itu butuh makan, namun sudah buntu pikirannya. Akhirnya itulah yang bisa dia lakukan. Soal itu nanti, serahkan pada Allah. Allah yang menghakimi perbuatannya, dan Allah yang membalas niat dan pembe ria n Anda."

RAHASIA KEEMPAT

Wah, makin menarik, nih. Saya manggut-manggut. Sebenarnya saya tidak menyangka kalau pertanyaan asal-asalan saya tadi berbuah jawaban yang begitu serius dan panjang. Sekarang tinggal satu rahasia lagi, dari empat rahasia seperti yang dikatakan beliau sebelumnya.

"Yang keempat nih, Mas," beliau memulai. "Jangan mempermainkan wanita".

Hm... ini membuat saya berpikir keras. Apa maksudnya. Apakah kita membuat janji dengan teman wanita, lalu tidak kita tepati? Atau jangan biarkan wanita menunggu? Seperti di film-film saja.

"Maksudnya begini. Anda kan punya istri, atau suami. Itu adalah pasangan hidup Anda, baik di saat susah maupun senang. Ketika Anda pergi meninggalkan rumah untuk mencari nafkah, dia di rumah menunggu dan berdoa untuk keselamatan dan kesuksesan Anda. Dia ikut besama Anda di kala Anda susah, penghasilan yang pas-pasan, makan dan pakaian seadanya, dia mendampingi Anda dan mendukung segala usaha Anda untuk berhasil."

"Lalu?" saya tak sabar untuk tahu kelanjutan maksudnya.

"Banyak orang yang kemudian ketika sukses, uangnya banyak, punya jabatan, lalu menikah lagi. Atau mulai bermain wanita (atau bermain pria , bagi yang perempuan). Baik menikah lagi secara terang-terangan, apalagi diam-diam, itu menyakiti hati pasangan hidup Anda. Ingat, pasangan hidup yang dulu mendampingi Anda di kala susah, mendukung dan berdoa untuk kesuksesan Anda. Namun ketika Anda mendapatkan sukses itu, Anda meninggalkannya. Atau Anda menduakannya. "

Oh... pelajaran monogami nih, pikir saya dalam hati.

"Banyak orang yang lupa hal itu. Begitu sudah jadi orang besar, uangnya banyak, lalu cari istri lagi. Menikah lagi. Rumah tangganya jadi kacau. Ketika merasa ditinggalkan, pasangan hidupnya menjadi tidak rela. Akhirnya uangnya habis untuk biaya sana-sini. Banyak orang yang jatuh karena hal seperti ini. Dia lupa bahwa pasangan hidupnya itu sebenarnya ikut punya andil dalam kesuksesan dirinya," beliau melanjutkan.

Hal ini saya buktikan sendiri, setiap saya datang ke rumahnya yang di Waru Sidoarjo, saya menjumpai beliau punya 1 istri, 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan.

Perbincangan ini ditutup ketika kemudian ada tamu yang datang....

Tambahan dari saya (Abuyahya)
Sesuai judul catatan, inilah dalilnya:
# Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa, (QS. 92:5)
# dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), (QS. 92:6)
# maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. (QS. 92:7)

Dari Catatan : Ust. Abuyahya SSi (Narasumber) dan Anugerah Perdana SMB (Donatur)

Wahdah Bandung