Rabu, 01 Juli 2009

MAKSIAT DAN DAMPAKNYA (CHAPTER 1)




Oleh : Ust. Suherman, S. Ag.

I. Lalainya Manusia Sehingga Mudah Digoda Syetan untuk Berbuat Dosa

Manusia adalah makhluk yang lalai. lalai untuk beramal shaleh dan dari kemaksiatan serta dosa, apalagi manusia juga sering meremehkan dosa atau maksiat yang dilakukan seakan ia aman dari adzab Allah swt, padahal syetan akan selalu berupaya melalaikan dan memalingkannya dari jalan Allah swt, sebagaimana sabda Rasulullah saw :

“Sesungguhnya syetan senantiasa siap menghadang anak Adam dalam setiap langkahnya. Jika ia menempuh jalan Islam, maka syetan akan menggoda seraya berkata: “Apakah engkau sudi meninggalkan ajaran nenek moyangmu dengan menempuh jalan Islam?” Namun seorang hamba Allah sejati tidak akan menghiraukan godaan itu dan tetap menempuh jalan Islam. Jika ia menempuh jalan hijrah, maka setan akan datang menggoda seraya berkata: “Apakah engkau sudi meninggalkan kampung halaman tercinta dengan berhijrah?” Namun ia pun tidak menghiraukan godaan itu dan tetap berhijrah. Jika ia berjihad, maka syetan akan datang menggoda seraya berkata: “Jika engkau masih membandel tetap ikut berjihad, niscaya engkau akan terbunuh, istrimu akan dinikahi orang dan hartamu akan dibagi-bagikan!” Namun ia menepis godaan itu dan tetap pergi berjihad.” (HR. An-Nasaa’i dan HR. Ahmad).

Allah swt mengingatkan kita untuk selalu mewaspadai godaan syetan dalam kehidupan

“Oleh sebab itu, perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.” (QS. An Nisaa : 76)

“Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah.” (QS. Fushshilat : 36)

Beberapa hal yang menyebabkan manusia lalai dan tergoda syetan sehingga ia berbuat dosa diantaranya :

1. Lemahnya keimanan kepada Allah swt yang bersumber dari lemahnya ma’rifatullah atau kejahilannya terhadap Allah swt. Manusia seperti ini menganggap bahwa hidup menafikan Allah sebagai Rabbul ‘Alamiin.
2. Cinta dunia dan tenggelam dalam godaannya.
3. Tidak memiliki visi dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat.
4. Tidak belajar dari kejadian yang telah lewat atau masa lampau sebagai tadzkiroh.
5. Tidak memahami makna dan hakikat ketaatan kepada Allah swt.
6. Berada di lingkungan yang mengarahkan kepada kelalaian dan dosa
7. Tidak bersabar terhadap musibah dan tidak qona’ah terhadap harta

Menurut Ibnu Abiddunya, orang-orang yang bermaksiat terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Orang mukmin yang bermaksiat. Mereka melakukan dosa karena ketidaktahuan dan di luar keinginan mereka. Kemudian mereka menyesali dan memperbaiki diri. Mereka adalah orang-orang yang telah Allah janjikan ampunan.

2. Pelaku maksiat yang mencampurkan amal saleh dan amal tercela. Mereka mengakui dosa-dosa mereka, tetapi tidak bertaubat dan tidak berlaku lurus. Mereka adalah orang-orang yang tidak dijanjikan Allah ampunan, tetapi Allah memberikan mereka harapan ampunan.

3. Pelaku maksiat yang berlebihan dalam bermaksiat. Mereka tidak bertaubat dan tidak mengakui dosa-dosa mereka. Mereka adalah orang-orang yang harapan bertaubatnya lemah dan mendapat adzab yang besar dari Allah swt.

Imam Al Ghazali menyebutkan empat sifat yang membawa seseorang kepada dosa, yaitu:

1. Sifat-sifat ketuhanan yang menimbulkan dosa, seperti sombong, angkuh, suka pujian dan sanjungan.
2. Sifat-sifat setan yang menimbulkan dosa, seperti dengki, sewenang-wenang, menipu, makar, dan kemunafikan.
3. Sifat-sifat hewani yang dapat dilihat dari pemenuhan syahwat nafsu, perut dan biologis, seperti zina, kelainan biologis, dan mencuri.
4. Sifat-sifat binatang buas, seperti dendam, merampas, bermusuhan, membunuh, dan memukul.


II. Tingkatan Dosa

Dosa adalah bentuk pelanggaran terhadap larangan Allah swt atau meninggalkan apa yang diperintahkan-Nya. Dosa itu bertingkat-tingkat kejahatannya. Ada yang besar dan ada pula yang kecil. Menurut Imam Adz Dzahabi, dosa besar adalah dosa yang jika dilakukan maka pelakunya mendapatkan had (hukuman yang telah ada ketentuannya dari syariat) seperti membunuh, berzina dan mencuri, atau yang ada ancaman secara khusus di akhirat nanti berupa adzab dan kemurkaan Allah swt, atau yang pelakunya dilaknat melalui sabda Rasulullah saw. Jumlah dosa besar terdapat lebih dari tujuh puluh macam, dan dosa besar yang paling besar misalnya syirik, membunuh jiwa tanpa hak, dan durhaka kepada orangtua.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a. berkata: "Aku bertanya, wahai Rasulullah dosa apa yang paling besar?" Rasulullah menjawab: "Engkau menjadikan sekutu bagi Allah padahal Dia yang menciptakanmu." Aku berkata: "Kemudian apa?" Rasul menjawab: "Kamu membunuh anakmu agar dia mau makan denganmu." Aku bertanya: "Kemudian apa?" Rasul menjawab: "Kamu berzina dengan tetanggamu." (HR. Bukhari Muslim)
Betapa beratnya adzab akibat dosa besar di dunia dan di akhirat, maka
Allah swt telah menjanjikan surga dan ampunan-Nya bagi hamba yang menjauhi dosa-dosa besar.

"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)." (QS. An-Nisaa : 31)

Allah swt juga menjadikan orang yang meninggalkan dosa-dosa besar termasuk ke dalam golongan orang yang beriman dan bertawakal kepada-Nya.

"Maka segala sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia, dan apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang–orang yang beriman, dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakal, dan bagi orang–orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf." (QS. A s y S y u r a : 3 6 - 3 7 )

N a b i s a w b e r s a b d a :


" Shalat lima waktu dan Jumat ke Jumat ( b e r i k u t n y a ) adalah penghapus apa yang di antaranya dari dosa selagi dosa besar tidak didatangi (dilakukan)." (HR. Muslim)


Dosa (Kecil) yang Menjadi Besar

Sesungguhnya suatu dosa (kecil) bisa menjadi besar karena hal-hal berikut :

1. Dosa yang dilakukan secara terus menerus.
"Tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus, dan tidak ada dosa besar jika diikuti istighfar (permintaan ampunan kepada Allah swt)."

2. Menganggap remeh suatu dosa.
Ketika seorang hamba menganggap besar dosa yang dilakukannya maka menjadi kecil di sisi Allah. Tapi jika ia menganggap kecil, maka menjadi besar di sisi Allah. Dalam suatu atsar diriwayatkan bahwa seorang mukmin melihat dosa-dosanya laksana dia duduk di bawah gunung di mana ia khawatir gunung itu akan menimpanya. Sedangkan orang durhaka melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya lalu dia halau dengan tangannya. (HR. Bukhari)

3. Bangga dengan dosa yang dilakukannya.
Saat manusia bangga dan merasa nikmat dengan dosanya (misalnya zina, mabuk, korupsi, menyontek, dll), maka menjadi besar kemaksiatannya serta besar pula pengaruhnya dalam menghitamkan hati dan membuat hatinya menjadi keras, karena saat seorang hamba berbuat dosa, maka muncul titik hitam yang menutupi hatinya.

4. Menganggap ringan dosa karena merasa diampuni Allah swt dan merasa tidak diberi adzab.
Orang seperti ini tidak menyadari bahwa sesungguhnya ditangguhkannya adzab di dunia maka bukan berarti tidak akan mendapatkannya. Bisa jadi adzab Allah akan datang di kemudian hari.

5. Sengaja menampakkan dosanya, padahal Allah swt telah menutupinya
R a s u l u l l a h s a w b e r s a b d a :

" Semua ummatku diampuni oleh Allah kecuali orang yang berbuat (maksiat) terang-terangan. Dan diantara bentuk hal tersebut adalah seseorang melakukan pada malam hari perbuatan (dosa) dan di pagi hari Allah menutupi (tidak membeberkan) dosanya lalu dia berkata: ‘Wahai fulan, tadi malam aku melakukan begini dan begini.’ Padahal dia berada di malam hari ditutupi oleh Rabbnya namun di pagi hari ia membuka apa yang Allah tutupi darinya." (HR. Bukhari)

Ibnu Baththal mengatakan:
"Menampakkan maksiat merupakan bentuk pelecehan terhadap hak Allah swt, Rasul-Nya, dan orang–orang shalih dari kaum mukminin…" (Fathul Bari, 10/486).
Para ulama mengatakan :
"Janganlah kamu berbuat dosa. Jika memang terpaksa melakukannya, maka jangan kamu mendorong orang lain kepadanya, nantinya kamu melakukan dua dosa.".
Allah swt berfirman dalam QS. At Taubah ayat 67 :

"Orang–orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang mungkar dan melarang berbuat yang ma’ruf."

6. Dosa menjadi besar jika dilakukan oleh orang ‘alim (orang berilmu) yang menjadi panutan.
Bagaimana kekhawatiran seorang ‘Umar bin Khaththab ra. : "Seandainya ada yang memanggil dari langit: ‘Wahai manusia, seluruh kalian masuk surga kecuali satu orang,’ maka aku khawatir bahwa akulah orangnya."

(Ustadz Suherman) Kepada anggota Aktivis Dakwah Facebook


Tidak ada komentar:

Posting Komentar