Sabtu, 20 Juni 2009

... Ihsan ...

An Ta'budallah ka annaka Taroohu Fain lam takun Taroohu Fainnahu yarooka

beribadah kepada Allah seakan - akan kamu melihatnya, kalaupun kamu tidak melihatnya sesungguhnya Dia melihatmu..

Seorang guru mengumpulkan murid - muridnya. Lalu masing - masing dari mereka di beri seekor burung. Oleh sang guru, para murid itu diminta untuk membunuh burung yang ada di tangan mereka di tempat yang tersembunyi dimana tidak ada satupun orang yang melihat perbuatan tersebut.

Kemudian semua murid - murid menyebar kesegala arah. Masing - masing dari mereka mencari tempat yang tersembunyi untuk menyembelih burung yang ada di tangan mereka. Ada yang pergi ke hutan, ke gunung atau kemanapun yang mereka anggap aman dan tidak terlihat.

Tidak lama kemudian semua murid sudah kembali berkumpul di hadapan sang guru dengan burung yang sudah mati di tangan mereka. Mereka memperlihatkan ketaatan pada sang guru dengan melaksanakan perintah gurunya.

Namun salah satu dari mereka tiba dengan burung yang masih hidup.
Lalu sang gurupun bertanya, mengapa burung yang di berikannya masih hidup.

Murid ini lalu menjawab pertanyaan sang guru, ” Wahai Guru, aku sudah pergi kemana - mana berusaha mencari tempat yang aman dan tersembunyi untuk melaksanakan perintahmu itu. Namun kemana pun aku pergi ALLAH selalu melihatku. Maafkan aku Guru, aku tidak dapat menyembelih burung ini. Aku tidak dapat melaksanakan perintahmu.”

Cerita di atas aku dapat dari guru tercintaku ” Ummu Ghaida ” yang mengajariku tentang konsep ihsan saat mengisi acara pesantren Kilat di Dumai, Riau. Sungguh, sejak pertama kali beliau bercerita, aku sudah dapat menangkap pesan moral yang ada dalam cerita ini. Dan aku sangat terkesan.

Seharusnya masing - masing dari kita, sebagai Muslim memiliki keyakinan seperti cerita diatas. Apapun dan dimanapun kita, ALLAH memang senantiasa mengawasi setiap langkah dan gerak kita. Sekalipun kita merasa bahwa berada di tempat yang sangat tersembunyi dan tak mungkin terlihat, itu karena kita menggunakan tolok ukur kemampuan penglihatan manusia yang sangat terbatas. Sehingga kita merasa aman dari pandangan orang lain. Padahal pandangan ALLAH sangatlah tak terbatas. Bahkan sampai di lubang semut sekalipun, kita tak akan luput dari pengawasanNya.

Kalau saja masing - masing dari kita mampu menerapkan keyakinan ini dalam diri, insya ALLAH gerak langkah kita akan terjaga dan insya ALLAH tuntunanNya akan selalu ada untuk kita.

Semoga Ramadhan ini menggembleng kita menjadi Muslim yang Ihsan. Yang senantiasa merasa terjaga gerak langkahnya dalam pengawasan sang Maha Melihat. Amiin.

Oleh – oleh Pesantren Kilat, Ramadhan 2008 saat mendampingi Ummu Ghaida Muthmainah.

Dari anggota ... Muslimah ...