Sabtu, 18 Juli 2009

CINTA DAN MENCINTAI ALLAH PART II


KEUTAMAAN MENCINTAI ALLAH

1. Merupakan Pokok dan inti tauhid
Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Sa'dy, "Pokok tauhid dan
inti-sarinya ialah ikhlas dan cinta kepada Allah semata. Dan itu
merupakan pokok dalam peng- ilah-an dan penyembahan bahkan
merupakan hakikat ibadah yang tidak akan sempurna tauhid
seseorang kecuali dengan menyempurnakan kecintaan kepada
Rabb-nya dan menye-rahkan seluruh unsur-unsur kecintaan
kepada-Nya sehingga ia berhukum hanya kepada Allah dengan
menjadikan kecintaan kepada hamba mengikuti kecintaan kepada
Allah yang dengannya seorang hamba akan mendapatkan
kebahagiaan dan ketenteraman. (Al-Qaulus Sadid,hal 110)
2.Merupakan kebutuhan yang sangat besar melebihi makan, minum,
nikah dan sebagainya. Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah berkata:
"Didalam hati manusia ada rasa cinta terhadap sesuatu yang ia
sembah dan ia ibadahi ,ini merupakan tonggak untuk tegak dan
kokohnya hati seseorang serta baiknya jiwa mereka. Sebagaimana
pula mereka juga memiliki rasa cinta terhadap apa yang ia makan,
minum, menikah dan lain-lain yang dengan semua ini kehidupan
menjadi baik dan lengkap.Dan kebutuhan manusia kepada
penuhanan lebih besar daripada kebutuhan akan makan, karena jika
manusia tidak makan maka hanya akan merusak jasmaninya, tetapi
jika tidak mentuhankan sesuatu maka akan merusak jiwa/ruhnya.
(Jami' Ar-Rasail Ibnu Taymiyah 2/230)
3. Sebagai hiburan ketika tertimpa musibah
Berkata Ibn Qayyim, "Sesungguh-nya orang yang mencintai sesuatu
akan mendapatkan lezatnya cinta manakala yang ia cintai itu bisa
membuat lupa dari musibah yang menimpanya. Ia tidak merasa
bahwa itu semua adalah musibah, walau kebanyakan orang
merasakannya sebagai musibah. Bahkan semakin menguatlah
kecintaan itu sehingga ia semakin menikmati dan meresapi musibah
yang ditimpakan oleh Dzat yang ia cintai. (Madarijus-Salikin 3/38).
4. Menghalangi dari perbuatan maksiat.
Berkata Ibnu Qayyim (ketika menjelaskan tentang cinta kepada
Allah): "Bahwa ia merupakan sebab yang paling kuat untuk bisa
bersabar sehingga tidak menyelisihi dan bermaksiat kepada-Nya.
Karena sesungguhnya seseorang pasti akan mentaati sesuatu yang
dicintainya; dan setiap kali bertambah kekuatan cintanya maka itu
berkonsekuensi lebih kuat untuk taat kepada-Nya, tidak me-nyelisihi
dan bermaksiat kepada-Nya.

Menyelisihi perintah Allah dan bermaksiat kepada-Nya hanyalah
bersumber dari hati yang lemah rasa cintanya kepada Allah.Dan ada
perbeda-an antara orang yang tidak bermaksiat karena takut kepada
tuannya dengan yang tidak bermaksiat karena mencintainya.

Sampai pada ucapan beliau, "Maka seorang yang tulus dalam
cintanya, ia akan merasa diawasi oleh yang dicintainya yang selalu
menyertai hati dan raganya.Dan diantara tanda cinta yang tulus ialah
ia merasa terus-menerus kehadiran kekasihnya yang mengawasi
perbuatannya. (Thariqul Hijratain, hal 449-450)

5.Cinta kepada Allah akan menghilangkan perasaan was-was.
Berkata Ibnu Qayyim, "Antara cinta dan perasaan was-was terdapat
perbe-daan dan pertentangan yang besar sebagaimana perbedaan
antara ingat dan lalai, maka cinta yang menghujam di hati akan
menghilangkan keragu-raguan terhadap yang dicintainya.
Dan orang yang tulus cintanya dia akan terbebas dari perasaan
was-was karena hatinya tersibukkan dengan kehadiran Dzat yang
dicintainya tersebut. Dan tidaklah muncul perasaan was-was kecuali
terhadap orang yang lalai dan berpaling dari dzikir kepada Allah
Subhannahu wa Ta'ala , dan tidaklah mungkin cinta kepada Allah
bersatu dengan sikap was-was. (Madarijus-Salikin 3/38)

6. Merupakan kesempurnaan nikmat dan puncak kesenangan.
Berkata Ibn Qayyim, "Adapun mencintai Rabb Subhannahu wa Ta'ala
maka keadaannya tidaklah sama dengan keadaan mencin-tai
selain-Nya karena tidak ada yang paling dicintai hati selain Pencipta
dan Pengaturnya; Dialah sesembahannya yang diibadahi, Walinya,
Rabb-nya, Pengaturnya, Pemberi rizkinya, yang mematikan dan
menghidupkannya. Maka dengan mencintai Allah Subhannahu wa
Ta'ala akan menenteramkan hati, menghidupkan ruh, kebaikan bagi
jiwa menguatkan hati dan menyinari akal dan menyenangkan
pandangan, dan menjadi kayalah batin. Maka tidak ada yang lebih
nikmat dan lebih segalanya bagi hati yang bersih, bagi ruh yang baik
dan bagi akal yang suci daripada mencintai Allah dan rindu untuk
bertemu dengan-Nya.

Kalau hati sudah merasakan manisnya cinta kepada Allah maka hal itu tidak akan terkalahkan dengan mencintai dan menyenangi selain-Nya. Dan setiap kali bertambah kecintaannya maka akan bertambah pula pengham-baan, ketundukan dan ketaatan kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dan membebaskan diri dari penghambaan, ketundukan ketaatan kepada selain-Nya."(Ighatsatul-Lahfan, hal 567)

ORANG-ORANG YANG DICINTAI ALLAH Subhannahu wa Ta'ala

Allah Subhannahu wa Ta'ala mencintai dan dicintai. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman di dalam surat Al-Ma'idah: 54, yang artinya: "Maka Allah akan mendatangkan satu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai Allah."

Mereka yang dicintai Allah Subhannahu wa Ta'ala :

* Attawabun (orang-orang yang bertau-bat), Al-Mutathahhirun (suka bersuci), Al-Muttaqun (bertaqwa), Al-Muhsinun (suka berbuat baik) Shabirun (bersa-bar), Al-Mutawakkilun (bertawakal ke-pada Allah) Al-Muqsithun (berbuat adil).
* Orang-orang yang berperang di jalan Allah dalam satu barisan seakan-akan mereka satu bangunan yang kokoh.
* Orang yang berkasih-sayang, lembut kepada orang mukmin.
* Orang yang menampakkan izzah/kehormatan diri kaum muslimin di hadapan orang-orang kafir.
* Orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) di jalan Allah.
* Orang yang tidak takut dicela manusia karena beramal dengan sunnah.
* Orang yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah sunnah setelah menyelesaikan ibadah wajib.

SEBAB-SEBAB UNTUK MENDAPATKAN CINTA ALLAH Subhannahu wa Ta'ala
* Membaca Al-Qur'an dengan memikir-kan dan memahami maknanya.
* Berusaha mendekatkan diri kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dengan ibadah sunnah setelah menyelesaikan ibadah yang wajib.
* Selalu mengingat Allah Subhannahu wa Ta'ala , baik de-ngan lisan, hati maupun dengan anggota badan dalam setiap keadaan.
* Lebih mengutamakan untuk mencintai Allah Subhannahu wa Ta'ala daripada dirinya ketika hawa nafsunya menguasai dirinya.
* Memahami dan mendalami dengan hati tentang nama dan sifat-sifat Allah.
* Melihat kebaikan dan nikmatNya baik yang lahir maupun yang batin.
* Merasakan kehinaan dan kerendahan hati di hadapan Allah.
* Beribadah kepada Allah pada waktu sepertiga malam terakhir (di saat Allah turun ke langit dunia) untuk bermunajat kepadaNya, membaca Al-Qur'an , merenung dengan hati serta mempelajari adab dalam beribadah di hadapan Allah kemudian ditutup dengan istighfar dan taubat.
* Duduk dengan orang-orang yang memiliki kecintaan yang tulus kepada Allah dari para ulama dan da'i, mendengar-kan dan mengambil nasihat mereka serta tidak berbicara kecuali pembica-raan yang baik.
* Menjauhi/menghilangkan hal-hal yang menghalangi hati dari mengingat Allah Subhannahu wa Ta'ala .

Adi M Mauraga (Disadur dari kalimat mutanawwi'ah fi abwab mutafarriqah karya Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd oleh Abu Muhammad).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar