Minggu, 30 Agustus 2009

masalah qunut subuh 3

Tanya tentang qunut pada sholat Subuh 3

Kedua : Diriwayatkan oleh Bukhary – Muslim dari Abu Hurairah, beliau
berkata :


Dari Abi Hurairah radliyallahu `anhu beliau berkata : “Demi Allah,
sungguh saya akan mendekatkan untuk kalian cara shalat Rasulullah
shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam. Maka Abu Hurairah melakukan
qunut pada shalat Dhuhur, Isya’ dan Shubuh. Beliau mendoakan kebaikan
untuk kaum mukminin dan memintakan laknat untuk orang-orang kafir”.

Ini menunjukkan bahwa qunut nazilah belum mansukh. Andaikata qunut
nazilah telah mansukh tentunya Abu Hurairah tidak akan mencontohkan
cara sholat Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam dengan qunut
nazilah.

Dalil Pendapat Ketiga

Satu : Hadits Sa’ad bin Thoriq bin Asyam Al-Asyja’i


“Saya bertanya kepada ayahku : “Wahai ayahku, engkau sholat di
belakang Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam dan di
belakang Abu Bakar, `Umar, `Utsman dan `Ali radhiyallahu `anhum di
sini dan di Kufah selama 5 tahun, apakah mereka melakukan qunut pada
sholat subuh ?”. Maka dia menjawab : “Wahai anakku hal tersebut (qunut
subuh) adalah perkara baru (bid’ah)”. Dikeluarkan oleh Tirmidzy no.
402, An-Nasa`i no.1080 dan dalam Al-Kubro no.667, Ibnu Majah no.1242,
Ahmad 3/472 dan 6/394, Ath-Thoyalisy no.1328, Ibnu Abi Syaibah dalam
Al Mushonnaf 2/101 no.6961, Ath-Thohawy 1/249, Ath-Thobarany
8/no.8177-8179, Ibnu Hibban sebagaimana dalam Al-Ihsan no.1989,
Baihaqy 2/213, Al-Maqdasy dalam Al-Mukhtarah 8/97-98, Ibnul Jauzy
dalam At-Tahqiq no.677-678 dan Al-Mizzy dalam Tahdzibul Kamal dan
dishohihkan oleh syeikh Al-Albany dalam Irwa`ul Gholil no.435 dan
syeikh Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad mimma laisa fi Ash-Shohihain.

Dua : Hadits Ibnu `Umar


” Dari Abu Mijlaz beliau berkata : saya sholat bersama Ibnu `Umar
sholat shubuh lalu beliau tidak qunut. Maka saya berkata : apakah
lanjut usia yang menahanmu (tidak melakukannya). Beliau berkata : saya
tidak menghafal hal tersebut dari para shahabatku”. Dikeluarkan oleh
Ath-Thohawy 1\246, Al-Baihaqy 2\213 dan Ath-Thabarany sebagaimana
dalam Majma’ Az-Zawa’id 2\137 dan Al-Haitsamy berkata :”rawi-rawinya
tsiqoh”.

Ketiga : tidak ada dalil yang shohih menunjukkan disyari’atkannya
mengkhususkan qunut pada sholat shubuh secara terus-menerus.

Keempat : qunut shubuh secara terus-menerus tidak dikenal dikalangan
para shahabat sebagaimana dikatakan oleh Ibnu `Umar diatas, bahkan
syaikul islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al-Fatawa berkata : “dan
demikian pula selain Ibnu `Umar dari para shahabat, mereka menghitung
hal tersebut dari perkara-perkara baru yang bid’ah”.

Kelima : nukilan-nukilan orang-orang yang berpendapat disyari’atkannya
qunut shubuh dari beberapa orang shahabat bahwa mereka melakukan
qunut, nukilan-nukilan tersebut terbagi dua :
1) Ada yang shohih tapi tidak ada pendalilan dari nukilan-nukilan
tersebut.
2) Sangat jelas menunjukkan mereka melakukan qunut shubuh tapi nukilan
tersebut adalah lemah tidak bisa dipakai berhujjah.

Keenam: setelah mengetahui apa yang disebutkan diatas maka sangatlah
mustahil mengatakan bahwa disyari’atkannya qunut shubuh secara
terus-menerus dengan membaca do’a qunut “Allahummahdinaa fi man
hadait…….sampai akhir do’a kemudian diaminkan oleh para ma’mum,
andaikan hal tersebut dilakukan secara terus menerus tentunya akan
dinukil oleh para shahabat dengan nukilan yang pasti dan sangat banyak
sebagaimana halnya masalah sholat karena ini adalah ibadah yang kalau
dilakukan secara terus menerus maka akan dinukil oleh banyak para
shahabat. Tapi kenyataannya hanya dinukil dalam hadits yang lemah.
Demikian keterangan Imam Ibnul qoyyim Al-Jauziyah dalam Zadul Ma’ad.

Kesimpulan

Jelaslah dari uraian di atas lemahnya dua pendapat pertama dan kuatnya
dalil pendapat ketiga sehinga memberikan kesimpulan pasti bahwa qunut
shubuh secara terus-menerus selain qunut nazilah adalah bid’ah tidak
pernah dilakukan oleh Rasulullah dan para shahabatnya. Wallahu a’lam.

Silahkan lihat permasalahan ini dalam Tafsir Al Qurthuby 4/200-201, Al
Mughny 2/575-576, Al-Inshof 2/173, Syarh Ma’any Al-Atsar 1/241-254,
Al-Ifshoh 1/323, Al-Majmu’ 3/483-485, Hasyiyah Ar-Raud Al Murbi’ :
2/197-198, Nailul Author 2/155-158 (Cet. Darul Kalim Ath Thoyyib),
Majmu’ Al Fatawa 22/104-111 dan Zadul Ma’ad 1/271-285.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar