Sabtu, 15 Agustus 2009

Panduan Qiyam Ramadhan [2]

BILANGAN QiYAM RAMADHAN

Para ulama Salaf berbeda pendapat mengenai jumlah raka'at dalam shalat Tarawih dan witir yang menyertainya.
1. Ada yang berpendapat 11 raka'at.
2. Ada yang menyatakan 13 raka'at.
3. Ada yang menyebutkan 17 raka'at.
4. Ada pula yang berpendapat 19 raka'at.
5. Ada yang mengatakan 21 raka'at.
6. Juga ada yang menyatakan 23 raka'at.
7. Ada yang berpendapat 25 raka'at.
8. Serta ada pula yang menyatakan 27 raka'at.
9. Juga ada yang berpendapat 39 raka'at.
10. Ada juga yang menyebutkan 41 raka'at.
11. Serta ada yang mengatakan 47 raka'at.
(Lihat Fathul Baari, IV/253,254).

asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin mengatakan, bahwa pendapat yang terkuat adalah yang menyatakan bahwa jumlah raka'at shalat Tarawih adalah sebelas atau tiga belas raka'at. Hal ini berdasarkan riwayat dari 'Aisyah dan Ibnu Abbas yang telah tersebut sebelumnya. Dan sebagaimana disebutkan dalam al-Muwaththa', dari as-Sa'id bin Yazid ia berkata, " Umar bin Khaththab memerintahkan Ubay bin Ka'ab dan Tamim ad-Dari untuk mengimami manusia dengan sebelas raka'at." (Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Muwaththa' dan sanadnya termasuk yang paling Shahih)

Yang demikian itu didasarkan pada riwayat 'Aisyah radhiallahu 'anha, ketika ditanya tentang shalat Nabi pada bulan Ramadhan, maka dia menjawab, "Rasulullah tidak pernah mengerjakan lebih dari sebelas raka'at pada bulan Ramadhan maupun bulan-bulan lainnya, beliau mengerjakan empat raka'at; jangan tanyakan tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau Shallallaahu 'alaihi wa sallam shalat empat raka'at; dan jangan tanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat tiga raka'at." 'Aisyah berkata, "Lalu kutanyakan, 'Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur dulu sebelum mengerjakan witir? Beliau menjawab: "Wahai 'Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur tetapi hatiku tidak tidur..." (HR. al-Bukhari, di dalam Shahihnya III/40)

Juga hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiallaahu 'anhu, dia berkata, "Shalat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam tiga belas raka'at, yakni pada malam hari...."(HR. al-Bukhari dan Muslim di dalam Shahih keduanya, II/46 dan II/178)

Sebagian ulama' yang lain lain mengatakan, bahwa shalat ini tidak ada batasannya. Boleh melakukan shalat 20 raka'at, 36 raka'at, 11 raka'at atau 13 raka'at; semuanya baik. Banyak sedikitnya raka'at tergantung pada panjang atau pendeknya bacaan ayat. Dalam shalat diminta khusu', tuma'ninah, dihayati dan membaca dengan pelan; dan itu tidak bisa dengan cepat dan tergesa-gesa. Dan yang lebih baik apabila shalat tersebut hanya dilakukan 11 raka'at atau 13 raka'at.

Termasuk shalat malam adalah shalat Witir. Paling sedikit satu raka,at dan paling banyak 11 raka'at. Boleh melakukan witir dengan satu raka'at saja, berdasarkan sabda Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam, "Barangsiapa yang ingin melakukan witir dengan satu raka'at maka lakukanlah," (HR. Abu Dawud dan Nasa'i)

Atau witir dengan tiga raka'at, berdasarkan sabda Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam, "Barangsiapa yang ingin melakukan witir dengan tiga raka'at maka lakunlah." (HR. Abu Dawud dan an-Nasa'i)

Hal ini boleh dilakukan dengan sekali salam, atau shalat dua raka'at dan salam kemudian shalat raka'at ketiga dan salam.

Atau witir dengan lima raka'a, dilakukan tanpa duduk (tahiyat awal) dan tidak salam kecuali pada akhir raka'at kelima. Berdasarkan sabda Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam, "Barangsiapa ingin melakukan witir dengan lima raka'at maka lakukanlah." (HR. Abu Dawud dan an-Nasa'i)

Dari 'Aisyah radhiallahu 'anha, beliau mengatakan, "Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam biasanya shalat malam tiga belas raka'at, termasuk di dalamnya witir dengan lima raka'at tanpa duduk di salah satu raka'at pun kecuali pada raka'at terakhir." (Hadits Muttafaq 'Alaihi)

Atau witir dengan tujuh raka'at, dilakukan sebagaimana witir dengan lima raka'at. Berdasarkan penuturan Ummu Salamah radhiallahu 'anha, "Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam biasanya melakukan witir dengan tujuh dan lima raka'at tanpa dipisah dengan salam dan ucapan." (HR. Ahmad, an-Nasa'i dan Ibnu Majah).

Boleh juga melakukan witir dengan sembilan (dengan cara pada raka'at ke delapan duduk tahiyat awal dan raka'at ke sembilan duduk tahiyat akhir dan salam)atau sebelas raka'at (dengan cara shalat dua raka'at dua raka'at sebanyak sepuluh raka'at dan kemudian mengerjakan witir satu raka'at atau menherjakannya shalat empat raka'at empat raka'at dan kemudian witir tiga raka'at).

Dan yang afdhal adalah salam setiap dua raka'at kemudian witir dengan satu raka'at.

WAKTUNYA

Shalat malam Ramadhan mencakup shalat pada permulaaan malam dan pada akhir malam.Yaitu awal waktunya adalah setelah Isya' dan akhir waktunya adalah setelah terbit fajar.

Dan tidak ada larangan bagi kehadiran kaum wanita di dalam shalat Tarawih dengan syarat aman dari fitnah. Mereka harus berangkat dalam keadaan terutup lagi berhijab, tanpa berhias serta tidak juga memakai wangi-wangian, menunaikan shalat dengan khusu' dan tunduk menjauhi perkataan yang tidak berarti, ghibah, namimah, serta hal-hal yang berkenaan dengan rumah tangga mereka untuk dapat menjaga kesucian masjid.

Dan insya Allah secara rinci "Bagaimana Seharusnya Kaum Muslimah Shalat Tarawih" akan kami bahas dalam tema khusus.

Semoga bermanfa'at.

[Lihat: Risalah Ramadhan, edisi bahasa Indonesia, Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim al-Jarullah, pent. al.Sofwa; Meraih Puasa Sempurna, edisi bahasa Indonesia, Dr. Abdullah bin Muhammad bin Ahmad ath-Thayar, pent. Pustaka Ibnu Katsir; Kiat-Kiat Menghidupkan Bulan Ramadhan, edisi bahasa Indonesia, Abdullah ash-Shalih, pent. al-Sofwa; dan Majalis Syahri Ramadhan, edisi bahasa Indonesia Majelis Bulan Ramadhan, asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, pent. Pustaka Imam asy-Syifi'i. Sumber: www.alsofwah.or.id]

Nur laili rahmania

Tidak ada komentar:

Posting Komentar