Sabtu, 04 Juli 2009

Hukuman Bagi HomoSeks

Perbuatan kaum yang terlaknat (dibalik buminya oleh Allah)

Homoseksual (liwath) merupakan perbuatan asusila yang sangat terkutuk dan menunjukkan pelakunya seorang yang mengalami penyimpangan psikologis dan tidak normal.

Berbicara tentang homoseksual di negara-negara maju, maka kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Di negara-negara tersebut kegiatannya sudah dilegalkan. Yang lebih menyedihkan lagi, bahwa ‘virus’ ini ternyata juga telah mewabah di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Bagaimana sesungguhnya masalah besar ini menurut kacamata Islam? Apa ancaman yang akan diterima pelakunya? Beberapa uraian berikut akan merangkum pendapat Imam Ibn al-Qayyim di dalam bukunya, ad-Dâ` Wa ad-Dawâ.

Dalam istilah Islam, homoseksual lebih dikenal dengan nama “al-Liwâth” yang diambil dari kata “Luth,” nama seorang Nabi Allah. Mengapa dinisbatkan kepada Nabi Allah tersebut? Sebab perbuatan semacam itu dilakukan oleh kaumnya. (Kadang juga disebut dengan sodomi, dari nama negri kaum Nabi Luth, Sodom, red)

Dampak negatif yang ditimbulkan perbuatan Liwâth (Homoseksual), sebagaimana perkataan Jumhur Ulama ijma’ dari para shahabat mengatakan, “Tidak ada satu perbuatan maksiat pun yang kerusakannya lebih besar dibanding perbuatan homoseksual. Bahkan dosanya berada persis di bawah tingkatan kekufuran bahkan lebih besar dari kerusakan yang ditimbulkan tindakan pembunuhan.”

Allah subhanahu wata’ala tidak pernah menguji dengan ujian yang seberat ini kepada siapa pun umat di muka bumi ini selain umat Nabi Luth. Dia memberikan siksaan kepada mereka dengan siksaan yang belum pernah dirasakan oleh umat mana pun. Hal ini terlihat dari beraneka ragamnya adzab yang menimpa mereka, mulai dari kebinasaan, dibolak-balikkannya tempat tinggal mereka, dijerembabkan nya mereka ke dalam perut bumi dan dihujani bebatuan dari langit. Ini tak lain karena demikian besarnya dosa perbuatan tersebut.

Hukuman bagi Pelakunya

Setidaknya, ada tiga hukuman berat terhadap pelaku homoseksual:

Pertama; Dibunuh.

Para ulama mengatakan, “Dalil atas hal ini adalah bahwa Allah subhanahu wata’ala menjadikan Hadd (hukuman) atas orang yang membunuh jiwa manusia diserahkan kepada pilihan wali dari korban; dibunuh atau dima’afkan tetapi pelakunya harus membayar denda (diyat) atas hal itu. Namun hal ini berbeda dengan kasus homoseksual. Allah subhanahu wata’ala mengenakan Hadd yang pasti (tegas) sebagaimana yang disepakati para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdasarkan dalil-dalil dari as-Sunnah yang begitu tegas yang tidak ada pertentangan atasnya, bahkan demikian pula yang dilakukan oleh para shahabat dan al-Khulafa` ar-Rasyidun.

Ke-dua; Dibakar.

Terdapat riwayat yang valid dari Khalid bin al-Walid radhiyallahu ‘anhu bahwa ia pernah menemukan di suatu daerah pinggiran perkampungan Arab seorang laki-laki yang menikah dengan sesamanya layaknya wanita yang dinikahkan. Maka, ia pun mengabarkan hal itu kepada Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Lalu beliau meminta pendapat para shahabat yang lain, di antaranya ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yang mengambil pendapat yang sangat tegas. Ia mengata kan, “Menurutku, hukumannya dibakar dengan api.” Maka Abu Bakar pun mengirimkan balasan kepada Khalid bahwa hukumannya ‘dibakar.’

Ke-tiga; Dilempar dengan Batu Setelah Dijungkalkan dari Tempat Yang Tinggi.

‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Perlu dicari dulu, mana bangunan yang paling tinggi di suatu perkampungan, lalu si homoseks dilempar darinya dengan posisi terbalik, kemudian dibarengi dengan lemparan batu ke arahnya.” Ibn ‘Abbas zmengambil hukuman (Hadd) ini sebagai hukuman Allah subhanahu wata’ala atas homoseks.

Bukan Hanya Pelaku Utamanya Saja yang Dihukum

Ibn ‘Abbas -lah yang meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sabda beliau, “Siapa saja yang kalian dapati melakukan perbuatan kaum Luth (homoseksual), maka bunuhlah si pelaku (yang mengajak) dan orang yang dilakukan terhadapnya (pasangan).” (Diriwayatkan oleh para pengarang kitab as-Sunan, dinilai shahih oleh Ibn al-Qayyim)

Nash-Nash Berbicara

Di dalam banyak nash terdapat berbagai ancaman atas pelaku homoseksual, di antaranya adalah:

§ Homoseks Dilaknat. Dalam sebuah hadits yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allah telah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth (homoseks), Allah telah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth (homoseks), Allah telah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth (homoseks).” (HR.Ahmad dan Abu Ya’la)

Dalam hal ini, tidak ada hadits yang memuat ancaman dengan laknat sedemikian tegas hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sampai mengulanginya tiga kali. Dalam kasus zina, beliau hanya menyebut laknat sekali saja, demikian juga dengan laknat yang diarahkan kepada sejumlah pelaku dosa-dosa besar; tidak lebih dari sekali. Hal itu, ditambah lagi dengan sikap para shahabat yang sepakat memberikan ancaman mati bagi homoseks di mana tidak seorang pun dari mereka yang mengambil sikap berbeda. Mereka hanya berbeda dalam hal bagaimana eksekusi terhadapnya.

§ Homoseksual Lebih Keji (Kotor) Daripada Zina. Siapa saja yang merenungi firman Allah yang berkenaan dengan zina, “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk,” (al-Isrâ`:32) dan firman-Nya yang berkenaan dengan Liwath, ” Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah (homoseksual) itu yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelum kamu,” maka pastilah ia akan mendapatkan perbedaan yang amat kentara. Pada firman-Nya mengenai zina, dalam redaksi ayat, Allah subhanahu wata’ala menjadikan kata “Fâhisyah (perbuatan keji)” dalam bentuk “nakirah” (tanpa alif lam, red) yang berarti ia merupakan salah satu dari perbuatan-perbuatan keji. Namun, dalam redaksi ayat mengenai homoseksual, Diamenjadikan kata “Fâhisyah” tersebut dalam bentuk “ma’rifah” (dengan alif lam) yang mengandung pengertian bahwa ia mencakup semua apa yang disebut dengan Fâhisyah itu. Maknanya, “Apakah kalian melakukan suatu perbuatan yang menurut semua orang adalah keji itu?”

§ Al-Qur’an Menegaskan Betapa Durjananya Homoseksual. Dalam ayat 80 surat al-A’raf, Allah subhanahu wata’ala menegaskan bahwa ia perbuatan keji yang tidak pernah dilakukan oleh penduduk mana pun di muka bumi. Kemudian dalam ayat 81, dikuatkan lagi dengan menyebutnya sebagai sesuatu yang amat dibenci hati, tidak patut didengar dan dijauhi oleh tabi’at, yaitu perbuatan menikah sesama lelaki.

§ Pelaku Homoseksual adalah Musuh Fitrah. Dalam ayat selanjutnya dalam surat al-A’raf di atas, ditegaskan lagi betapa buruknya perbuatan tersebut yang berlawanan dengan fitrah yang Allahanugerahkan kepada laki-laki. Para pelakunya telah memutar balikkan tabiat yang semestinya bagi laki-laki, yaitu tertarik kepada wanita, bukan tertarik kepada sesama laki-laki. Karena itu, hukuman bagi mereka adalah dijungkir-balikkannya tempat-tempat tinggal mereka sehingga bagian yang atas menjadi di bawah, demikian pula, hati mereka dibolak-balikkan.

§ Pelaku Homoseksual adalah Orang-orang yang Melampaui Batas. Allah subhanahu wata’alatelah menegaskan keburukan perbuatan tersebut, dalam firman-Nya, artinya, “Malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” (al-A’raf:81).

Karena itu, coba renungkan, apakah makna seperti itu atau yang mirip dengan itu terdapat dalam masalah zina? Lalu dalam surat al-Anbiya’, ayat 74, Allah subhanahu wata’alamenegaskan kepada mereka bahwa Dia telah menyelamatkan Nabi Luth dari (penduduk) kampung yang melakukan perbuatan keji itu.

§ Para Pelaku Homoseksual adalah Orang-Orang yang Berbuat Kerusakan, Fasiq dan Zhalim. Allah subhanahu wata’ala menegaskan celaan terhadap mereka dengan dua sifat yang super buruk dalam firman-Nya, “Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasiq.” (al-Anbiyâ`:74). Allah subhanahu wata’ala juga menyebut mereka sebagai orang-orang yang berbuat kerusakan sebagaimana dalam ucapan Nabi mereka, Luth berdoa, ‘Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu.” (al-’Ankabût:30). Allah subhanahu wata’alajuga menyebut mereka sebagai orang-orang yang berbuat zhalim dalam ucapan para malaikat kepada nabi Ibrahim ‘alaihis salam, “Sesungguhnya kami akan menghancur kan penduduk (Sodom) ini; sesungguh nya penduduknya adalah orang-orang yang zhalim.” (al-’Ankabût:31).


Renungkanlah, siapa orang yang pernah disiksa dengan siksaan-siksaan seperti ini dan dicela dengan celaan seperti ini.?

Sumber: “al-fi’lah allati tatashadda’ lahal jibal”, disarikan dari kitab “ad-Daa’ wad-Dawa’ oleh qism al-Ilmi Darul Wathan

Abu Hafshah & Hisyam Fauzan

Tafsir Ummul Kitab

MUQODDIMAH

Surat Al Fatihah yang dikenal dengan istilah UMMUL KITAB adalah merupakan surat yang khusus, diturunkan secara sekaligus yang kandungan di dalamnya meliputi seluruh isi Al Qur-anul Karim. Hal ini didasarkan atas petunjuk sebagai berikut :

a. Firman dalam AL Qur’an surat Al Hijr 87 (QS 15 : 87) Allah menggunakan lafadz penunjukan dengan kalimat “sab’an minal matsa-ni” yang berpengertian “tujuh yang diulang-ulang”.

b. Di dalam hadits yang berderajat shahih dari Abi Hurairah dengan riwayat Ahmad, Muslim, dan riwayat Empat (Abu Daud, Turmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah). Tersebut di dalam kitab Al Jami-ush shoghir juz 2. hal. 81 dan tersebut dalam kitab Al Muwatho’ Imam Malik hal.73 bahwa Suratul Al Fatihah dimulai dari lafadz “HAMDALLAH”.

Oleh karena itu, pengertian sab’an minal matsani dimaksudkan adalah “tujuh liputan” yaitu:

1. Alam Ruh, sebagaimana difirmankan dalam al Qur’an surat Al ‘Araf 172 (QS 7 : 172).

2. Alam Kandungan, sebagaimana firman dalam Al Qur’an surat Al Mu’minun 12 - 14 (QS 23 : 12-14) dan diterangkan dalam hadits shahieh Muttafaqun’alaih dari Abi Hurairah tentang perjalanan kejadian melalui tiga kegelapan yang merupakan hadits Tauqi-fi dari petunjuk firman Al Qur’an surat Az zumar 6 (QS 39 : 6).

3. Alam Syahadah, yang merupakan tuntutan kesadaran pengabdian, sebagaimana firman dalam Al Qur’an surat An Nisa 1 (QS 4 : 1).

4. Alam Qubur, yang merupakan tempat sementara antara dunia dan akhirat, sebagaimana dikatakan oleh Ulama Mufasirin sebagai alam genggaman Allah seperti yang dikehendaki dalam Al Qur’an surat Az Zumar 42 (QS 39 : 42).

5. Alam Mahsyar, dimana manusia dikumpulkan dalam bentuk yang beraneka-ragam sesuai dengan amalnya dikala hidup di dunia, sebagaimana difirmankan dalam Al Qur’an surat Al Kahfi 47 (QS 18 : 47). Setelah melalui proses Qori’ah dan Dzaldzalah, di sana merupakan daratan yang tiada bertepi.

6. Alam Mi-zan, yaitu alam timbangan ‘amal yang khusus bagi orang-orang yang beriman dan tidak diperuntukkan atas orang-orang kafir sebagaimana firman dalam Al Qur’an surat Al Kahfi 105 (QS 18 : 105) dalam pengertian mahfum mukholafah.

7. Alam Darul Qoror, yaitu alam keabadian yang merupakan tempat kehidupan yang hakiki bagi hambah Allah yang beriman dan beramal shalih sebagaimana firman dalam Al Qur’an surat Muhammad 15 (QS 47 : 15).

Kandungan surat Al Fatihah, garis besar kandungan surah Al Fatihah adalah meliputi sebagai berikut:

A. Segala yang berhubungan dengan masalah pujian. Di sanalah Allah memperkenalkan terhadap hamba-NYA agar hamba-NYA dapat mengenali Kebenaran yang ditunjukkan oleh Yang Pencipta, sebagaimana firman-firman dalam Al Qur-an surat Bani Isra’il 43 - 44 (QS 17 : 43 - 44), surat An Nur 41 (QS 24 : 41), dan surat Al ‘Arof 205 (QS 7 : 205).

B. Segala yang berhubungan dengan masalah sumpah atau janji agar hamba-NYA mengenal kepada arti FITHRAH, sebagaimana firman-firman-NYA dalam surat Fushilat 11 - 13 (QS 41 : 11 - 13), Al ‘Arof 172 (QS 7 : 172), dan Ar Rum 30 (QS 30 : 30).

C. Segala yang berhubungan dengan masalah do’a dengan tujuan mengenalkan kepada hamba-hamba-NYA untuk sadar diri akan kefaqirannya sehingga do’a dan infaq mengandung petunjuk rahmat dan ampunan sebagaimana firman-firman-NYA dalam Al Qur-an surat Fathir 15 (QS 35 : 15), At Taubah 99 (QS 9 : 99), dan Al Mu’min 3 (QS 40 : 3).


KENIKMATAN SURGA

Saudaraku Inilah Jalan Menuju Surgamu ...

Saudaraku yang semoga dirahmati oleh Alloh, sesungguhnya orang yang tidak mengenal kemuliaan akhirat dan malas beribadah akan menganggap dunia ini sebagai negeri yang senantiasa ia tempati. Ia selalu merasa kurang terhadap apa yang dimilikinya, tidak pernah merasa cukup mengejar dunia sampai segala keinginannya terpenuhi. Padahal, apa yang ia usahakan, berupa harta, anak, dan lain-lain, semua itu tidak akan pernah menimbulkan kepuasan pada dirinya, bahkan mampu membawa kesengsaraan baginya. Seharusnya dia menyadari bahwa sebentar lagi kematian akan menghampirinya. Adapun orang yang mendapat taufik, dia menyadari bahwa dunia dan segala keindahannya itu hanyalah tipuan belaka, sehingga dia tidak terperdaya bahkan sebaliknya akan bergegas menuju ampunan Alloh serta surga yang seluas langit dan bumi, yang dipersiapkan bagi orang beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya.

Kenikmatan di Surga

Saudaraku … bersegeralah menuju ampunan Robb kalian dan surga yang seluas langit dan bumi. Di dalamnya terdapat berbagai kenikmatan yang tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, ataupun terbetik di hati seorangpun. Hal ini sebagaimana dibenarkan oleh firman Alloh 'azza wa jalla yang artinya, "Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam ni'mat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (As Sajdah : 17).

Di antara kenikmatan di surga yang Alloh dan Rosul-Nya telah perkenalkan pada kita adalah :
[1]. Merasakan nikmatnya sungai susu, arak, dan madu, sebagaimana Alloh Ta'ala berfirman yang artinya," (Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamer (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring." (Muhammad : 15).

[2]. Mendapatkan isteri yang masih belia dan berumur sebaya, sebagaimana firman Alloh yang artinya, ”Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya." (An Naba' : 31-33).

[3]. Hidup kekal dengan nikmat lahir dan batin, sebagaimana Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya, "Siapa yang masuk surga selalu merasa nikmat, tidak pernah susah, pakaiannya tidak pernah cacat, dan kepemudaannya tidak pernah sirna." (HR. Muslim).

[4]. Diberi umur muda, sebagaimana Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya, "Ahli surga, berbadan indah tanpa bulu, matanya indah bercelak, umurnya 30 atau 33 tahun." (Shohihul Jaami').

[5]. Memandang wajah Alloh yang mulia, sebagaimana diriwayatkan dari Shuhaib, bahwa Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jika surga telah dimasuki oleh para penghuninya, ada yang menyeru : 'Wahai penduduk surga, sesungguhnya Alloh mempunyai suatu janji untuk kalian yang janji tersebut berada di sisi Alloh, di mana Dia ingin menuaikannya.' Mereka berkata : 'Apakah itu? Bukankah Dia telah memberatkan timbangan-timbangan kami, memasukkan kami ke surga, dan menyelamatkan kami dari neraka?' Beliau melanjutkan : 'Maka Alloh menyingkapkan hijabnya (tabirnya), sehingga mereka melihat-Nya (wajah Alloh). Demi Alloh, Alloh belum pernah memberikan sesuatu pun yang lebih mereka cintai dan menyejukkan pandangan mereka daripada melihat-Nya." (HR. Muslim).

Masih banyak sekali ayat dan hadits lainnya yang menerangkan tentang sifat-sifat surga, kenikmatannya, kesenangannya, kebahagiannya, dan keelokannya. Semoga Alloh menjadikan kita sebagai penghuninya.

Jalan Menuju Surga

Jika ada yang bertanya tentang amal dan jalan menuju ke surga, maka jawabannya telah Alloh berikan secara jelas dalam wahyu yang diturunkan kepada Rosul-Nya yang mulia. Di antaranya sebagaimana yang Alloh jelaskan dalam surat Al Mu'minuun ayat 1-11. Beberapa sifat-sifat penghuni surga -semoga Alloh menjadikan kita sebagai penghuninya- dari ayat tersebut adalah:

Pertama, beriman kepada Alloh dan perkara-perkara yang wajib diimani dengan keimanan yang mewajibkan penerimaan, ketundukan, dan kepatuhan.

Kedua, khusyu' dalam sholatnya yaitu hatinya hadir dan anggota tubuhnya tenang.

Ketiga, menjauhkan diri dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia (yang tidak mempunyai faedah dan kebaikan).

Keempat, menunaikan zakat yaitu bagian harta yang wajib dikeluarkan atau mensucikan jiwa mereka (karena salah satu makna zakat adalah bersuci) berupa perkataan dan perbuatan.

Kelima, menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri dan budaknya.

Keenam, memelihara amanah yang dipercayakan dan memenuhi janjinya baik kepada Alloh, kepada sesama mukmin, ataupun kepada makhluk lainnya.

Ketujuh, melaksanakan sholat pada waktunya, sesuai dengan bentuknya yang sempurna, dengan memenuhi syarat, rukun, dan kewajibannya.
Selain ayat di atas, Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam juga telah menjelaskan tentang jalan menuju surga yaitu dengan menuntut ilmu syar'i. Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya, "Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Alloh akan memudahkannya dalam menempuh jalan ke surga." (HR. Muslim).

Ya Alloh, mudahkanlah kami untuk melaksanakan amalan-amalan ini dan teguhkanlah kami di atasnya.

Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu 'ala nabiyyina Muhammad wa 'ala alihi wa shohbihi wa sallam.

***
Al Faqir Ilallah: Muhammad Abduh Tuasikal
Yogyakarta, 11 Rajab 1430 H

Amalan Ringan Namun Pahala Luar Biasa

Ada beberapa amalan yang ringan dilakukan namun berpahala luar biasa......

Bergabunglah dengan Para Pecinta Allah dan Rosululloh SAW... disini !
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radiallahu’anhu, ia berkata:

“Rasulullah Salallahu ‘alaihi wassalam bersabda: ‘Mengucapkan Subhaanalloh, al-hamdu lillaah, laa ilaaha illallooh, dan Allahu akbar lebih aku cintai daripada dunia seisinya.”


Bukhari-Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radiallahu’anhu, ia berkata:

“Rasulullah Salallahu ‘alaihi wassalam bersabda: ‘Dua kalimat yang ringan diucapkan dalam lisan, namun berat dalam mizan dan disukai Ar-Rahman adalah subhanalloohi wa bihamdih (Mahasuci Allah lagi Maha Terpuji) dan subhaanalloohil’azhim (Mahasuci Allah lagi Maha Agung).’”


Bukhari-Muslim meriwayatkan dari Abu Ayyub Al-Anshari Radiallahu’anhu, dari Nabi Salallahu ‘alaihi wassalam bahwa beliau bersabda:


“Barang siapa yang membaca: ‘Laa ilaaha illallohu wahdahuulaa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai’in qodiir’(Tiada ilah kecuali Allah semata; tiada sekutu bagi-Nya; bagi-Nyalah segala kekuasaan dan segala pujian. Dia Maha Berkuasa atas segal sesuatu) sebanyak 10 kali, maka seolah dia telah memerdekakan empat orang budak dari keturunan Isma’il.”


Bukhari-Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radiallahu’anhu bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Barang siapa yang membaca: ‘Laa ilaaha illallohu wahdahuulaa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai’in qodiir’ (Tiada ilah kecuali Allah semata; tiada sekutu bagi-Nya; bagi-Nyalah segala kekuasaan dan segala pujian. Dia Maha Berkuasa atas segal sesuatu) dalam sehari sebanyak 100 kali, dia akan mendapatkan pahala seperti memerdekakan 10 orang budak, dituliskan untuknya 100 kebaikan, dihapus 100 kesalahannya, sepanjang hari itu dia dipelihara dari gangguan setan sampai tiba sore hari, dan tak ada seorangpun yang membawa amalan lebih utama daripadanya, kecuali orang yang membacanya lebih banyak lagi.” Beliau juga bersabda: “Barang siapa yang membaca: ‘Subhanallohi wabihamdih’ dalam sehari sebanyak 100kali, maka dosa-dosanya akan dihapus meski sebanyak buih dilautan.”


Bukhari-Muslim meriwayatkan dari Abu Musa Radiallahu’anhu bahwa Nabi Salallahu ‘alaihi wassalam bersabda kepadanya:

“Ucapkanlah: ‘Laa haula wa laa quwwata illaa billaah.’ (Tiada daya untuk emnjauhi maksiat dan tiada kekuatan untuk berbuat taat, kecuali dengan pertolongan Allah) sebab ucapan ini termasuk harta simpanan surga.”


Muslim meriwayatkan dari Abu Malik Al-Asy’ary Radiallahu’anhu, ia berkata:

“Rasulullah Salallahu ‘alaihi wassalam bersabda: ‘Bersuci adalah bagian dari iman; ucapan hamdalah akan memenuhi mizan; ucapan tasbih dan hamdalah memenuhi ruang yang ada diantara langit dan bumi.”


Bukhari-Muslim meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radiallahu’anhu bahwa kala tertimpa kesusahan, biasanya Rasulullah Salallahu ‘alaihi wassalam mengucapkan:

“Laa ilaaha illalloohul ‘azhiimul haliim, laa ilaaha illalloohu robbus samaawaati wa robbul ardhi robbul ‘arsyil kariim.” (Tiada ilah kecuali Allah Yang Maha Agung lagi Maha Penyantun; tiada ilah kecuali Allah, Rabb ‘Arsy yang Agung; tiada ilah kecuali Allah, Rabb langit dan bumi, Rabb ‘Arsy yang Agung.)

Herfin Muhamad

Jumat, 03 Juli 2009

JANGAN SEPELEKAN DOSA KECIL


Tiada dosa kecil kalau dilakukan terus menerus

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Shalawat dan Salam Kita Limpahkan kepada Junjungan Kita Baginda Rasulullah SAW , Tak Lupa Juga Buat Ahlul Bait dan para Sahabat-sahabatnya.

Sudah maklum dikalangan ulama dan kaum muslimin bahwa dosa itu terbagi menjadi dua macam; kabair (dosa-dosa besar) dan shaghair (dosa-dosa kecil). Walau demikian ada juga sebagian ulama yang tidak melihat adanya pembagian seperti ini, namun menganggap bahwa seluruh kemaksiatan dan penyelewangan dari jalan Allah adalah dosa besar karena merupakan keberanian dan kelancangan dihadapan Allah. Orang yang mengatakan demikian karena melihat betapa besarnya hak Allah atas hamba-hamba-Nya. Ada diantara ulama yang mengatakan: "Suatu dosa dianggap kecil hanya lantaran jika dibandingkan dengan dosa lain yang lebih besar, jika tidak tentulah semua dosa itu besar adanya. "Namun pendapat ini lemah sebab Allah sendiri telah membagi dosa dalam dua bagian yaitu fawahisy/ kabair dan al lamam/shaghair sebagaimana firmanNya:

"(Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil (QS An Najm: 32)

Jadi pendapat yang benar -wallahu a'lam - adalah bahwa dosa itu terbagi menjadi dua; besar dan kecil. Dan kabair tidaklah terbatas dengan suatu bilangan tertentu namun apa saja yang dilarang oleh Allah dan disertai dengan ancaman Neraka, murka, laknat, adzab atau berhadapan dengan sanksi hadd (hukuman berat yang telah ditentukan jenisnya) di dunia maka itulah kabair, dan yang yang selain demikain maka tergolong shaghair(ithaf as saadah al muttaqin 10/ hal 615-616).

Berubahnya dosa kecil menjadi dosa besar

Imam Ibnul Qayyim pernah berkata: "Dosa-dosa besar biasanya disertai dengan rasa malu dan takut serta anggapan besar atas dosa tersebut, sedang dosa kecil biasanya tidak demikian. Bahkan yang biasa adalah bahwa dosa kecil sering disertai dengan kurangnya rasa malu, tidak adanya perhatian dan rasa takut, serta anggapan remeh atas dosa yang dilakukan, padahal bisa jadi ini adalah tingkatan dosa yang tinggi (tahdzib madarij as salikin hal 185-186). Dengan demikian maka dosa kecil dapat berubah menjadi besar dengan adanya faktor-faktor yang memperbesarnya, yaitu:

1. Terus-menerus dalam melakukannya
Hal ini karena pengaruh kerasnya jiwa dan adanya raan (bercak) didalam hati, maka dari sini ada qaul mengatakan: "Tak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus dan tak ada dosa besar jika diiringi istighfar. "Ucapan ini dinisbatkan kepada Ibnu Abbas Radhiallaahu 'anhu berdasarkan atsar yang saling menguatkan satu dengan yang lain (ithaf as-sa'adah al-muttaqin 10/687).

2. Anggapan remeh atas dosa tersebut
Rasulullah saw telah bersabda:
"Berhati-hatilah kalian terhadap dosa kecil, sebab jika ia berkumpul dalam diri seseorang akan dapat membinasakannya." (HR ahmad dan Thabrani dalam Al Awsath). Rijal dalam dua riwayat ini shahih semuanya kecuali Imran bin Dawir Al Qaththan namun dia dapat dipercaya, demikian kata Imam Al Haitsami dalam Majma' Az Zawaid 10/192.

Ibnu Mas'ud Radhiallaahu 'anhu pernah berkata: "Seorang mukmin melihat suatu dosa seakan-akan ia duduk dibawah gunung dan takut jikalau gunung itu menimpanya dan orang fajir (pendosa) melihat dosa bagaikan lalat yang lewat didepan hidungnya seraya berkata "begini", Ibnu Syihab menafsirkan: yakni berisyarat (mengebutkan) tangannya didepan hidung untuk mengusir lalat.

Suatu ketika shahabat Anas Radhiallaahu 'anhu pernah berkata kepada sebagian tabi'in: "Sesungguhnya kalian semua melakukan suatu perbuatan yang kalian pandang lebih kecil dari pada biji gandum padahal di masa Nabi saw kami menganggapnya sebagai sesuatu yang dapat membinasakan. "(riwayat Al Bukhari). Di sini bukan berarti Anas mengatakan bahwa dosa besar dimasa Rasulullah dihitung sebagai dosa kecil setelah beliau wafat, namun itu semata-mata karena pengetahuan para shahabat akan keagungan Allah yang lebih sempurna. Makanya dosa kecil bagi mereka-jika sudah dikaitkan dengan kebesaran Allah- akan menjadi sangat besar. Dan dengan sebab ini pula maka suatu dosa akan dipandang lebih besar jika dilakukan orang alim dibandingkan jika pelakunya orang jahil, bahkan bagi orang awam boleh jadi suatu dosa dibiarkan begitu saja (dimaklumi) karena ketidaktahuannya yang mana itu tentu tidak berlaku bagi orang alim dan arif. Atau dengan kata lain bahwa besar kecilnya suatu dosa sangat berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan dan keilmuan pelakunya (ithaf as-sa'adah al-muttaqin 10/690).

Tapi meski bagaimanapun seseorang seharusnya dituntut untuk menganggap besar suatu dosa, sebab jika tidak demikian maka tidak akan lahir rasa penyesalan. Adapun jika menganggap besar atas suatu dosa maka ketika melakukannya akan disertai dengan rasa sesal. Ibarat orang yang menganggap uang receh tak bernilai, maka ketika kehilangan ia tak akan bersedih dan menyesalinya. Namun ketika yang hilang adalah dinar (koin emas) maka tentu ia akan sangat menyesal dan kehilangannya merupakan masalah yang besar.

Perasaan menganggap besar terhadap dosa muncul karena tiga faktor:
- Menganggap besar atas suatu perintah (apapun ia).
- Menganggap besar Dzat atau orang yang memerintah.
- Keyakinan akan benarnya balasan.

3. Merasa senang dan bangga dengan dosa
Seperti seorang pelaku dosa berkata: "Andaikan saja engkau tahu bagaimana aku mempermalukan si fulan, dan bagaimana aku membuka aib dan keburukannya sehingga nampak jelas semua!" Atau misal yang lain: "Seandainya kamu melihat bagaimana aku memukul dia dan menghinakannya!"

Orang ini sudah begitu lupa dengan kejelekan dosa sehingga malah senang tatkala dapat melampiaskan keinginan-nya yang terlarang. Dan perasaan senang terhadap suatu kemaksiatan menunjukkan adanya keinginan untuk melakukannya, sekaligus menunjukkan ketidaktahuannya dengan Dzat yang ia maksiati, buruknya akibat dan besarnya bahaya kemaksiatan. Rasa senang dengan dosa telah menutupi semua itu, dan senang dengan suatu dosa lebih berbahaya daripada dosa itu sendiri. Sebab. orang yang berbuat suatu dosa namun sebenarnya tidak senang dengan perbuatan itu maka ia akan segera menghentikannya. Sedangkan rasa senang dengan dosa akan menimbulkan keinginan untuk terus melakukannya.

Jika kealpaan dan kelalaian semacam ini telah begitu parah maka akan menyeretnya untuk melakukan dosa tersebut secara terus menerus, merasa tenang dengan perbuatan salah dan bertekad untuk terus melakukannya. Dan ini adalah jenis lain dari dosa yang jauh lebih berbahaya daripada dosa yang ia lakukan sebelumnya.

4. Meremehkan "tutup dosa" dan kesantunan Allah
Yaitu ketika pelaku dosa kecil terbuai dengan kemurahan Allah dalam menutupi dosa. Ia tidak sadar bahwa itu adalah penangguhan dari Allah untuk-nya. Bahkan ia menyangka bahwa Allah sangat mengasihinya dan memberi perlakuan lain kepadanya, sebagaimana yang Allah kabarkan kepada kita tentang para pemuka agama kaum Yahudi yang berkata: "Kami adalah anak-anak Allah dan kekasihnya." Juga firman Allah:

"Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri: "Mengapa Allah tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu" Cukuplah bagi mereka neraka Jahannam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali." (QS. Al-Mujadilah: 8)

5. Membongkar dan menceritakan dosa yang telah ditutupi oleh Allah
Seseorang yang melakukan dosa kecil dan telah ditutupi oleh Allah namun ia sendiri malah kemudian menampakkan dan menceritakannya maka dosa kecil itu justru menjadi berlipat karena telah tergabung beberapa dosa. Ia telah mengundang orang untuk mendengarkan dosa yang ia kerjakan, dan bisa jadi akan memancing orang yang mendengar untuk ikut melakukannya. Maka dosa yang tadinya kecil dengan sebab ini bisa berubah menjadi lebih besar.

Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:
" Seluruh umatku akan dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan dalam dosa (al mujahirun), termasuk terang-terangan dalam dosa ialah seorang hamba yang melakukan dosa dimalam hari lalu Allah menutupinya ketika pagi, namun ia berkata: "Wahai fulan aku tadi malam telah melakukan perbuatan begini dan begini!" (HR Muslim, kitabuz zuhd)

6. Jika pelakunya adalah orang alim yang jadi panutan atau dikenal keshalihannya
Yang demikian apabila ia melakukan dosa itu dengan sengaja, disertai kesombongan atau dengan mempertentangkan antara nash yang satu dengan yang lain maka dosa kecilnya bisa berubah menjadi besar. Tetapi lain halnya jika melakukannya karena kesalahan dalam ijtihad, marah atau yang semisalnya maka tentunya itu dimaafkan.

Wasalam
anggota Islam Agamaku

Mahmud Solikhin

Rabu, 01 Juli 2009

MENGAPA WANITA MENANGIS


Ibunda, Kenapa Engkau Menangis
Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. "Ibu, mengapa Ibu menangis?". Ibunya menjawab, "Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak". "Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti...."

Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?"Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan". Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.
Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.

Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan."Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?"Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,"Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama.Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman danlembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.

Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, danmengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu.

Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.

Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.

Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada
bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan enjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan
jantung agar tak terkoyak?Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk
memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang
diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.

Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkanperasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan".

Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup

kedai spiritual, in facebook

MAKSIAT DAN DAMPAKNYA (CHAPTER 1)




Oleh : Ust. Suherman, S. Ag.

I. Lalainya Manusia Sehingga Mudah Digoda Syetan untuk Berbuat Dosa

Manusia adalah makhluk yang lalai. lalai untuk beramal shaleh dan dari kemaksiatan serta dosa, apalagi manusia juga sering meremehkan dosa atau maksiat yang dilakukan seakan ia aman dari adzab Allah swt, padahal syetan akan selalu berupaya melalaikan dan memalingkannya dari jalan Allah swt, sebagaimana sabda Rasulullah saw :

“Sesungguhnya syetan senantiasa siap menghadang anak Adam dalam setiap langkahnya. Jika ia menempuh jalan Islam, maka syetan akan menggoda seraya berkata: “Apakah engkau sudi meninggalkan ajaran nenek moyangmu dengan menempuh jalan Islam?” Namun seorang hamba Allah sejati tidak akan menghiraukan godaan itu dan tetap menempuh jalan Islam. Jika ia menempuh jalan hijrah, maka setan akan datang menggoda seraya berkata: “Apakah engkau sudi meninggalkan kampung halaman tercinta dengan berhijrah?” Namun ia pun tidak menghiraukan godaan itu dan tetap berhijrah. Jika ia berjihad, maka syetan akan datang menggoda seraya berkata: “Jika engkau masih membandel tetap ikut berjihad, niscaya engkau akan terbunuh, istrimu akan dinikahi orang dan hartamu akan dibagi-bagikan!” Namun ia menepis godaan itu dan tetap pergi berjihad.” (HR. An-Nasaa’i dan HR. Ahmad).

Allah swt mengingatkan kita untuk selalu mewaspadai godaan syetan dalam kehidupan

“Oleh sebab itu, perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.” (QS. An Nisaa : 76)

“Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah.” (QS. Fushshilat : 36)

Beberapa hal yang menyebabkan manusia lalai dan tergoda syetan sehingga ia berbuat dosa diantaranya :

1. Lemahnya keimanan kepada Allah swt yang bersumber dari lemahnya ma’rifatullah atau kejahilannya terhadap Allah swt. Manusia seperti ini menganggap bahwa hidup menafikan Allah sebagai Rabbul ‘Alamiin.
2. Cinta dunia dan tenggelam dalam godaannya.
3. Tidak memiliki visi dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat.
4. Tidak belajar dari kejadian yang telah lewat atau masa lampau sebagai tadzkiroh.
5. Tidak memahami makna dan hakikat ketaatan kepada Allah swt.
6. Berada di lingkungan yang mengarahkan kepada kelalaian dan dosa
7. Tidak bersabar terhadap musibah dan tidak qona’ah terhadap harta

Menurut Ibnu Abiddunya, orang-orang yang bermaksiat terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Orang mukmin yang bermaksiat. Mereka melakukan dosa karena ketidaktahuan dan di luar keinginan mereka. Kemudian mereka menyesali dan memperbaiki diri. Mereka adalah orang-orang yang telah Allah janjikan ampunan.

2. Pelaku maksiat yang mencampurkan amal saleh dan amal tercela. Mereka mengakui dosa-dosa mereka, tetapi tidak bertaubat dan tidak berlaku lurus. Mereka adalah orang-orang yang tidak dijanjikan Allah ampunan, tetapi Allah memberikan mereka harapan ampunan.

3. Pelaku maksiat yang berlebihan dalam bermaksiat. Mereka tidak bertaubat dan tidak mengakui dosa-dosa mereka. Mereka adalah orang-orang yang harapan bertaubatnya lemah dan mendapat adzab yang besar dari Allah swt.

Imam Al Ghazali menyebutkan empat sifat yang membawa seseorang kepada dosa, yaitu:

1. Sifat-sifat ketuhanan yang menimbulkan dosa, seperti sombong, angkuh, suka pujian dan sanjungan.
2. Sifat-sifat setan yang menimbulkan dosa, seperti dengki, sewenang-wenang, menipu, makar, dan kemunafikan.
3. Sifat-sifat hewani yang dapat dilihat dari pemenuhan syahwat nafsu, perut dan biologis, seperti zina, kelainan biologis, dan mencuri.
4. Sifat-sifat binatang buas, seperti dendam, merampas, bermusuhan, membunuh, dan memukul.


II. Tingkatan Dosa

Dosa adalah bentuk pelanggaran terhadap larangan Allah swt atau meninggalkan apa yang diperintahkan-Nya. Dosa itu bertingkat-tingkat kejahatannya. Ada yang besar dan ada pula yang kecil. Menurut Imam Adz Dzahabi, dosa besar adalah dosa yang jika dilakukan maka pelakunya mendapatkan had (hukuman yang telah ada ketentuannya dari syariat) seperti membunuh, berzina dan mencuri, atau yang ada ancaman secara khusus di akhirat nanti berupa adzab dan kemurkaan Allah swt, atau yang pelakunya dilaknat melalui sabda Rasulullah saw. Jumlah dosa besar terdapat lebih dari tujuh puluh macam, dan dosa besar yang paling besar misalnya syirik, membunuh jiwa tanpa hak, dan durhaka kepada orangtua.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a. berkata: "Aku bertanya, wahai Rasulullah dosa apa yang paling besar?" Rasulullah menjawab: "Engkau menjadikan sekutu bagi Allah padahal Dia yang menciptakanmu." Aku berkata: "Kemudian apa?" Rasul menjawab: "Kamu membunuh anakmu agar dia mau makan denganmu." Aku bertanya: "Kemudian apa?" Rasul menjawab: "Kamu berzina dengan tetanggamu." (HR. Bukhari Muslim)
Betapa beratnya adzab akibat dosa besar di dunia dan di akhirat, maka
Allah swt telah menjanjikan surga dan ampunan-Nya bagi hamba yang menjauhi dosa-dosa besar.

"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)." (QS. An-Nisaa : 31)

Allah swt juga menjadikan orang yang meninggalkan dosa-dosa besar termasuk ke dalam golongan orang yang beriman dan bertawakal kepada-Nya.

"Maka segala sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia, dan apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang–orang yang beriman, dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakal, dan bagi orang–orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf." (QS. A s y S y u r a : 3 6 - 3 7 )

N a b i s a w b e r s a b d a :


" Shalat lima waktu dan Jumat ke Jumat ( b e r i k u t n y a ) adalah penghapus apa yang di antaranya dari dosa selagi dosa besar tidak didatangi (dilakukan)." (HR. Muslim)


Dosa (Kecil) yang Menjadi Besar

Sesungguhnya suatu dosa (kecil) bisa menjadi besar karena hal-hal berikut :

1. Dosa yang dilakukan secara terus menerus.
"Tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus, dan tidak ada dosa besar jika diikuti istighfar (permintaan ampunan kepada Allah swt)."

2. Menganggap remeh suatu dosa.
Ketika seorang hamba menganggap besar dosa yang dilakukannya maka menjadi kecil di sisi Allah. Tapi jika ia menganggap kecil, maka menjadi besar di sisi Allah. Dalam suatu atsar diriwayatkan bahwa seorang mukmin melihat dosa-dosanya laksana dia duduk di bawah gunung di mana ia khawatir gunung itu akan menimpanya. Sedangkan orang durhaka melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya lalu dia halau dengan tangannya. (HR. Bukhari)

3. Bangga dengan dosa yang dilakukannya.
Saat manusia bangga dan merasa nikmat dengan dosanya (misalnya zina, mabuk, korupsi, menyontek, dll), maka menjadi besar kemaksiatannya serta besar pula pengaruhnya dalam menghitamkan hati dan membuat hatinya menjadi keras, karena saat seorang hamba berbuat dosa, maka muncul titik hitam yang menutupi hatinya.

4. Menganggap ringan dosa karena merasa diampuni Allah swt dan merasa tidak diberi adzab.
Orang seperti ini tidak menyadari bahwa sesungguhnya ditangguhkannya adzab di dunia maka bukan berarti tidak akan mendapatkannya. Bisa jadi adzab Allah akan datang di kemudian hari.

5. Sengaja menampakkan dosanya, padahal Allah swt telah menutupinya
R a s u l u l l a h s a w b e r s a b d a :

" Semua ummatku diampuni oleh Allah kecuali orang yang berbuat (maksiat) terang-terangan. Dan diantara bentuk hal tersebut adalah seseorang melakukan pada malam hari perbuatan (dosa) dan di pagi hari Allah menutupi (tidak membeberkan) dosanya lalu dia berkata: ‘Wahai fulan, tadi malam aku melakukan begini dan begini.’ Padahal dia berada di malam hari ditutupi oleh Rabbnya namun di pagi hari ia membuka apa yang Allah tutupi darinya." (HR. Bukhari)

Ibnu Baththal mengatakan:
"Menampakkan maksiat merupakan bentuk pelecehan terhadap hak Allah swt, Rasul-Nya, dan orang–orang shalih dari kaum mukminin…" (Fathul Bari, 10/486).
Para ulama mengatakan :
"Janganlah kamu berbuat dosa. Jika memang terpaksa melakukannya, maka jangan kamu mendorong orang lain kepadanya, nantinya kamu melakukan dua dosa.".
Allah swt berfirman dalam QS. At Taubah ayat 67 :

"Orang–orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang mungkar dan melarang berbuat yang ma’ruf."

6. Dosa menjadi besar jika dilakukan oleh orang ‘alim (orang berilmu) yang menjadi panutan.
Bagaimana kekhawatiran seorang ‘Umar bin Khaththab ra. : "Seandainya ada yang memanggil dari langit: ‘Wahai manusia, seluruh kalian masuk surga kecuali satu orang,’ maka aku khawatir bahwa akulah orangnya."

(Ustadz Suherman) Kepada anggota Aktivis Dakwah Facebook


Bincang- Bincang Soal Memilih Pemimpin


Memilih yang Terbaik diantara Yang Buruk

“Memang tidak ada yang ideal, semuanya buruk, tapi paling tidak kita memilih presiden yang terbaik diantara yang buruk”, ujar sang pengamat politik nasional yang sedang naik daun dalam sebuah forum diskusi. Argumentasi seperti ini juga cukup popular dikalangan gerakan Islam. Dalam bahasa kaedah ushul dikenal dengan ahwanusy-syarrain atau akhofudh-dhororoin : mencari syar’(keburukan) yang lebih ringan atau yang dhoror(bahaya)nya lebih ringan.

Kita tentu setuju bahwa dalam Islam terhadap kewajiban untuk mengangkat Imam (kepala Negara). Jangankah kepala Negara , tiga orang yang melaku perjalanan (safar) harus ada seorang yang diangkat menjadi amir (pemimpin), apalagi ini urusan masyarakat yang lebih banyak dan lebih kompleks.

Namun, kewajiban mengangkat kepala Negara, bukanlah sekedar adanya pemimpin. Tapi juga berhubungan dengan sistem apa yang akan diterakan oleh sang kepala Negara. Imam (Kepala Negara) diangkat untuk mengurus urusan kaum muslim baik urusan dunia maupun agama. Dan kaum muslim diurus bukan dengan sembarang hukum, tapi wajib dengan hukum Allah SWT. Karena itu kewajiban mengangkat pemimpin tidak bisa dipisahkan dengan sistem yang dijalankan sang pemimpin. Umat Islam wajib memilih pemimpin tentunya pemimpin yang akan menjalankan syariah Islam , bukan yang hukum lain.

Dalam kitab Nizhamul Hukm fi Al Islam, dijelaskan tentang tugas kepala negara (Kholifah): “Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi kaum muslimin seluruhnya di dunia, untuk menegakkan hukum-hukum syariah Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia.”

Hal senada disebutkan oleh Imam Al Ramli Muhammad bin Ahmad bin Hamzah “Khalifah itu adalah imam agung yang menduduki jabatan khilafah nubuwwah dalam melindungi agama serta pengaturan urusan dunia.”[, Nihayat al-Muhtaaj ila Syarh al-Minhaj fil Fiqhi ‘ala Madzhab Al Imam Al Syafi’i, Juz 7, hal 289]


Sementara saat ini, siapapun kepala negaranya dalam sistem demokrasi yang dianut sekarang oleh Indonesia, jelas bukan untuk menjalankan syariat Islam, tapi hukum (konstitusi) sekuler yang dibuat oleh manusia atas prinsip suara terbanyak di parlemen.

Dalam kondisi sekarang yang wajib kita lakukan adalah mempersiapkan sistem negara yang berdasarkan syariah Islam, yang dikenal dengan sistem Khilafah. Dalam sistem Khilafah yang berlaku adalah syariah Islam. Jadi siapapun pemimpin yang terpilih nanti wajib menjalankan syariah Islam yang menjadi hukum resmi negara.

Rosulullah saw sendiri mencontohkan saat fase Mekkah , ketika sistem Islam memang belum siap karena kekuasaan dan keamanan belum sepenuhnya ditangan umat Islam , Rosulullah saw tidak terlibat sama sekali dalam sistem hukum dan kepemimpinan jahiliyah saat itu. Bahkan saat dibujuk dengan kekuasan (tahta) untuk menjadi pemimpin oleh kafir Quraisy, Rosulullah saw menolak.

Sebab beliau tahu kekuasaan yang diberikan itu bukan untuk menjalankan sistem Islam secara penuh, tetapi sekedar kompromi politik. Rosulullah saw tahu persis konsekuensi menerima bujukan itu berarti mencampurkan antar hak dan batil, sesuatu yang sangat bertentangan dengan prinsip Islam.

Sikap Rosulullah SAW sekaligus mencerminkan penolakan terhadap sikap pragmatisme yang hanya memikirkan bagaimana kekuasaan dapat diraih. Padahal kalau menggunakan logika pragmatisme sekarang, apa salahnya Rosulullah mengambil kekuasaan saat itu, bukankah ada gunanya walaupun sedikit ? Bukankah dengan kekuasan itu, kaum muslim sedikit terlepas dari siksaan ? Bukankah dakwahnya akan lebih lapang ?

Sekali lagi Rosulullah SAW tetap berpegang pada prinsip perjuangan yang tidak mengenal kompromi dan tidak mau terlibat dalam sistem kufur yang ada . Meskipun Rosulullah saw dan sahabat-sahabatnya kemudian harus menghadapi ujian yang berat, berupa hinaan, cercaan, siksaan, hingga pembunuhan.

Penggunaan kaedah ahwanusysyarain maupun akhofudhdhororoin tidak bisa dijadikan alasan membenarkan bergabung dengan sistem kufur. Apa yang disebut syar atau dhoror haruslah berdasarkan syariah Islam bukan semata-mata hawa nafsu kita. Yang disebut dhoror dalam Islam misalnya kalau memang mengancam nyawa. Itupun kalau kondisinya harus memilih dan tidak ada pilihan lain (deadlock).

Menurut pengarang kitab, Nazhm al-Qawâ’id al-Fiqhiyah,di antara dalil kaidah ini adalah QS al-Baqarah:173. Pada ayat ini disinggung dua bahaya. Pertama: bahaya yang mengancam jiwa. Kedua: adalah bahaya memakan bangkai. Kemudian Allah memberikan petunjuk untuk menghindari bahaya yang lebih besar, yaitu bahaya yang mengancam jiwa dengan cara menempuh bahaya yang lebih ringan: memakan bangkai. Itupun tentunya kalau tidak ada pilihan lain.

Sementara kalau sekarang kita tidak memilih apakah itu akan mengancam nyawa ? Apakah sekarang kita sudah tidak ada pilihan lain (deadlock). Tentu saja tidak. Kita tidak dalam kondisi terpaksa (sehingga terancam nyawa ) sehingga harus memilih para calon yang semuanya buruk(berdasarkan syariah Islam). Ini bukan pula kondisi deadlock. Ada hal yang sekarang bisa kita lakukan sesegera dan secepat mungkin , yakni berjuang mewujudkan Khilafah Islam. Semakin cepat kita berjuang dan mewujudkan , tentu saja makin baik..

Apakah kalau kita tidak memilih berarti apatis dan tidak berarti? Tentu saja tidak. Kalaupun kita tidak memilih, bukan berarti diam. Kita justru terus memperjuangkan syariah Islam dengan sungguh-sungguh dan secepat mungkin . Yang salah , kalau sudah tidak memilih kemudian kita bersikap diam tidak melakukan apa-apa.

Pilihan untuk tidak memilih bukan pula tidak berarti. Dihadapan Allah SWT kalau kita tidak memilih karena menghindarkan diri dari keharaman , jelas akan mendapat pahala yang besar. Disamping itu, tidak memilih adalah salah satu bentuk perlawanan terhadap sistem kufur yang ada dan upaya menghilangkan legitimasinya. Sebab kalau seluruh umat Islam tidak memilih , karena pemimpin yang ada tidak menerapkan syariah Islam, tentu saja demokrasi akan kehilangan legitimasinya. Hal ini justru akan mempercepat keruntuhan sistem sekuler yang rusak.

Sebaliknya, dengan partisipasi umat Islam dalam pemilihan ini meskipun sudah tahu pemimpinnya tidak akan menerapkan syariah Islam, justru akan memperkokoh dan memperpanjang umur dari sistem sekuler yang sebenarnya sudah bangkrut.

Seharusnya kita berjuang sekuat tenaga secara maksimal. Yang terjadi sekarang, malah bersikap minimalis . Memilih untuk mendapat sedikit keuntungan , namun sebaliknya telah mengorbankan hal yang prinsip dalam perjuangan yakni sikap istiqomah dan berpegang teguh pada dinul haq (Islam) . Belum lagi , bagaimana bentuk pertanggungjawaban kita dihadapan Allah SWT kelak. Apa jawaban kita kalau Allah SWT bertanya kepada kita nanti : kenapa anda memiliki pemimpin yang tidak menjalankan sistem Islam padahal anda bisa menolaknya ? (Farid Wadjdi)


INIKAH TRIMAKASIHMU UNTUK ORANG TUAMU?


Aku menyayangi mu Ibu ...!

Waktu kamu berumur 1 tahun ,
dia menyuapi dan memandikanmu .... sebagai balasannya .... kau menangis sepanjang malam

Waktu kamu berumur 2 tahun,
dia mengajarimu bagaimana cara berjalan, sebagai balasannya .... kamu kabur waktu dia memanggilmu

Waktu kamu berumur 3 tahun,
dia memasak semua makananmu dengan kasih sayang .... sebagai balasannya .... kamu buang piring berisi makananmu ke lantai

Waktu kamu berumur 4 tahun,
dia memberimu pensil warna .... sebagai balasannya .... kamu corat coret tembok rumah dan meja makan

Waktu kamu berumur 5 tahun,
dia membelikanmu baju-baju mahal dan indah .... sebagai balasannya .... kamu memakainya bermain di kubangan lumpur

Waktu berumur 6 tahun,
dia mengantarmu pergi ke sekolah .... sebagai balasannya .... kamu berteriak "NGGAK MAU ....!"

Waktu berumur 7 tahun,
dia membelikanmu bola .... sebagai balasannya kamu melemparkan bola ke jendela tetangga

Waktu berumur 8 tahun,
dia memberimu es krim .... sebagai balasannya .... kamu tumpahkan dan mengotori seluruh bajumu

Waktu kamu berumur 9 tahun,
dia membayar mahal untuk kursus-kursusmu, sebagai balasannya .... kamu sering bolos dan sama sekali nggak mau belajar

Waktu kamu berumur 10 tahun,
dia mengantarmu kemana saja, dari kolam renang sampai pesta ulang tahun .... sebagai balasannya .... kamu melompat keluar mobil tanpa memberi salam

Waktu kamu berumur 11 tahun,
dia mengantar kamu dan temen-temen kamu kebioskop .... sebagai balasannya .... kamu minta dia duduk di barisan lain

Waktu kamu berumur 12 tahun,
dia melarangmu melihat acara tv khusus untuk orang dewasa .... sebagai balasannya .... kamu tunggu sampai dia keluar rumah

Waktu kamu berumur 13 tahun,
dia menyarankanmu untuk memotong rambut karena sudah waktunya, sebagai balasannya .... kamu bilang dia tidak tahu mode

Waktu kamu berumur 14 tahun,
dia membayar biaya untuk kemahmu selama liburan .... sebagai balasannya .... kamu nggak pernah menelponnya

Waktu kamu berumur 15 tahun,
pulang kerja dia ingin memelukmu .... sebagai balasannya .... kamu kunci pintu kamarmu

Waktu kamu berumur 16 tahun,
dia mengajari kamu mengemudi mobil .... sebagai balasannya .... kamu pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa mempedulikan kepentingannya

Waktu kamu berumur 17 tahun,
dia sedang menunggu telpon yang penting .... sebagai balasannya .... kamu pakai telpon nonstop semalaman

Waktu kamu berumur 18 tahun,
dia menangis terharu ketika kamu lulus SMA .... sebagai balasannya .... kamu berpesta dengan teman-temanmu sampai pagi

Waktu kamu berumur 19 tahun,
dia membayar semua kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama .... sebagai balasannya .... kamu minta diturunkan jauh dari pintu gerbang biar nggak malu sama temen-temen

Waktu kamu berumur 20 tahun,
dia bertanya "Darimana saja seharian ini?".... sebagai balasannya .... kamu menjawab "Ah, cerewet amat sih, pengen tahu urusan orang"

Waktu kamu berumur 21 tahun,
dia menyarankanmu satu pekerjaan bagus untuk karier masa depanmu .... sebagai balasannya .... kamu bilang "Aku nggak mau seperti kamu"

Waktu kamu berumur 22 tahun,
dia memelukmu dan haru waktu kamu lulus perguruan tinggi .... sebagai balasanmu .... kamu nanya kapan kamu bisa main ke luar negeri

Waktu kamu berumur 23 tahun,
dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu .... sebagai balasannya .... kamu ceritain ke temanmu betapa jeleknya furniture itu

Waktu kamu berumur 24 tahun,
dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencana di masa depan .... sebagai balasannya .... kamu mengeluh "Aduh gimana sih kok bertanya seperti itu"

Waktu kamu berumur 25 tahun,
dia membantumu membiayai pernikahanmu .... sebagai balasannya .... kamu pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km

Waktu kamu berumur 30 tahun,
dia memberimu nasehat bagaimana merawat bayimu .... sebagai balasannya .... kamu katakan "Sekarang jamannya sudah beda"

Waktu kamu berumur 40 tahun,
dia menelponmu untuk memberitahu pesta salah satu saudara dekatmu .... sebagai balasannya kamu jawab "Aku sibuk sekali, nggak ada waktu"

Waktu kamu berumur 50 tahun,
dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu .... sebagai balasannya .... kamu baca tentang pengaruh negatif orang tua yang numpang tinggal di rumah anaknya

dan hingga SUATU HARI, dia meninggal dengan tenang .... dan tiba-tiba kamu teringat semua yang belum pernah kamu lakukan .... dan itu menghantam HATIMU bagaikan pukulan godam

MAKA ....

JIKA ORANGTUAMU MASIH ADA .... BERIKANLAH KASIH SAYANG DAN PERHATIAN LEBIH DARI YANG PERNAH KAMU BERIKAN SELAMA INI

JIKA ORA NG TUAMU SUDAH TIADA .... INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TELAH DIBERIKANNYA DENGAN TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU

DO'AKANLAH MEREKA SETIAP WAKTU HABIS SHOLAT...

Wahai ananda cahaya mata,
Taat setialah kepada ibu bapak
Jangan sekali engkau durhaka
supaya jauh siksa neraka

Duhai Allah yang maha mendengar,
Ampuni orang tua kami. Ampuni segala kezaliman kami kepada ayah dan ibu kami. Ampuni segala kedzaliman kami kepada ibu bapak kami....dan Andaikan kedurhakaan kami menjadi penggelap kehidupan mereka, maka jadikanlah kami saat ini menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah yang dapat menjadi cahaya bagi kehidupan orang tua kami, di dunia dan akherat.
Robbigfirlana waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayaani shoghiro
(Ya Allah, ampuni kami dan kedua orang tua kami, serta kasihanilah mereka seperti mereka telah mengasihi kami di waktu kecil)

Ya Allah, jika orang tua kami telah mendahului kami... Lapangkanlah kuburnya. Cahayailah kuburnya dan ringankanlah hisabnya... Jadikan mereka ahli syurgaMu ya Allah.. Tolonglah Ya Allah, darah dagingnya airmatanya, keringatnya.. melekat pada tubuh kami, Golongkan kami menjadi anak yang tahu balasbudi...

Ya Allah, selamatkan seluruh keluarga kami. Jangan biarkan keluarga kami menjadi sumber bencana. Beri hidayah bagi yang belum mengenal-Mu. Jangan biarkan keluarga kami cerai berai, hina di dunia, hina di akherat.Karuniakiannlah kepada kami keluarga yang sakinah. Jangan biarkan rumah tangga kami menjadi rumah tangga yang penuh bencana.

Ya Allah, jangan biarkan ada anak-anak kami yang mencoreng aib di wajah kami. Ampuni kami jika kami salah mendidik mereka.

Wa shollaulahu ala sayyidina Muhammadin wa ala aalihi washohbihi ajmain.. Walhamdulillahir robbil A’lamin

I LOVE U MOTHER

Jakarta,30 Junii 2009

H. Ferdy DAILAMI FIRDAUS, SH, LL.M, MBA

LUKMAN DAN ANAKNYA


Keutamaan Agama Dibandingkan Yang Lainnya
Ringkasan Tausiyah Ta'lim Uje 15 Juni 2009
Pembicara : Ustadz Jefri Al Buchori
Tema : Kisah Luqman

Nama Luqman menjadi salah satu surat yang ada di Dalam Al Quran
Siapakah dia? Seorang pekerja (pencari kayu kabak) yang derajadnya seperti wali.

Ilmu agama tidak ada hubungan dengan status social, pendidikan dan profesi, hargailah orang yang memiliki ilmu agama lebih baik darimu.

Seseorang dinilai dari kata kata yang dikeluarkan: kata kata yang bermanfaat, menyejukkan hati.

-- Suatu hari Luqman ditanya oleh anaknya: "Apabila aku diberi 1 pilihan saja dalam hidup, apa yang akan aku pilih?"

Jawab Luqman : Agama.

Karena agama adalah dasar dari moral kehidupan maupun akhlaq.
Bagaimana seorang anak bisa rajin shalat jika dirumahnya tidak pernah ada shalat.

Bagaimana seorang anak bisa membaca Al Quran jika di rumahnya tidak pernah ada aktivitas membaca Al Quran.

Otak seorang anak itu laksana kamar kosong, siap diisi dengan barang barang, jadi isilah otaknya dengan agama yang kuat, perilaku keluarga yang islami.

Bagaimana seorang anak bisa shalat subuh dengan mudah jika tidak dibiasakan untuk shalat subuh sejak dini.

“Cara mengajarkan pemahaman shalat adalah pada kalimat adzan “ Shalat itu lebih baik darpada tidur”
Mengapa perlu agama? Agama adalah penyelamat diri , agama itu bukan bentuk pengekangan.

--- Lalu sang anak bertanya lagi,
Apabila aku diberi 2 pilihan saja dalam hidup, apa yang akan aku pilih?"

Jawaban Luqman : Agama dan Harta.

Dengan agama yang kuat serta harta yang cukup, insyaAllah bisa menganggakat derajad kaum muslimin yang lainnya (bisa dibangunkan sarana dan prasarana untuk kemasalahatan ummat.).
Apa yang disebut cinta dunia ? kecintaan terhadap hal hal yang membuat melupakan Hak Hak Allah.

--- Lalu sang anak bertanya lagi, "Apabila aku diberi 3 pilihan saja dalam hidup, apa yang akan aku pilih?"

Jawab Luqman : Agama, Harta dan rasa malu.

Mengapa? Rasa malu akan menjaga dan menyelamatkan kehormatan serta harga diri otrang tersebut.

--- Lalu sang anak bertanya lagi, "Apabila aku diberi 4 pilihan saja dalam hidup, apa yang akan aku pilih?"

Jawab Luqman : Agama, Harta, Rasa Malu dan Akhlaq yang baik.

Mengapa? Manusia yang punya agama, harta serta rasa malu namun tidak memiliki akhlak yang baik justru menjadi senjata yang akan merusak martabatnya.

--- Lalu sang anak bertanya lagi, "Apabila aku diberi 5 pilihan dalam hidup, apa yang akan aku pilih?"

Jawab Luqman : Agama, harta, rasa malu, akhlak yang baik serta Pemurah.

Mengapa? Kita juga harus mengerti jika ilmu agama juga dibagi kepada orang lain (syiar), harta (disedekahkan), rasa malu dan akhlaq yang baik(ditunjukkan kepada orang lain).

--- Lalu sang anak bertanya lagi, "Apabila aku diberi 6 pilihan dalam hidup, apa yang akan aku pilih?"

Jawab Luqman : apabila kamu sudah melaksanakan kelima hal itu maka kamu adalah “ manusia yang suci dan bertakwa”.

Jadi kesimpulannya, ada 5 HAL PENTING:
1. addin (Agama)
2. Al Maal (Harta)
3. Al Hayaa' (Rasa Malu)
4. Akhlakul Kharimah (Akhlak yg baik)
5. Al Juddu (Pemurah/dermawan)

Orang yang hebat adalah orang yang tidak pernah merasa lebih dibandingkan orang lain, kemanapun dia pergia, Allah selalu ada di dalam hatinya serta tercermin dalam setiap perbuatannya.

“ Barang siapa yang bertambah ilmu (agama) nya namun tidak ada perubahan dalam tingkah lakunya maka dia termasuk orang yang merugi”

anggota TA'LIM UJE


------------------------
*thanks to ibu Sri Wahyuningsih's blogspot...

Selasa, 30 Juni 2009

KISAH SEORANG PENDENGKI


Orang Yang Dengki, Bahayanya Akan Kembali Ke dirinya Sendiri

Ada seorang lelaki yang setiap hari mengunjungi raja. Setelah bertemu raja, ia selalu berkata, "Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya."

Ada seseorang yang dengki melihat keakraban lelaki itu dengan raja. "Lelaki itu memiliki kedudukan yang dekat dengan raja, setiap hari ia bertemu raja," pikir si pendengki dengan perasaan kurang senang. Si pendengki kemudian menemui raja dan berkata, "Lelaki yang setiap hari menemuimu, jika keluar dari sini selalu berbicara buruk tentang kamu. Ia juga berkata bahwa bau mulutmu busuk." Raja terdiam.

Sekeluarnya dari kerajaan, pendengki duduk di tepi jalan yang biasa dilalui oleh lelaki yang akrab dengan raja. Ketika si lelaki itu lewat dalam perjalanannya menemui raja. Ia menghadangnya, "Kemarilah, singgahlah ke rumahku."

Setelah temannya singgah ke rumahnya, si pendengki menawarkan bawang merah dan putih, dan memaksanya agar ia memakannya. Karena dipaksa, ia akhirnya mau juga memakannya untuk melegakan hati orang itu. Bau bawang merah dan putih itu tentu tidak mudah hilang.

Selesai berkunjung ke tempat si pendengki, lelaki itu sebagaimana biasa mengunjungi raja. Sewaktu berjabatan tangan dengan raja, ia menutup mulutnya agar raja tidak mencium bau mulutnya.
"Rupanya benar perkataan orang itu, ia benar-benar menganggap mulutku bau," pikir raja. Sang raja kemudian memikirkan suatu rencana jahat.
Lelaki itu kemudian duduk dan berkata sebagaimana biasa, "Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya."

Setelah merasa waktu berkunjungnya sudah cukup, ia kemudian pamit kepada raja. Raja berkata, "Bawalah surat ini dan serahkanlah kepada fulan." Surat itu berisi, "Jika sampai kepadamu pembawa surat ini, maka sembelih dan kulitilah dia, kemudian isilah tubuhnya dengan jerami."

Lelaki tadi keluar membawa surat raja. Di tengah jalan ia dihadang oleh si pendengki.
"Apa yang kamu bawa?" tanyanya.
"Surat raja untuk fulan. Surat ini beliau tulis dengan tangannya sendiri. Biasanya beliau tidak pernah menulis surat sendiri, kecuali dalam urusan pembagian hadiah.".

"Berikanlah surat itu kepadaku, aku ini sedang butuh uang," pintanya. Ia kemudian menceritakan kesulitan hidupnya. Karena kasihan, surat itu kemudian ia serahkan kepada si pendengki.
Si Pendengki menerimanya dengan senang hati. Setelah sampai di tempat tujuan, ia menyerahkan surat itu kepada teman raja.
"Masuklah ke sini, raja menyuruhku membunuhmu," kata teman raja.
"Yang dimaksud bukan aku, coba tunggulah sebentar biar kujelaskan," katanya ketakutan.
"Perintah raja tak bisa ditunda," kata teman raja.

Ia lalu membunuh, menguliti dan mengisi tubuh si pendengki dengan jerami.

Keesokan harinya, lelaki itu datang sebagaimana biasa dan berkata, "Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya." Raja heran melihatnya masih hidup. Setelah diselidiki, terbongkarlah keburukan si pendengki.

"Tidak ada sesuatu yang terjadi antara aku dengannya, hanya saja kemarin ia mengundangku kerumahnya dan memaksaku makan bawang merah dan putih. Waktu aku menemuimu kututup mulutku agar kamu tidak mencium bau tidak sedap dari mulutku. Sekeluarnya dari sini, ia menemuiku dan menanyakan titipanmu," lelaki itu kemudian menceritakan semua yang terjadi.

Mendengar jalannya cerita, tahulah raja bahwa orang itu ternyata dengki kepada sahabatnya. "Benar ucapanmu, orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya."

Kedengkian di hati orang itu telah membunuh dirinya sendiri. Dengki itu merusak amal Dengki memakan kebaikan seperti api memusnahkan kayu bakar. (HR Ibnu Majah) Kedengkian seseorang hanya akan berakibat buruk bagi orang itu sendiri.


Dari : Habib Muhammad bin Hadi bin Hasan bin Abdurrahman Asseqaf, Tuhfatul Asyraf, Kisah dan Hikmah

Senin, 29 Juni 2009

FAKTOR PSIKOLOGIS ITU SUNGGUH JAHAT!



Masalah manusia adalah sangat unik, karena sebuah kenyataan yang dapat dirasakan dengan jelas tentang keberadaan orang-orang yang telah memperoleh hidayah Islam, tidak semuanya dapat mampu untuk menerima kebenaran dari Allah SWT. Sebagai bukti dapat dipelajari dari petunjuk firman di dalam Surah Al Maidah, 5 : 66, yang artinya sebagai berikut :

”Dan (ketahuilah) kalau bahwa mereka mau menegakkan hukum Taurat dan Injil dan segala apa yang diturunkan kepada mereka dari Robb mereka (yaitu Al Qur-an), niscaya mereka memperoleh jaminan mewah dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka (dengan hasil sumber daya alam yang memadai). (Tetapi dalam kenyataannya) dari antara mereka tergolong muqtasidah, dan kebanyakan dari antara mereka sungguh jahat segala apa yang mereka sama kerjakan.”

Secara pokok ayat tersebut memberikan pengertian dan gambaran, bahwa :

1. Kemutlakan Al Qur-an bagi keberlakuannya (QS Al Baqarah, 2 : 106), dengan begitu dituntut dalam perkara sosialisasi (QS Al Qoshosh, 28 : 85), melalui proses tadabbaur (QS An Nisa’, 4 : 82). Karena keberlakuan Al Qur-an adalah jaminan kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan bagi kehidupan masyarakat umat sedunia. Akan tetapi dalam hal ini memerlukan kesiapan dan keberanian untuk menyampaikan kebenaran Al Qur-an, karena sadar bahwa hal itu adalah menyangkut hak atas umat manusia (QS Yusuf, 12 : 108);

2. Pada kenyataannya di dalam menanggapi kebenaran Al Qur-an tersebut kebanyakan tidak yakin, karena yang digunakan untuk menelaah kebenaran itu hanyalah kemampuan daya pikir yang hanya mampu sebatas masalah-masalah eksak (QS Ar Rum, 30 : 7), sehingga berakibat munculnya berbagai kendala kejiawaan. Maka mereka sering dimanfaatkan oleh Kafirin dan Musyrikin untuk beralibi; Inilah yang disebut mengalami kendala psikologis sebagimana yang difirmankan di dalam Surah Al Furqon, 25 : 30.

Bahwa sesungguhnya Al Qur-an adalah Norma Hukum atas umat manusia (QS Al Jatsiyah, 45 : 20), sehingga kehidupan umat manusia tidak perlu berhadapan dengan kekuatan alam yang dahsyat, bahkan sebaliknya akan mendapatkan berbagai jaminan, karena semesta alam sendiri telah menyatakan sumpah setianya kepada Allah SWT pada masa awal kejadiannya (QS Fushilat, 41 : 11 - 12), sehingga planet bumi ini berfungsi sebagai ”dapur alam semesta” untuk melayani umat manusia yang hidup matinya bertumpu di bumi ini saja (QS Al A’raf, 7 : 25).

Itulah sebuah kenyataan yang pasti, bahwa Al Qur-an ini menjelaskan segala permasalahan (QS An Nahl, 16 : 89) dan bahkan tiada satu permasalahan pun yang ditinggalkan-Nya (QS Al An’am, 6 : 38). Walaupun demikian jelas dan gamblang, hanya hamba-hamba pilihan yang mempunyai getaran hidayah, yang dapat memunculkan rasa kepasrahan (QS Az Zumar, 39 : 23).

Sebagaimana dimaksudkan pada dalil panduan, pada sisi lain sebagian besar lebih menyenangi dan dan menempatkan diri dalam posisi ”muqtasidah” (ragu dan cermat atau ambivalens, QS An Nisa’, : 91) dan ”humanisme sekuler” (QS An Nahl, 16 : 107). Maka dapat terjadi berbagai kendala psikologis, antara lain :

1. Dapat terjadi selisih pendapat yang berhujung kepada perpecahan, sehingga dengan itu dapat terjadi ”proses distorsi”, yaitu kelumpuhan yang terus-menerus dan menyulitkan bagi pengobatannya. Sedangkan Allah SWT telah memberikan peringatan di dalam Surah Al Anfal, 8 : 46, yang artinya sebagai berikut :

”Dan taatlah kamu sekalian kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu saling berbantahan maka kamu akan menjadi lemah dan hilanglah semangat kamu. Dan sabarlah, sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar.”

2. Dapat terjadi ”sikap statis konservatif obskurantis”, yaitu semangat buta yang sarat oleh tradisi tanpa memperoleh pengembangan. Mereka beranggapan bahwa Al Qur-an adalah Kitab Suci (semata), sehingga keadaan mereka seperti golongan Yahudi yang diibaratkan sebagai kuda khimar menggendong Kitab, mereka merasa paling terkasih dalam pandangan Allah SWT (QS Al Jumu’ah, 62 : 5 - 6) padahal sebaliknya, bahwa keadaan mereka telah menjadi manusia-manusia terkutuk melalui lidah Nabi Daud dan Nabi Isa (QS Al Maidah, 5 : 78). Mereka dalam Al Qur-an ditegaskan dengan diibaratkan sebagai anjing yang hanya bisa menggendong sambil menjulurkan lidah, sebagai gambaran orang yang tidak mau ditingkatkan dan diangkat derajatnya oleh Al Qur-an (QS Al A’raf, 7 : 176);

3. Dapat mengidap penyakit ”libasul khauf” yang membuat orang menjadi latah terhadap situasi yang sedang berkembang di masyarakat (disebut juga ”hipersugestiibilitas”, QS Al An’am, 116)

Keadaan di atas dapat menjadi kendala bagi orang-orang yang sedang dan senantiasa berupaya menepati perjalanan perintah Islam menuju janji Allah SWT. Oleh karena itu, bagi hati yang telah diperlihatkan Allah, yaitu cahaya Daulah Islam, pribadinya senantiasa dituntut keteguhan dalam hal motivasi, kesiagaan secara ma-liah dan nafsiah, yang semua itu melalui langkah-langkah yang dibenarkan oleh Al Qur-an dan Al Hadits Shahih.

Dari anggota "KAJIAN ISLAM"


MUHASABAH PENTING FOR MUSLIM


Sejenak untuk merenung dari ayat-ayat CINTA Allah untuk kita smua

“Wahai anak Adam!Aku heran bagaimana orang yang yakin akan kematian masih bisa bergembira. Aku heran bagaimana orang yang yakin akan hari perhitungan masih bernafsu mengumpulkan harta. Aku heran bagaimana orang yang yakin akan dikubur masih bisa tertawa terbahak. Aku heran bagaimana orang yang yakin akan Akhirat masih bisa berleha-leha santai. Aku heran bagaimana orang yang yakin akan fananya dunia malah terjerumus mencintainya. Aku heran pada orang yang pintar mulutnya tapi bodoh hatinya. Aku heran pada orang yang membersihkan diri dengan air tapi hatinya tidak bersih. Aku heran akan orang yang sibuk dengan cela orang lain, namum lupa akan cela dirinya sendiri. Atau pada orang yang tahu bahwa Allah swt senantiasa mengawasinya, tapi bagaimana ia bisa bermaksiat kepada-Nya. Atau lagi pada orang yang sudah tahu bahwa kelak ia akan mati sendirian, masuk kubur sendirian dan dihisab sendirian, bagaimana mungkin ia masih bisa merasa gembira dengan manusia banyak. Tiada Tuhan selain Aku dengan segala kebenaran, dan sesungguhnya Muhammad saw adalah hamba dan utusanku.”(Firman Allah dalam hadist Qudsi sebagaimana yang dikutip dalam kitab al Mawa’iz al-aHadits al-Qudsiyyah karya Imam al-Ghazali)

“Katakanlah:”Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.”(QS. Yusuf, 12:108)

“Aku hanya bermaksud mendatangkan perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yanga aku ikuti hanya dari Allah. kepadaNya aku bertawakkal dan kepadaNya aku kembali.”(QS.Hud : 88)


“Sesungguhnya setiap umat atau kelompok yang ingin membentuk dan membina dirinya, mewujudkan cita-citanya, dan membela prinsip-prinsipnya, sangt membutuhkan kekuatan jiwa yang terekspresikan dalam beberapa hal, yaitu: tekad membaja yang tidak pernah melemah, kesetiaan teguh yang tidak disusupi oleh kemunafikan dan penghianatan, pengorbanan besar yang tidak terhalangi oleh ketamakan dan kebakhilan, serta pengenalan, keimanan, dan penghargaan kepada prinsip yang dapat menghindarkan dari kesalahan, penyimpangan, sikap tawar menawar dalam masalah prinsip, serta tidak tertipu dengan prinsip lainnya.”(Mamu’atur Rasail – Ila Ayyi Syaiin Nad’un Naas. Hal:45)

“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya. Padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kerusakan.” (Al-Baqarah:204-205)

“Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu, dan perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan. Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan begitu pula dalam (Al-Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu kepada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (Al-Hajj:77-78)

“Allah adalah Pelindung orang-orang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya.” (Ali Imran:257)

“Tetapi (ikutilah Allah) Allahlah Pelindungmu, dan Dialah sebaik-baik Pelindung.” (Ali Imran:150)

“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).” (Al-Maidah:55)

“Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.” (Al-A’raf:196)

Katakanlah, “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah, orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (At-Taubah:51)

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Yunus:62)

“Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah Pelindung orang-orang yang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada mempunyai pelindung.” (Muhammad:11)

“Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui.” (Al-Munafiqun:8)

“(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, ‘Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,’ maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, ‘Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (Ali Imran:173)

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (AI-Hadid:16)


HIDUP DI DUNIA (pantun nasehat)


Hidup didunia hanya sekejap!

Hidup didunia hanya sekejap,
Luruskan iman, benarkan ucap, ~

Hidup didunia amatlah singkat,
Carilah bekal bercepat cepat, ~

Hidup di dunia tidaklah lama,
Taatlah kita dalam agama, ~

Hidup diduinia tidaklah kekal,
Mari bergegas siapkan bekal, ~

Mana yang baik kita amalkan,
Mana yang buruk kita singkirkan, ~

Mana yang baik kita kekalkan,
Mana yang buruk jangan disimpan, ~

Kepada Allah kita berserah,
Semoga hidup selamat sejahtera, ~

Di dunia selamat, akherat tenang,
Barulah sempurna menjadi orang, ~

Ingatlah hidup akan mati,
Siapkan bekal di akherat nanti, ~

Supaya selamat dunia akherat,
Banyakkan amal, kuatkanlah ibadat!

Semoga di akhir hayat kita, Allah mudahkan kita membaca kalimah Syahadat....
LAA ILAHA IL LAU LAAH, MUHAMMADUR RASULLULLAH SAW.

HASBUNAULLAH WANI'MAL WAKIIL
(Cukuplah Allah sebaik-baik wakil, Sebaik-baik Penolong)

Amin Yaa Robbal `aalamiin...~!





7 Hal Ancaman Bagi Si Bakhil


Beberapa Bahaya Ancaman Yang di Timpakan bagi orang yang bakhil (kikir/pelit) !

Diriwayatkan dari Abu Bakar Ash Shiddiq ra. ia (Abu Bakar) berkata sebagai berikut :

"Orang yang bakhil tidak akan selamat dari tujuh perkara, yaitu:

1. Ketika ia mati, hartanya akan diwarisi oleh orang yang akan menghabiskan dan membelanjakannya untuk sesuatu yang tidak diperintahkan Allah;

2. Allah akan membangkitkan penguasa zhalim yang akan merenggut seluruh hartanya setelah menyiksanya terlebih dahulu.

3. Allah menggerakkan dirinya untuk menghabiskan harta bendanya .

4. Muncul ide pada dirinya untuk mendirikan bangunan di tempat yang rawan bencana, sehingga bangunan tersebut semua harta yang disimpan di dalamnya lalu ludes.

5. Dia ditimpa musibah yang dapat menghabiskan hartanya, seperti tenggelam, terbakar, mengalami pencurian, dan sebagainya.

6. Dia ditimpa penyakit kronis sehingga hartanya habis untuk berobat.

7. Dia menyimpan hartanya di sebuah tempat, kemudian ia lupa tempat itu, sehingga hartanya hilang."

Atau mungkin orang yang bakhil (kikir/pelit) itu mati sebelum ia sempat memberitahukan dimana letak hartanya itu disimpan sehingga hartanya hilang begitu saja tanpa bekas dikarenakan tiada satupun ahli waris yang mengetahuinya.

Demikianlah tujuh kemungkinan yang kenyataannya dapat dialami oleh orang yang bakhil. Semoga Allah SWT melindungi dan memelihara kita dari sikap bakhil. AMIN.
(kitab Nasoiqul Ibad, Karya al Hafid Ibnu Hajar Al As qolani, yang di syarah oleh Imam Nawawi Al Bantani)


Sumber : www.jafarsoddik.com

DESKRIPSI TTG KHILAFAH / IMAMAH


Apa Itu Khilafah?

* Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslim di dunia. Khilafah bertanggung jawab menerapkan hukum Islam, dan menyampaikan risalah Islam ke seluruh muka bumi. Khilafah terkadang juga disebut Imamah; dua kata ini mengandung pengertian yang sama dan banyak digunakan dalam hadits-hadits shahih.

* Sistem pemerintahan Khilafah tidak sama dengan sistem manapun yang sekarang ada di Dunia Islam. Meskipun banyak pengamat dan sejarawan berupaya menginterpretasikan Khilafah menurut kerangka politik yang ada sekarang, tetap saja hal itu tidak berhasil, karena memang Khilafah adalah sistem politik yang khas.

* Khalifah adalah kepala negara dalam sistem Khilafah. Dia bukanlah raja atau diktator, melainkan seorang pemimpin terpilih yang mendapat otoritas kepemimpinan dari kaum Muslim, yang secara ikhlas memberikannya berdasarkan kontrak politik yang khas, yaitu bai’at. Tanpa bai’at, seseorang tidak bisa menjadi kepala negara. Ini sangat berbeda dengan konsep raja atau dictator, yang menerapkan kekuasaan dengan cara paksa dan kekerasan. Contohnya bisa dilihat pada para raja dan diktator di Dunia Islam saat ini, yang menahan dan menyiksa kaum Muslim, serta menjarah kekayaan dan sumber daya milik umat.

* Kontrak bai’at mengharuskan Khalifah untuk bertindak adil dan memerintah rakyatnya berdasarkan syariat Islam. Dia tidak memiliki kedaulatan dan tidak dapat melegislasi hukum dari pendapatnya sendiri yang sesuai dengan kepentingan pribadi dan keluarganya. Setiap undang-undang yang hendak dia tetapkan haruslah berasal dari sumber hukum Islam, yang digali dengan metodologi yang terperinci, yaitu ijtihad. Apabila Khalifah menetapkan aturan yang bertentangan dengan sumber hukum Islam, atau melakukan tindakan opresif terhadap rakyatnya, maka pengadilan tertinggi dan paling berkuasa dalam sistem Negara Khilafah, yaitu Mahkamah Mazhalim dapat memberikan impeachment kepada Khalifah dan menggantinya.

* Sebagian kalangan menyamakan Khalifah dengan Paus, seolah-olah Khalifah adalah Pemimpin Spiritual kaum Muslim yang sempurna dan ditunjuk oleh Tuhan. Ini tidak tepat, karena Khalifah bukanlah pendeta. Jabatan yang diembannya merupakan jabatan eksekutif dalam pemerintahan Islam. Dia tidak sempurna dan tetap berpotensi melakukan kesalahan. Itu sebabnya dalam sistem Islam banyak sarana check and balance untuk memastikan agar Khalifah dan jajaran pemerintahannya tetap akuntabel.

* Khalifah tidak ditunjuk oleh Allah, tetapi dipilih oleh kaum Muslim, dan memperoleh kekuasaannya melalui akad bai’at. Sistem Khilafah bukanlah sistem teokrasi. Konstitusinya tidak terbatas pada masalah religi dan moral sehingga mengabaikan masalah-masalah sosial, ekonomi, kebijakan luar negeri dan peradilan. Kemajuan ekonomi, penghapusan kemiskinan, dan peningkatan standar hidup masyarakat adalah tujuan-tujuan yang hendak direalisasikan oleh Khilafah. Ini sangat berbeda dengan sistem teokrasi kuno di zaman pertengahan Eropa dimana kaum miskin dipaksa bekerja dan hidup dalam kondisi memprihatinkan dengan imbalan berupa janji-janji surgawi. Secara histories, Khilafah terbukti sebagai negara yang kaya raya, sejahtera, dengan perekonomian yang makmur, standar hidup yang tinggi, dan menjadi pemimpin dunia dalam bidang industri serta riset ilmiah selama berabad-abad.

* Khilafah bukanlah kerajaan yang mementingkan satu wilayah dengan mengorbankan wilayah lain. Nasionalisme dan rasisme tidak memiliki tempat dalam Islam, dan hal itu diharamkan. Seorang Khalifah bisa berasal dari kalangan mana saja, ras apapun, warna kulit apapun, dan dari mazhab manapun, yang penting dia adalah Muslim. Khilafah memang memiliki karakter ekspansionis, tapi Khilafah tidak melakukan penaklukkan wilayah baru untuk tujuan menjarah kekayaan dan sumber daya alam wilayah lain. Khilafah memperluas kekuasaannya sebagai bagian dari kebijakan luar negerinya, yaitu menyebarkan risalah Islam.

* Khilafah sama sekali berbeda dengan sistem Republik yang kini secara luas dipraktekkan di Dunia Islam. Sistem Republik didasarkan pada demokrasi, dimana kedaulatan berada pada tangan rakyat. Ini berarti, rakyat memiliki hak untuk membuat hukum dan konstitusi. Di dalam Islam, kedaulatan berada di tangan syariat. Tidak ada satu orang pun dalam sistem Khilafah, bahkan termasuk Khalifahnya sendiri, yang boleh melegislasi hukum yang bersumber dari pikirannya sendiri.

* Khilafah bukanlah negara totaliter. Khilafah tidak boleh memata-matai rakyatnya sendiri, baik itu yang Muslim maupun yang non Muslim. Setiap orang dalam Negara Khilafah berhak menyampaikan ketidaksetujuannya terhadap kebijakan-kebijakan negara tanpa harus merasa takut akan ditahan atau dipenjara. Penahanan dan penyiksaan tanpa melalui proses peradilan adalah hal yang terlarang.

* Khilafah tidak boleh menindas kaum minoritas. Orang-orang non Muslim dilindungi oleh negara dan tidak dipaksa meninggalkan keyakinannya untuk kemudian memeluk agama Islam. Rumah, nyawa, dan harta mereka, tetap mendapat perlindungan dari negara dan tidak seorangpun boleh melanggar aturan ini. Imam Qarafi, seorang ulama salaf merangkum tanggung jawab Khalifah terhadap kaum dzimmi: “Adalah kewajiban seluruh kaum Muslim terhadap orang-orang dzimmi untuk melindungi mereka yang lemah, memenuhi kebutuhan mereka yang miskin, memberi makan yang lapar, memberikan pakaian, menegur mereka dengan santun, dan bahkan menoleransi kesalahan mereka bahkan jika itu berasal dari tetangganya, walaupun tangan kaum Muslim sebetulnya berada di atas (karena faktanya itu adalah Negara Islam). Kaum Muslim juga harus menasehati mereka dalam urusannya dan melindungi mereka dari ancaman siapa saja yang berupaya menyakiti mereka atau keluarganya, mencuri harta kekayaannya, atau melanggar hak-haknya.”

* Dalam sistem Khilafah, wanita tidak berada pada posisi inferior atau menjadi warga kelas dua. Islam memberikan hak bagi wanita untuk memiliki kekayaan, hak pernikahan dan perceraian, sekaligus memegang jabatan di masyarakat. Islam menetapkan aturan berpakaian yang khas bagi wanita – yaitu khimar dan jilbab, dalam rangka membentuk masyarakat yang produktif serta bebas dari pola hubungan yang negatif dan merusak, seperti yang terjadi di Barat.

* Menegakkan Khilafah dan menunjuk seorang Khalifah adalah kewajiban bagi setiap Muslim di seluruh dunia, lelaki dan perempuan. Melaksanakan kewajiban ini sama saja seperti menjalankan kewajiban lain yang telah Allah Swt perintahkan kepada kita, tanpa boleh merasa puas kepada diri sendiri. Khilafah adalah persoalan vital bagi kaum Muslim.

* Khilafah yang akan datang akan melahirkan era baru yang penuh kedamaian, stabilitas dan kemakmuran bagi Dunia Islam, mengakhiri tahun-tahun penindasan oleh para tiran paling kejam yang pernah ada dalam sejarah. Masa-masa kolonialisme dan eksploitasi Dunia Islam pada akhirnya akan berakhir, dan Khilafah akan menggunakan seluruh sumber daya untuk melindungi kepentingan Islam dan kaum Muslim, sekaligus menjadi alternatif pilihan rakyat terhadap sistem Kapitalisme. (hti)

Dari anggota Halaqoh Online