Senin, 15 Juni 2009

KAJIAN KHILAFAH 2

Tiada Khilafah Tanpa Tauhid & Jihad bg. 2

Para thaghut hukum itu sampai saat ini masih senantiasa
mendapatkan dukungan, sokongan, perlindungan, dan penutup-
nutupan akan kebejatan-kebejatan mereka terhadap rakyatnya
dari pihak tuan-tuan mereka dan auliyanya di barat yang
salibis, sesuai kadar dan upaya yang mereka kerahkan dalam
khidmat kepada mereka dan kepada tujuan-tujuannya serta
politik-politiknya di kawasan itu; oleh sebab itu kita melihat
para thaghut kekafiran berlomba-lomba di antara mereka dalam
berkhidmat kepada para tuan mereka dan dalam merealisasikan
mereka dengan penuh keseriusan dan giat. Bila salah satu di
antara mereka melangkah satu langkah di jalan ini maka yang
lain melangkah sepuluh langkah karena khawatir didahului yang
lain dalam meraih ridla para tuan dan dalam menggapai cinta
kasih mereka, dan agar mereka tidak marah kepadanya terus
melengserkannya dari kursi kekuatan dan menggantinya dengan
orang lain yang lebih setia kepada mereka daripada dia…!!
Semenjak itu maka pikiran para du’at yang berjuang untuk
Islam terfokus pada jalan yang melaluinya mereka mampu
mengembalikan bagi umat ini kehidupannya yang Islamiyyah,
serta mereka mengembalikan untuknya kekuasaannya dan
khilafahnya yang rasyidah setelah ia dilenyapkan dari alam
wujud…

Dan umat sejak waktu itu hingga saat ini senantiasa
mempersembahkan syahid demi syahid dari kalangan anak-anaknya
– fi sabilillah – demi tegaknya Khilafah rasyidah yang
mengayomi seluruh kaum muslimin di seluruh belahan bumi dengan
berbagai warna kulit, bahasa, negara, dan bangsa mereka. Ia
merasakan kepedihan-kepedihan mereka dan impian-impian mereka,
disana mereka mendapatkan perlindungan yang dengannya mereka
berlindung dari bahaya-bahaya musuh yang mengelilingi mereka
dari segala penjuru.

Dan pengerahan upaya, pemberian dan jihad serta sesuatu
yang ditawarkan adalah Khilafah rasyidah yang mana tidak tegak
bagi dien ini dan hukum-hukumnya secara sempurna kecuali
dengannya, dan tidak ada keamanan dan kenyamanan bagi kaum
muslimin dan bagi negeri-negeri mereka dari gangguan musuh-
musuhnya kecuali dengannya, serta tidak ada rasa kapok bagi
orang-orang dzalim dan para perampok kecuali dengannya. Oleh
sebab itu diriwayatkan dari Khalifah ketiga Utsman Ibnu ‘Affan
ra bahwa ia berkata : “Sesungguhnya Allah membuat jera dengan
sulthan suatu yang tidak jera dengan Al Qur’an”. Jadi Al
Qur’an Al Karim mesti memiliki kekuatan dan kekuasaan yang
melindunginya dan menerapkannya terhadap manusia, mengayominya
serta menjaga hukum-hukum dan syari’at-syari’atnya. Al Qur’an
dan pedang penguasa keduanya berjalan berdampingan, satu sama
lain saling mendukung, bila salah satunya lemah pengaruhnya
dari menyokong yang lain maka perjalanan Islam – tidak bisa
dipungkiri – mengalami kelemahan, keterpurukan dan
keterbelakangan.

Rasulullah saw berkata : “Imam itu hanyalah perisai yang
dilakukan perang di belakangnya dan dijadikan tempat
perlindungan.” Muttafaq ‘alaih.
Dan dari Abi Bakrah, berkata : Saya mendengar Rasulullah
saw berkata : “Sulthan itu adalah payung Allah di bumi, siapa
yang memuliakannya maka dia telah memuliakan Allah, dan siapa
yang menghinakannya maka Allah menghinakan dia.” (Dikeluarkan
oleh Ibnu Abi ‘Ashim dalam As Sunnah, Syaikh Nashir berkata
dalam Takhrijnya 1024 : hadits hasan).

Sulthan muslim yang adil adalah payung Allah di bumi ini,
karena ia berjuang untuk menerapkan hukum-hukumnya dan
syari’at-syari’atnya di bumi ini, dan dengannya kehormatan
dien ini terjaga dan panji-panjinya tinggi berkibar.
Umar Ibnul Khaththab ra berkata : “Tidak ada Islam tanpa
jama’ah, dan tidak jama’ah tanpa imarah serta tidak ada imarah
tanpa mendengar dan ketaatan.”

Dan ini adalah hal-hal yang saling berkaitan dan saling
mengharuskan, salah satunya mengharuskan dan menguatkan yang
lain serta menghantarkan kepadanya, tidak tegak baginya
kecuali dengannya.
Oleh sebab itu kita tidak menyelisihi al haq dan
kebenaran bila kita katakan bahwa ‘amal dalam rangka
menegakkan Khilafah rasyidah adalah tergolong tujuan tertinggi
dan teragung dien ini, dan tidak ada tujuan yang digapai oleh
kaum muslimin yang lebih tinggi dari penegakkan khilafah
rasyidah selain tujuan tauhid yang untuknya Allah menciptakan
makhluk, dan Dia mengutus para rasul serta Kitab-kitab Dia
turunkan, dan di jalannya segala tujuan dianggap murah dan
dikerahkan segala yang mahal dan berharga.

Khilafah, shultan, negara dan makna-makna syaukah dan
kekuatan lainnya semuanya masuk sebagai sarana-sarana yang
langsung dan penting dalam rangka merealisasikan tauhid di
bumi ini, serta dalam rangka menggusur manusia dari
peribadatan terhadap manusia kepada peribadatan terhadap Rabb
manusia, dan dari kezaliman agama-agama kepada keadilan Islam,
serta dari kesempitan dunia dan penjaranya kepada keluasan
akhirat dan surganya.

Dan dari sini datang pentingnya penyiapan bahts yang saya
namakan “Ath Thariq Ilaa Isti-nafi hayatin Islamiyyah Wa Qiyam
Khilafatin Rasyidah ‘Ala Dlail Kitab Was Sunnah” terutama
sesungguhnya banyak dari kalangan aktivis di bidang dakwah
terhadap dien ini telah salah dan sesat dari jalan yang
syar’iy lagi shahih…!
Dan ucapan saya “’Ala Dlail Kitab Was Sunnah”, yaitu
bahwa saya komitmen dengan dalil-dalil Al Kitab Was Sunnah –
yang dengannya hujjah tegak – dalam setiap apa yang saya
tetapkan dan saya jelaskan dalam bahts ini. Dan ini apa yang
akan bisa dilihat oleh pembaca dengan jelas Insya Allah
ta’ala.

Kami memohon kepada Allah ta’ala pelurusan, taufiq dan
penerimaan… sesungguhnya Dia ta’ala Maha Mendengar lagi Maha
Dekat…
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada penghulu
kita, Nabi kita, pengajar kita dan panglima kita Muhammad,
keluarganya dan para sahabatnya…

Syaikh Abu Bashir At-Tarthusi -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar