Kamis, 18 Juni 2009

PERIHAL IKLAS DAN RIYA'

Assalamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Bismillaahirrahmaanirrahii
m
Innalhamdalillaah, wa shalatu wassalamu ‘ala rasuulillaah
Amma ba’du

Sahabatku Fillaah, Rakhimakumullaah

Ihwal RIYA, Rasuulullaah shallallaahu ‘alaihi wasallam mensabda:

“Barangsiapa berlaku sum’ah, Allah akan memperdengarkan aibnya.
Dan barangsiapa berbuat riya’ Allah akan memperlihatkan aibnya.”

Al Khaththabiy berkata,:”Maksud hadits di atas adalah, barangsiapa mengerjakan suatu amalan dengan TIDAK IKHLAS, tetapi hanya ingin dilihat dan didengar orang, maka ia akan dibalas dengan membukakan kejelekan-kejelekannya sehingga ternampaklah semua yang disembunyikan dan dirahasiakannya. Kunukil dari Imam Adz Dzahabi dalam kitab AL KABAAIR.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Mensabda:

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman: Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barang siapa mengerjakan suatu amal sembari menyekutukan Aku dengan selain Aku (sebagai tujuan amalnya), maka bagian-Ku menjadi milik sesuatu yang lain itu. Oleh karenanya, Aku tidak akan menerima amal selain yang diniatkan murni (ikhlas) untuk-Ku.” nukilan (Kitab, Minhajul ‘Abidin, karangan Imam Al Ghazali)

Tentang bagaimankah orang-orang yg benar (shiddiq) dan ciri-cirinya:

“Sesungguhnya orang yang benar itu: Tidak peduli seandainya semua kedudukannya lenyap dan popularitasnya di tengah-tengah masyarakat menurun, lantaran disebabkan oleh kelurusan hatinya (ideologi Islam yang diembannya). Dia tidak suka orang-orang mengetahui sekecil apa pun perbuatan baiknya. Sebaliknya, dia suka jika orang banyak mengetahui keburukannya. Sebab, jika dinilai buruk, dia akan segera memperbaiki kekurangannya. Sebaliknya jika dinilai baik, dia tidak mempunyai semangat untuk memperbaiki dirinya. Dan jika enggan memperbaiki diri, ini bukankah karakter dan perilaku orang-orang yang benar.

Inilah di antaranya isyarat-isyarat orang yang benar:
1. Ucapannya senantiasa benar
2. Lidahnya berfungsi sebagai tempat menyimpan kebenaran
3. Jika berbicara, perkataannya memiliki kebenaran
4. Hatinya senantiasa suci dari noda keburukan
5. Lisannya selalu mensucikan Asma-Nya
6. Nafasnya senantiasa memuji keagungan-Nya.”
(Kunukil dari Syaikh Al Muhasibi, kitab: AL QASD WA AL RUJU’ ILAA ALLAH)

Sahabtku Fillah, rakhimakumullaah,

Konsistenlah dalam ucapan, perilakumu. Lantaran kekonsistenan inilah yg membuat Rasulullaah Shallallaahu ‘alaihi wasallam tergelari sebagai ‘Al-Amin’ (insan tepercaya). Sehingga sahabat dan pengikutnya beliau manruh keterkaguman bahkan para bangsawan Quraisy menghormatinya.

Larena kita, perilaku punlah tuturan adalah miniatur Islam dan Khilafah. Maka, istiqomahlah dalam kebenaran yg engkau sampaikan

Kami memohon taufik, hidayah dan pertolongannya dari sifat Riya’ dan ketidakkonsistenan dalam kebenaran.

Allaahu muwaffiq ilaa aqwaamu ath thaariq

Dari Bumi Pertapaan, Tasikmalaya 17 Juni 2009
Sahabatmu Fillah,

Apu’ Indragiry
(Pujangga, Santri Ma’had Taqiyuddin an Nabhani, Yogyakarta)
pujanggakhilafah@yahoo.com

------------
Kitab-kitab Rujukan:
1. Imam Adz Dzahabi, AL KABAAIR (Dosa-Dosa Besar)
2. Imam Ibnu Katsir, TAFSIR IBN KATSIR,
3. Imam Al Ghazali, MINHAJUL ABIDIN
4. Syaikh Al Muhasibi, AL QASD WA AL RUJU’ ILAA ALLAH

---------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar