Selasa, 16 Juni 2009

SATRIA

Man Kotala Duuna Maalihi Fahua Syahiid

Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa suatu hari Rasul SAW didatangi oleh seseorang yang ingin berkonsultasi. Orang itu bertanya, ''Ya Rasulullah, apa pendapatmu jika ada orang hendak mengambil hartaku?'' ''Jangan kau berikan hartamu kepadanya!''
''Bagaimana kalau orang itu akan membunuhku?''
''Lawanlah dia!''
''Bagaimana jika ia benar-benar membunuhku?''
''Engkau mati syahid.''
''Bagaimana jika aku yang membunuhnya?''
''Dia akan masuk neraka,'' tegas Rasul.
Dialog konsultatif tersebut mengisyaratkan bahwa setiap Muslim harus berjiwa ksatria demi kemuliaan diri (izzah). Berani karena benar, dan rela berkorban demi membela kebenaran.

Sifat ksatria adalah benteng kemuliaan diri. Menjadi Muslim harus terhormat, bermartabat, tidak menjadi sasaran penghinaan dan penistaan. Karena itu, Muslim dilarang bersikap rendah dan lemah diri. ''Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan pula bersedih hati, padahal kamulah orang paling tinggi (derajatnya), jika kamu beriman.'' (QS Ali Imran [3]: 139).

Jiwa ksatria menempa Muslim untuk tegar dalam menghadapi cobaan iman, tampil dengan etos kerja dan produktivitas yang tinggi, dan semangat bersaing yang kuat. Umar bin Al-Khattab pernah menyatakan, ''Dahulu (sebelum Islam) kami sungguh hina dan tidak bermartabat. Lalu Allah membuat kami mulia dengan berislam. Jika mencari kemuliaan di luar Islam, maka Allah akan membuat kita hina.''

Nabi SAW adalah teladan ksatria dalam banyak hal. Beliau ksatria dalam mengakui kekhilafan dan kekurangannya dengan banyak beristighfar. Beliau ksatria dalam memimpin perang melawan musuh yang jauh lebih banyak jumlahnya. Beliau ksatria dalam mengambil keputusan dengan cepat dan tepat di saat diperlukan. Beliau ksatria dalam membela kaum miskin dan tertindas.

Beliau ksatria dalam menegakkan keadilan hukum bagi siapa pun yang berperkara. Beliau ksatria dalam melindungi dan membahagiakan rumah tangganya. Beliau juga ksatria dalam berbisnis: bersikap jujur, terbuka, dan tidak curang. Beliau ksatria dalam membedakan antara urusan pribadi dan urusan umat, sehingga beliau selalu bertindak penuh kemuliaan, keadilan, dan kemanfaatan bagi semua. Sudah saatnya kita memperbaiki diri agar memiliki jiwa yang tangguh, sesuai tuntunan Islam (Republika).

ditulis oleh Rathi Shiawase pada 29 Mei 2009 in facebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar