Selasa, 02 Juni 2009

AL BAIT MADROSATUL UULA


IBUMU, DOSEN PERTAMAMU

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar. (QS An-Nisa 4:9)

Pendidikan anak sangat disarankan dimulai sejak dini, bahkan sejak
dalam kandungan. Ketika sang ibu rajin beribadah, insya Allah, kelak
janin yang dikandungnya akan menjadi ahli ibadah. Ketika sang ibu rajin
membaca Al Quran, insya Allah, kelak anak yang dilahirkannyanya pun
akan mencintai Al Quran. Ketika sang ibu sangat berhati-hati menjaga
dirinya dari hal-hal yang diharamkan, insya Allah, kelak anaknya pun
akan menjadi hamba-Nya yang ikhsan.

Betapa besarnya peranan seorang wanita dalam mencetak generasi robbani.
Sebagaimana visi pernikahannya untuk menjadikan rumah tangga sebagai
lahan tumbuhnya generasi yang akan menegakkan panji islam. Generasi
yang tumbuh dalam rumah tangga yang menjadi pusat kaderisasi terbaik.

Ketika sang anak hadir ke dunia, sebuah tugas sangat berat telah diemban
di pundak seorang ibu. Tugas mendidiknya, membekalinya dengan life-skill,
agar kelak anaknya siap terjun ke dunia yang berubah dengan cepatnya
setiap hari. Sepuluh atau 15 tahun lagi, akan sangat berbeda kondisinya
dengan masa kini.

Ketika sang anak mulai banyak bertanya, Ini apa?, Itu apa?,
Kenapa begini?, Kenapa begitu?, seorang ibu dituntut untuk dapat
memberikan jawaban yang terbaik. Jawaban yang tidak mematikan rasa
ingin tahu anak, bahkan sebaliknya, jawaban yang membuat anak semakin
terpacu untuk belajar.

Masa yang penting ini, yang disebut golden-age, masa di mana anak
sangat mudah menyerap segala informasi, belajar tentang segala sesuatu.
Dan ibu adalah orang yang terdekat dengan anak, yang lebih sering
berinteraksi dengan anak. Menjadilah ibu sebagai sumber ilmu, pendidik
pertama bagi anak-anak, yang menanamkan pondasi awal dan utama bagi
generasi yang akan menjadi pemimpin masa depan ini.

Ketika anak mulai memasuki dunia sekolah, tugas ibu tak lantas menjadi
tergantikan oleh sekolah. Bahkan sang ibu dituntut untuk dapat mengimbangi
apa yang diajarkan di sekolah.

Peran yang demikian strategis ini, menuntut wanita untuk membekali
dirinya dengan ilmu yang memadai. Maka, wanita harus terus bergerak
meningkatkan kualitas dirinya. Karena, untuk mencetak generasi yang
berkualitas, dibutuhkan pendidik yang berkualitas pula. Hal itu berarti,
seorang wanitia tidak boleh berhenti belajar.

Anis Matta pernah mengatakan, bahwa seorang wanita itu memiliki potensi
yang sangat besar, namun sayangnya, ketika ia menikah, maka potensi itu
seolah-olah lenyap, menyisakan dua kata, suami dan anak. Padahal, belajar
itu proses seumur hidup, long life education. Itulah yang dipesankan oleh
Rasulullah dalam haditsnya Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat.

Artinya, tidak lantas ketika seorang muslimah menikah, maka kesempatan
menuntut ilmunya berhenti sampai di situ, dikarenakan waktu dan tenaganya
habis untuk mengurus suami dan anak. Artinya, dengan atau tanpa
dukungan dan fasilitas dari suami, seorang wanita harus kreatif mencipta
cara untuk terus mencari ilmu, untuk meningkatkan kualitas dirinya.

wanita adalah lembaga pendidikan bila dipersiapkan darinya akan lahir
pemuda-pemuda berjiwa mulia

Duhai ukhti muslimah, teruslah mencari ilmu, bekali dirimu dengan ilmu.
Ilmu yang dapat meluruskan akidah, menshahihkan ibadah, membaguskan
akhlaq, meluaskan tsaqofah, membuat mandiri, tidak bergantung pada
orang lain sekaligus bermanfaat bagi orang lain.

Teladanilah wanita Anshar yang tidak malu bertanya tentang masalah agama.
Teladanilah para sahabiyah yang bahkan meminta kepada Rasulullah untuk
diberikan kesempatan di hari tertentu khusus untuk mengajari mereka.
Sehingga, akan bermunculan kembali Aisyah-Aisyah yang mempunyai
pemahaman yang luas dan mendalam tentang agamanya.

Duhai ukhti muslimah, didik putra-putrimu agar mengenal Allah dan
taat pada-Nya, agar gemar membaca dan menghapal kalam-Nya.
Ajarkan mereka mencintai Rasulullah dan meneladani beliau.
Bekali dengan akhlak imani, mencintai sesama, menghormati yang tua
dan menyayangi yang muda. Sehingga akan bermunculan kembali
Khonsa-Khonsa* baru yang mencetak para syuhada.

* khonsa adalah seorang wanita yang anak- anaknya terbunuh sebagai syuhada, namun dia bersabar (ridho dan mengharap pahala dari Allah)

dari group muslimah dengan beberapa tambahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar